PROLOG

186 127 121
                                    

Cahaya rembulan menusuk masuk kedalam kamar milik seorang wanita bernama Lareina Madelyn,  kamar itu sangat gelap hanya cahaya rembulan itu lah yang menyinarinya. Lareina duduk di kursi dekat jendela yang merupakan tempat cahaya rembulan itu muncul.

Lareina tersenyum menatap langit malam yang indah, Gelapnya langit yang terjadi akibat pertukaran sesi dari sang mentari menjadi sang rembulan ini sangat tenang. Langit malam itu di temani dengan rembulan yang bersinar dengan bintang yang berhamburan di segala sisi bumantara.

Lareina tertawa di tengah kesunyian, tawa yang merdu nan tenang mungkin.... langit pun merasa tenang. Malam adalah saat yang tenang, malam itu indah sama halnya dengan senja, namun menurut Lareina malam itu jauh lebih indah karena saat malam Lareina dapat bertemu dengan Sagara seorang insan yang sudah Lareina anggap sebagai rumah.

Lareina tersenyum saat mengingat nama lelaki itu, "Bahkan tenangnya malam pun kalah dengan tenangnya kamu saat di sampingku, Sagara... Kamu adalah lelaki ku,Pangeran ku, dan Raja Ku kamu segalanya bagiku, tenangnya kamu itu layaknya Laut yang sedang berdansa dengan ombak sebagai melodinya. Jika kamu pergi bagaimana bisa aku bertahan hidup? Kamu rumah ku, kamu dunia ku. Janji.... Ingat lah janji mu Sagara. Janji yang pernah mengatakan bahwa kamu akan bersamaku hingga aku tiada. Sagara kamu tau... Rembulan itu menatapku seperti dia akan mengatakan lepaskan dia dari hidupmu, Berat tapi apa yang rembulan itu ingin katakan benar, seharunya aku melepaskanmu." Ucap Lareina memegang bunga  yang ada di ujung jendela lalu menghirupnya. Aroma bunga daffodil  yang menusuk lobang hidup Lareina membuat lareina nyaman di suasana tenang ini.

"Sampai kapan kamu akan tetap di sana, Buka lah matamu dan lihat dunia kini sudah berbeda dari dulu," kata seorang lelaki dengan suara berat miliknya.

Lareina menoleh kearah lelaki itu, lalu tersenyum hampa, kesunyian merambat, detak jam terdengar tak.... tak... tak.... Rembulan mulai naik tinggi, sinar rembulan itu menyorot jauh kedalam kamar Lareina yang menunjukan kertas kertas dan kop surat yang berserakan, Lareina Tertawa lantang, "Hahaha, kamu sungguh lucu, gak bisa... Tempat itu adalah tempat kesukaan ku, mengapa kamu menyuruhku pergi? Siapa kamu? Apakah kamu Sagara? Dunia ini akan indah jika ada dirinya, apa dunia itu indah sekarang? Lihat lah, aksara aksara di sini ku ciptakan hanya untuknya, kata demi kata, prasaan demi perasaan, melody demi melody, aku menulisnya dengan sepenuh hati, Aksara ini adalah atama ku, karena dikara dirinya amerta dalam aksara ini, tapi... Tapi..." Lareina menghentikan pembicaraannya dan mulai memeluk dirinya sendiri, lelaki itu melangkah masuk untuk mendekati lareina dengan hati hati agar kertas yang ia sebut sebagai atama miliknya itu tidak terinjak olehnya, "DIAM!! JANGAN BERGERAK MASUK, kamu hanya akan membuat kertas itu rusak," Lanjut Lareina gadis itu menunduk, menutup wajahnya dengan kedua tangannya, air matanya sudah mengalir membahasi pipinya.

Lelaki itu terkejut bergegas memeluk Lareina, namun Lareina mendorong lelaki itu, lalu menghapus air matanya, "Jangan sentuh aku, aku butuh waktu untuk menenangkan diri Suamiku," Ucap Lareina.

Suami? Ya lelaki itu adalah suami Lareina, Suami Lareina membulatkan matanya, 'menyakitkan tapi hanya saat ini kamu menganggap ku sebagai suamimu, mungkin aku bahagia,' Batinnya, Lelaki itu tersenyum dan memegang pipi Lareina yang masih basah karena air mata yang tidak ingin berhenti, "Kamu terlalu banyak minum, tidur lah aku akan merapihkan kamarmu," Ucap lelaki itu.

Lareina mengangguk lalu bergegas menidurkan tubuh nya di ranjang empuk miliknya, setengah terpejam Lareina mengatakan, "Kamu tau Sagara memang dunia ku, tapi kamu tidak perlu berprilaku seperti Sagara. Karena kamu dan Sagara berbeda, kamu adalah kamu, sagara adalah Sagara, aku akan mencin...." Terpotong
Dengan Lareina yang sudah tertidur lelap.

Lelaki itu membulatkan matanya terkejut, lalu tersenyum seraya mengambil kertas kertas yang tergeletak berantakan ini, beberapa kertas sudah terlihat usang dan beberapa kertas terlihat sangat bersih. Kertas itu ia rapihkan dengan sangat rapih, halaman yang tertulis ia rapihkan, sebelum keluar suami lareina mendekati Lareina yang tertidur si ranjang lalu mengelus lembut rambut Lareina, lalu menciumnya," Selamat malam duniaku," Ucapnya keluar dari kamar Lareina.

Lovers & DestructionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang