Bagian 3

1.8K 339 64
                                    

Sialnya, semua perkataan Verrel, yang dengan bangganya diumbar itu menjadi sebuah serangan balik baginya.

Verrel kalah telak. Balapan yang di idam-idamkan sebagai kemenangan nya, sukses menjatuhkan harga dirinya.

"Rosela Annastasia. Itu cewek lo kan?." Jeka mendengus remeh, sambil menyesap rokoknya. Pria itu terkekeh geli melihat wajah Verrel yang mengeras.

"Gue pegang omongan lo. Besok pagi, jam tujuh. Gue mau lo harus udah putus sama dia."

Verrel meneguk salivanya, Ia tidak mau, Rosela selamanya hanya akan menjadi miliknya. Dia tidak suka Rosela jadi milik pria lain.

"Gue bisa kasih penukaran yang lebih menggiurkan daripada cewek gue." Tawar Verrel, tatapannya melemah. Kini tak ada lagi kobar semangat di matanya.

Jeka lagi-lagi hanya mendecih, sialan, jadi pria itu ingin mempermainkan nya?.

"Gak. Semua penawaran lo, gue tolak. Kita balik ke perjanjian awal. Cewek lo, buat gue. Denger ya Ver, gue benci sama cowok yang omongan nya gak bisa di pegang."

Tapi Verrel tetap kekeuh. Ia menarik jaket hitam Jeka, lalu mencengkeram erat kerah pria itu.

"Persetan!. Gue gak bakal nyerahin Rosela sama lo."

"Pengecut!. Bisa-bisanya lo ngingkarin janji lo?. Gue cuman mau hadiah gue yang pertama. Rosela Annastasia, putusin dia. Gue mau ambil alih."

Verrel meninju wajah Jeka. Ia bertindak seperti orang kesetanan. Memukuli Jeka dengan membabi buta.

Jeka yang tak terima, balas memukulnya. Perkelahian itu tak bisa di hindari. Hingga Erick datang melerai.

"Brengsek. Gue gak mau tahu, Rosela bakal jadi milik gue. Terserah mau lo putusin atau nggak. Gue bakal ngambil dia dari lo. Inget itu Verrel."

Tanpa ada percakapan kekeluargaan lebih lanjut, Jeka dengan antek-antek nya pergi meninggalkan arena balapan.

Sedang Verrel hampir frustasi. Ancaman Jeka benar-benar menakutinya.

Di belakang Verrel, Tonny tersenyum mengejek, firasat nya akan kejadian malam ini akhirnya terealisasikan. Dia cukup senang bahwa Rosela bukan lagi milik Verrel. Dan Tonny juga jadi penasaran, bagaimana perlakuan Jeka pada Rosela besok.

Yuda menepuk bahu Verrel. "Gue udah nasehatin lo dari awal. Sekarang, sebagai cowok sejati, lo pasti tahu apa yang harus dilakuin. Jeka bukan orang sembarangan bro. Dia punya backingan kuat di belakangnya. Mendingan lo turutin apa kemauan tuh cowok. Gue gak mau terjadi apa-apa sama lo."

Verrel dengan tegas menggeleng, pria itu mengacak rambutnya.

"Gue gak bisa Yud. Gue gak mau kehilangan Rosela."

Johan menghela nafas kasar. Ia meraup wajahnya, lama-lama Ia lelah. Lalu, dengan nada sedikit membentak, pria itu mulai mengungkapkan nya. "Gue kan udah bilang dari awal. Lo aja yang terlalu percaya diri bakal menang. Untuk masalah ini, gue gak mau ikut campur."

Johan sebenarnya memang sudah muak dengan perilaku Verrel yang cenderung semena-mena. Sudah berapa kali diingatkan, Verrel selalu menyangkal dan merasa angkuh. Kalau sudah begini, apa lagi yang harus diharapkan?.

"Argh sialan. Gue gak mau. Gue gak mau kehilangan Rosela." Teriak Verrel.

Plak!.

Tonny menampar wajah Verrel. Berusaha menyadarkan pria itu. Semua kejadian ini, berasal dari dirinya sendiri, dan dia masih saja mengeluh, menyalahkan orang lain. Situasi ini begitu mencekam. Bahkan Yuda dan Johan sukses membelalakkan matanya. Cukup terkejut akan perilaku Tonny yang tergolong berani.

I'M THE WINNER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang