"Jadi bagaimana apakah jamuan makan malam sudah dipersiapkeun?" Tanya bung besar mengingat acara jamuan makan malamnya tinggal sehari lagi.
"Sudah pak, semua sudah beres untuk nanti malam." Bung Besar alis Soekarno hanya mangut-mangut, ia lantas mengecek meja dan kursi yang sudah tertata rapi lengkap dihiasi bunga putih dan peralatan makan lengkap dengan serbet putih diatasnya.
Soegino hendak pulang lebih awal lantaran ia ingin bertemu dengan putranya Dimas, yang mengemban pendidikan di Rumania. Gino hendak berjalan menghampiri Jaguar Eagle Low Drag GT yang sudah menunggunya lengkap dengan sang sopir. Namun, langkahnya terhenti tatkala ada seseorang yang memanggilnya.
"Oii.. Gino!" Ya siapa lagi kalau bukan bung besar?
Gino pun menoleh mencari sang pemilik suara, pria necis paruh baya itupun langsung menghampiri bung besar. "Iya ada apa, Pak?" Tanyanya
"Gimana, kowe jadi datang kan?"
"Jadi, saya akan membawa keluarga saya Pak."
"Oh, bagus itu! Jangan lupa bawa rombongan kemari agar acaranya meriah."
" Ku dengar dari Nas, kau ingin mencomblangkan putrimu dengan Yani. Apa benar?" Tanya Soekarno penuh selidik, kabarnya ada yang mendengar percakapan antara Gino, Bonar, dan Nas lalu orang itu menyebar luaskan isu perjodohan itu ke pelayan dan para pembantu istana.
Merasa sedang dipandang penuh selidik, Gino pun menganggung meng-iyakan pertanyaan Soekarno kepadanya.
"Begitu rupanya, tapi memangnya kau punya anak gadis? Seingatku anakmu itu hanya Dimas, yang sekarang sekolah di Rumania."
"Haduuuh, pak. Anak saya itu ada 2. Dimas dan Roseanne, masa Bapak lupa."
"Ah! Iya iya, aku ingat. Wah... sudah lama sekali ya, aku tidak melihat mereka, apa kabarnya mereka berdua?"
"Roseanne baru pulang dari London 3 hari yang lalu dia baik, sebentar lagi lulus dari Oxford, sementara Dimas akan pulang hari ini. Makanya saya pulang cepat supaya bisa ikut menjemputnya dari bandara," jelas Gino, Menteri yang satu ini sangat tertutup dan jarang membawa keluarganya ke Istana paling yang diajak atau dibawa hanya Jade, Istrinya. Jadi wajar kalau semua Menteri termasuk Presiden hanya tahu kalau Gino punya satu anak, apalagi Roseanne tipikal anak yang introvert dan tidak suka ikut ayahnya pergi menghadiri acara-acara Istana dan sulit untuk bergaul.
"Ajaklah dia nanti malam, aku penasaran," ucap Bung Karno sambil tersenyum
"Akan saya bawa pak, tenang saja."
Gino pun pamit mengingat anak sulungnya akan segara tiba pada pukul 14.00 siang, dan sekarang sudah 13.30 berarti sebentar lagi sampai di Bandara Kemayoran.
***
Rose, gadis itu tampak kelelahan membawa kue dan juga beberapa kain batik yang disiapkan Jade untuk Johanna Sunarti alias Bu Nas, awalnya ia menolak dan menyuruh Jade supaya menyuruh Budi pekerja rumah yang tugasnya mengurus kebun, namun entah mengapa Jade malah memaksanya dan beralasan kalau Budi yang mengantarnya pakai motor dikhawatirkan kuenya rusak karena lelaki asal Madura itu tak bisa mengendarai mobil. Jadi terpaksa Rose yang mengantarnya.
"Iiihhh rese banget sih!! Disuruh ini, disuruh itu dipikir gue pembantu apa?! Mana parselnya berat lagi. Fix no debat ini tote bag isinya sampah masyarakat! Mana rumahnya masih jauh, mana lagi jalan Teuku Umar, dari tadi yang gue liat Jalan Lembang, sialan!" Gerutunya sembari menghentakkan kakinya kesal, persetan dengan orang-orang yang melihatnya ia tak peduli, yang terpenting paketnya sampe ke tangan Bu Nas karena kalau tidak Jade pasti akan marah dan mengomel sepanjang hari.
Rose akhirnya tiba setelah melewati Taman Suropati dan beberapa perumahan yang terletak di daerah Menteng, ia senang bukan main ketika mendapati rumah AH Nasution, salah satu sahabat ayahnya dan seingat Rose rumahnya banyak mengalami perubahan.
"Ada keperluan apa, kemari?" Tanya salah satu penjaga, Rose membaca name tag lelaki itu sepertinya ia bukan dari kalangan perwira, mengingat seragam dan tanda kepangkatannya berbeda.
"Bu Nas nya ada? Kebetulan saya disuruh Mami saya kesini buat ngasih kiriman ke Bu Nas," tutur Rose seadanya, gadis itu hendak mengeluarkan tanda pengenal, namun alih-alih dimintai tanda pengenal, penjaga itu malah menyuruhnya untuk menunggu karena sang istri empu pemilik rumah sedang tidak ada. "Wah, Bu Nas sedang tidak ada. Lebih baik kamu tunggu saja disini."
"Lah? Emangnya Bu Nas kemana?"
"Kalau hari Minggu begini biasanya sekeluarga bermain Tennis."
"Si anjing, tau gini tadi kagak usah kesini. Udah naek angkot eh orangnya kaga ada, yailah apes bener ini idup." Monolognya dalam hati
"Yaah, terus lapangan tennisnya dimana?"
"Di Jalan Gondangdia."
Huft, kalau seperti ini mungkin pulang-pulang ia bisa turun 2kg. Rose pun akhirnya pamit dan berniat untuk menemui keduanya di Gondangdia, sekalian mengunjungi sahabat ayahnya itu.
Akhirnyaaa ya allah update lagi, gimana? Kritik dan saran sangat diperlukan ya guyss. Ini demi kenyamanan bersama🥰
Btw kaget loh work ini peminatnya masih ada dan mengharapkan supaya jangan gantungg wkwkkw ahh you guys are so much meant to me✨ thankyou sekali lagi buat supportnya ya🙏
Di part selanjutnya bakal ada pertemuan Rose sama Yani jadi tunggu aja oke
Have a great one, everything! - Kay
Jade Lovegood-Hardjodjo
Soegino Hardjodjo ( udah 43 tapi masih keliatan kayak 30an yess, itulah Menteri kitaa the one and only Mr. Hardjodjo😎)
Berikutnya kalian bakal ketemua visual Rose sama Dimas so sabar yess!!
Gantung lagi ahh wkwkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness
Historical FictionBagi Rose kebahagiaan adalah definisi utama untuk menuju hidup yang lebih indah, dan damai. Paska pulang ke tanah air dirinya diuji, ia harus menikah dengan seorang perwira tinggi AD, Ahmad Yani. Pria pilihan ayahnya Soegino Hardjodjo, diplomat sek...