dua

277 36 11
                                    

Hari ini Gino berangkat ke istana kepresidenan, sesampainya lelaki itu disambut oleh para wartawan dan fotografer istana.

Rencana hari ini ia akan menghadiri rapat dengan bung Karno mengenai perkembangan ekonomi di berbagai kawasan Asia Tenggara dan membahas kerjasama Indonesia dengan Uni Soviet.

Gino duduk di meja bundar yang dipersiapkan dan diperuntukan untuk pejabat-pejabat sekaligus para menteri presiden, banyak dari mereka yang tengah mengobrol dan bercengkrama, namun pria itu lebih suka diam.

Yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, the big bung itu kini nampak gagah berjalan melewati wartawan dan fotografer, ia tak henti-hentinya melambai pada mereka dan tersenyum simpul.

"Ya semuanya, sebelum kita memulai rapat hari ini... mari kita berdoa menurut kepercayaan masing-masing."

Semua orang yang duduk di meja bundar mulai berdoa menurut kepercayaan masing-masing, setelah selesai bung Karno memasang tampang tegasnya. "Saya mau berbicara soal Irian Barat..," the big bung kemudian melanjutkan pendapatnya soal upaya pembebasan tempat itu, disamping itu ia juga membicarakan Nasakom serta hasil kunjungannya ke berbagai dunia.

***

Gino berkeliling di seputar istana, ia ingin sekali makan roti Prancis entah apa namanya padahal kemarin Freya saudaranya yang keturunan londo Belanda itu baru saja membawakan roti untuk keluarganya, namun pria itu lupa menanyakan apa nama rotinya.

"Pak Gino!" Panggil seseorang dari kejauhan ternyata itu Bonar alias TB Simatupang, ia terlihat bersama KASAD siapa lagi kalau bukan A.H Nasution.

Gino menghampiri mereka sesekali ia tersenyum ke arah mereka. "Pak Gino sudah makan siang?" Tanya Bonar tiba-tiba, pria yang berprofesi sebagai diplomat sekaligus menteri luar Negeri itu hanya mengagguk pertanda sudah, padahal belum.

"Pak, saya mau main golf. Bapak mau ikut?" Gino langsung menoleh pada suara berat itu, itu A. Yani entahlah apa apa arti huruf A-nya yang pasti Gino langsung terpesona oleh sosoknya dalam sekali pandang.

"Iya, kamu duluan saja. Nanti saya menyusul," perintah Nas, Yani mengangguk pria itu membalikkan badannya berniat hengkang. Namun Gino keburu mencegahnya. Yani otomatis berpindah haluan, memandangi Gino sembari mengernyit bingung.

Gino balik menatap pria itu. "Tunggu sebentar,"

"Ada apa, pak?"

"... Siapa nama kamu?" Tanya Gino penasaran. Sementara, Nasution dan Bonar tak ambil pusing. Duo Batak itu diam saja menontoni.

"Saya Yani, Ahmad Yani,"

Gino menarik senyum simpul. Dari matanya Yani tak tampak dari pria yang sudah menikah. Postur tubuhnya yang atletis, tinggi-tegap tidak begitu mencerminkan pria-pria beristri yang keenakan diurusi istri mereka. Ah, sepertinya Gino harus menjadikan pria itu sebagai menantu nanti, tak peduli apa yang terjadi.

aquariumkaca thanks qaqa❤

Happiness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang