Gino kini tengah berada di rumah Bonar, pria paruh baya itu baru saja pulang dari istana. Bonar- jenderal Batak itu kini tengah mengadakan syukuran peresmian rumah barunya.
"Pak Bonar," panggil Gino,
Bonar menoleh menatap menteri yang tengah naik daun di kabinet wilopo itu.
"Ya, pak. Ada apa?"
"Saya kurang setuju sama Wilopo, menurut saya pribadi. Wilopo terlalu ingin membebaskan Irian Barat dari tangan kolonial... itu bagus..."
Bonar mendengarkan dengan saksama. Dia dapat melihat bahwa apa yang diungkap Gino benar juga.
"... Tapi dari pihak AD sendiri, mereka kurang setuju dengan kabinet ini. Apalagi, peristiwa Tanjung Morawa. Saya punya prediksi bahwa kabinet ini tidak bertahan lama," tutur Gino.
"Pak Gino, saya setuju dengan bapak. Kalau kabinet ini akan bubar... tapi saya yakin bahwa kabinet ini akan berdiri kembali," ucap Bonar.
Gino hanya mengangguk menanggapi perkataan Bonar, pikirannya kini kembali pada Yani. Perwira yang pernah ia temui sebelumnya di istana.
"Pak, ngomong-ngomong. Kemaren... perwira yang ketemu sama saya--"
"Kenapa pak? Bapak naksir sama asistennya pak Nas," sargah Bonar cepat.
"Ya begitulah."
"Dia asli orang Purwerjo, pak. Lulus dari PETA tahun 44... yah begitulah," jelas Bonar,
Gino hanya mengangguk sesekali meniup rokoknya.
***
"Bu, bapak sudah dapat orang AD yang pas," tutur Gino,
Jade tersenyum lebar tak percaya. "Oh ya? Siapa dia pak?"
"Namanya Yani, kalo gak salah dia jadi asisten KASAD. Tapi, bapak lupa yang keberapa, dia juga lulusan PETA."
Jade makin sumrigah tatkala mendengar penuturan Gino. "Yasudah cepat jadikan suami untuk Rosa, apa susahnya sih?"
"Iya... sabar bu, bapak lagi menyusun strategi supaya ia bisa kita jadikan mantu."
***
Rose, gadis itu pulang dengan wajah yang kusut. Ia, melangkah gontai ke ruang tamu lalu duduk di sofa, hari ini benar-benar sial.
"Ah elah! Tuh orang pengen banget di tonjok. Sumpah!!" Gerutunya kesal.
"Kamu, kenapa? Kok mobil bisa lecet kayak gitu?" Tanya Jade, sedari-tadi anaknya ini terus saja menggerutu,
"Itu mi... masa aku tadi nabrak orang. Perwira lagi, sialnya aku kehilangan klienku. Belom, lagi disuruh skwat jump," jelas gadis itu.
Jade hanya tertawa mendengarkan penjelasan gadis itu, "sukurin makanya sama orangtua jangan ngelawan," celetuk Jade lalu berjalan begitu saja melewati Rose.
"Iiihh Maaamiii!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness
Historical FictionBagi Rose kebahagiaan adalah definisi utama untuk menuju hidup yang lebih indah, dan damai. Paska pulang ke tanah air dirinya diuji, ia harus menikah dengan seorang perwira tinggi AD, Ahmad Yani. Pria pilihan ayahnya Soegino Hardjodjo, diplomat sek...