Sang Adik

18.7K 249 2
                                    


Selang seminggu kemudian, pada saat pagi-pagi sekali aku sudah datang ke tempat kerja. Kulihat belum ada seorangpun yang datang kecuali satpam yang ada di depan.
Aku pun mencuci piring di dapur tempat kerja karena sudah menumpuk dan belum ada yang mencucinya.

Saat sedang asyik mencuci piring, datang Arif si pembully. Moodku langsung turun begitu ia datang. Ia datang bersama Daus, yang tak kalah usilnya. Mereka mengobrol dengan suara keras seolah mereka sedang ada di pasar. Begitu melihatku, sifat usilnya kumat.

"Eh ada Riski di sini. Lagi apa ki?"

Aku tak menjawab karena aku sangat membencinya. Berkali-kali ia mempermalukanku di depan umum.

Sambil mengobrol dengan daus, ia merangkulku dengan kasar, "Ki, kita maen yuk ki kita nongkrong nyari cewek" katanya. "Ki suka cewek ga ki? Ah diem aja ga rame." Katanya lagi.

"Atau suka cowok?" Daus ikut-ikutan.

"Atau suka cowok ki?" Kata Arif mengulang perkataan temannya itu, "Hmm? Wah diem aja berarti iya nih"

Aku hendak siap-siap mendorong tubuhnya ketika tiba-tiba Asep sudah berada di belakang kami dan menarik dengan kasar lengan Arif yang merangkulku hingga terlepas.

"Jangan ganggu adek gua" katanya.

Teman-teman yang lain pun sudah mulai berdatangan. Arif terkejut lalu menatap sinis pada Asep. Lalu ia pun tertawa sambil melihat padaku dan Asep bergantian.

"Oh jadi adek lo idup lagi?" Kata Arif si brengsek itu sambil cengengesan.

Mendengar ini amarah Asep pun bangkit.

"Bangsat!" Katanya dan memukul pipi kiri Arif.

Arif terhuyung lalu maju hendak membalas namun mereka segera dipisahkan oleh teman-teman yang lain.

"Anjing! Gue bales luh! Gue bales luh!" kata arif rempong sambil dipegangi oleh teman-teman yang lain. Menyebalkan sekali sifatnya itu namun aku senang karena ia dihajar oleh Asep.

Singkat cerita jam kerja pun dimulai. Aku dan Asep ditugaskan kembali berdua mengerjakan pekerjaan rutin kami di gudang. Kami sedang berdiri di ujung gudang terhalang oleh barang-barang.

Sebelum memulai pekerjaan, aku mengucapkan terima kasih pada Asep karena sudah membelaku tadi. Asep mengangguk-angguk sambil matanya melihat-lihat data yang ada di kertas.

"Tapi tadi kamu bilang, aku adik kamu?" Tanyaku padanya.

Asep tertawa kecil dan berkata, "gapapa kan aku nganggap kamu adikku? Soalnya kamu mirip banget sama almarhum adikku" kata Asep.

Mendengar itu aku langsung baper. Kutarik dengan lembut kepalanya dan cup! Kukecup bibirnya.

"Mau anggap aku lebih dari adik kamu pun aku mau kok sep", kataku.

Asep menatapku, sambil sedikit tertawa ia berkata, "ki, kamu kalo jadi cewek pasti cantik banget" katanya sambil matanya memperhatikan wajahku.

Aku memandangnya serius, ia pun balik memandangku tak kalah serius. Lama-lama tatapan kami semakin mendalam, satu detik, dua detik, tiga detik..wajah kami semakin berdekatan dan kami pun berciuman. Lama-lama ciuman kami semakin panas. Aku memeluk tubuh Asep, ia pun membalas pelukanku.

Asep melepaskan ciuman, masih memelukku ia berkata, "ahh kamu wangi banget ki" katanya sambil menciumi tubuhku. Kurasakan ada yang mulai bangun di balik celananya. Sambil memelukku, Asep menggesek-gesekkan perkakasnya pada tubuhku.

"Kamu mau sep?" Tanyaku berbisik di telinganya.

Asep mengangguk, "udah seminggu ga dikeluarin ki, kalo ngocok kurang enak. Aku ketagihan sama genjotan l0bang kamu" katanya berbisik juga di telingaku.

Kebetulan sekali pekerjaan kami hanya sedikit sehingga kami bisa sedikit bersantai. Aku pun mengajaknya ke kamar mandi gudang atas yang sudah tidak pernah dipakai karena aliran airnya yang mandet. Selain itu jarang sekali ada orang yang kesana.

Sesampainya di atas, aku dan Asep menggeser barang-barang sedemikian rupa menghalangi pintu kamar mandi itu agar orang lain tidak bisa masuk dengan mudah.
Lalu kami berdua memasuki kamar mandi itu dan mengunci pintunya.

Membuat Asep Sange 🔞 [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang