Bagian 1

2.1K 313 33
                                    

"Kayaknya, aku gak bisa jalan malem ini deh by." Ucap Verrel, sang kekasih yang kini sedang fokus menyetir mobil.

Rosela mengernyit, tak mengerti akan sifat labil Verrel. Padahal, Rose rela menolak ajakan sahabat nya guna menemani Verrel malam ini. "Tapi, kamu sendiri loh yang bikin janji."

"Maaf by. Aku lupa, malem ini papa pengen ketemu."

Mau tahu?, satu alasan yang membuat Rose masih bertahan hingga sekarang?. Fakta bahwa Verrel berada dalam keluarga tak utuh, kerap kali jadi pertimbangan bagi Rose.

Verrel sendirian, itu kenyataannya. Dan Rose tak cukup tega untuk meninggalkannya.

"Tapi kalau kamu mau jalan. Aku bisa bilang ke papa untuk batal---,"

"Jangan. Lebih baik kita yang batal jalan daripada kamu gak ketemu papa kamu." Ucap Rose, mengusap lembut pipi Verrel.

"Makasih by, kamu emang cewek kesayangan aku. Beruntung banget aku dapetin kamu."

Verrel mulai menyelipkan tangan kirinya pada tangan Rose. Menggenggam nya dengan hati-hati, lalu mengelus punggung tangan milik sang kekasih.

Hati Rose tersentil mendengar ungkapan itu. Yakin dirinya cewek kesayangan Verrel?. Kalau kesayangan, kenapa Rose sering di khianati?.

"Btw, ada cerita apa hari ini?. Kamu gak genit kan sama cowok lain?." Tanya Verrel.

"Verrel, aku gak pernah genit sama cowok lain."

"Ah masa?. Kata Tiya, tadi kamu deket-deket sama Miqdar."

Mendengar nama Tiya dibawa-bawa, sontak Rose merasa diremehkan. "Jadi, kamu lebih percaya sama Tiya daripada aku?."

"Astaga, nggak gitu by. Aku cuman mau mastiin aja."

Rose melepaskan genggaman tangan nya dari Verrel. Membuang muka, menatap jalanan dari jendela mobil. "Terserah, aku capek."

"By, masa kamu marah hanya karena hal sepele gini sih?."

"Aku masih inget hal yang gak mengenakkan ketika mendengar nama Tiya. Kamu gak lupa kan?."

Verrel diam seribu bahasa. Tentu saja dia ingat, ingat betul kejadian menyedihkan hari itu. Dimana Rose memergokinya jalan dengan wanita lain. Bahkan hubungan mereka hampir kandas karena masalah itu.

"Mau mampir beli makan dulu gak?." Tanya Verrel, berusaha mencairkan suasana.

Tapi naas, Rose hanya menggeleng. Sudah dipastikan bahwa kekasihnya itu benar-benar sedang kesal.

"Aku mau langsung pulang aja." Ucap Rose tiba-tiba.

"Oke, boleh deh nanti aku mampir sebentar."

"Gak usah. Kamu mending langsung siap-siap aja buat ketemu papa kamu."

Lagi, Verrel merasa di acuhkan. Dan pria itu tidak suka. Sangat-sangat tidak suka.

"By, kamu kenapa sih?."

Rose menoleh, menatap Verrel dengan tatapan nyalang. Matanya sedikit berair.

"Kamu masih berani tanya alasan nya sama aku?. Verrel, dari awal kamu batalin janji kita tadi, aku udah capek tau gak?."

"Ditambah kamu bawa-bawa nama Tiya dalam obrolan kita. Kamu pikir aku suka?." Timpal Rose lagi.

Verrel tertegun, dia dapat melihat wajah kekasihnya yang begitu menyedihkan. "By, aku kan udah bilang kalo kamu gak mau janji kita batal, kita bisa atur itu."

Rose memejamkan matanya, berusaha menahan amarahnya yang mulai tersulut. Verrel benar-benar membuatnya muak.

"Kamu ngerti gak sih Ver?. Aku cuma mau kamu gak usah bahas hal apapun tentang Tiya. Untuk persoalan kamu sama papa kamu, itu aku masih bisa terima."

I'M THE WINNER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang