Bagian 13

1.2K 246 8
                                    

Rosela memejamkan matanya, gadis itu mendorong dada Jeka yang menghimpit nya.

Keduanya seketika terlepas. Jeka yang sadar akan kecanggungan ini pun turut menjauh. Lalu mulai mengalihkan pandangan nya.

"Gue....."

Rosela menggantung kalimatnya, Ia menurunkan dirinya dari meja makan. Lalu menyentuh bibirnya yang mulai membengkak. Entahlah, Rosela sendiri tidak mengerti seberapa ganasnya mereka berciuman tadi.

"....maafin gue juga ya. Gak seharusnya, gue ngomong kayak gitu. Masalah gue sama Sesil gak ada hubungannya sama lo. Even, Sesil itu sepupu lo. Gue gak berhak untuk berpikir kalo kalian itu punya sifat yang sama."

Ucapan Rosela barusan membuat Jeka meneguk ludahnya. Jeka pikir, Rosela akan kembali menjauhinya. Namun, justru Rosela kembali padanya. Tanpa Jeka harus membujuknya.

Jeka melangkah lebih dekat, tangannya membelai lembut pipi kanan Rosela. "Justru gue yang harus minta maaf. Gue terlalu memaksakan diri gue. Harusnya gue ngerti kalo lo sebenci itu sama sepupu gue. Maaf sekali lagi Rose"

"Lo, bener-bener brengsek. Bisa-bisanya lo bikin gue nangis karena ngerasa bersalah begini, huaaa. Sialan, Jeka Alexander."

Jeka terkekeh, lantas menarik Rosela ke dalam pelukannya, membiarkan gadis itu menangis tersedu di dada nya. Bahkan Jeka sudah tidak peduli kalau-kalau nanti bajunya basah karena air mata nya.

"Gue gak tau ternyata lo se drama ini. Padahal gue cuman minta maaf doang, kenapa mesti nangis sih?"

"Sialan, diem lo!. Hiks, bangsat, kenapa gue malah mewek gini sih."

Lagi-lagi Jeka hanya bisa tertawa kecil, sembari menunggu Rosela selesai menangis, Jeka menyibukkan dirinya dengan mengusap surai blonde itu.

Hingga ketika Jeka tak mendengar isakan lagi, dia menundukkan wajahnya, pikir Jeka, Rosela mungkin tertidur. Namun, saat melihat mata Rosela masih terbuka, Jeka hanya bisa tersenyum. Rupanya, gadis itu masih betah memeluknya seperti ini. Tapi, Jeka mengabaikannya, Jeka lebih memilih untuk menenangkan diri dalam pelukan ini.

"By the way, lo beneran tinggal sendiri ya?."

Here we go. Lambat laun, Rosela pasti akan bertanya lebih jauh tentang dirinya.

"Hm, bokap gue lagi sibuk bisnis. Jadi, gue jarang ketemu"

"Kalo nyokap lo?."

Bukannya menjawab, Jeka malah melepaskan pelukan itu, lalu menatap Rosela dengan tatapan sendunya. Pria itu tertawa miris. Matanya sudah berair, mungkin jika Jeka mengedipkan matanya, air matanya akan jatuh.

"Nyokap ya?."

Rosela menangkap aura tidak mengenakkan disini, apa dia sudah menyinggung perasaan Jeka?. Apa dirinya sudah terlalu jauh untuk menanyakan hal seperti ini?.

"Jeka...... lo gak harus jawab pertanyaan gue"

"Nyokap gue. Apa pantes ya, gue panggil dia sebagai ibu gue?." Ucap Jeka tanpa menyadari ungkapan Rosela sebelumnya.

"Jawab gue Rosela. Apa pantes dia jadi ibu gue?. Apa pantes, seorang ibu ninggalin anaknya selama bertahun-tahun?. Pantes gak sih, kalo gue nganggep nyokap gue udah mati?"

"Jeka..."

"Apa?. Lo mau ngasihanin gue?. Ngumpatin gue karena ngomong gak sopan?. Atau lo mau ngasih tahu ke si Verrel kalo gue cuman cowok lemah yang gak punya rumah?." Mata Jeka memerah, tak pernah sekalipun dia menangis seperti ini di hadapan orang lain. Jeka itu punya gengsi yang tinggi. Mana mau dia kelihatan lemah di mata orang lain.

I'M THE WINNER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang