01. Hari pertama di SMA

16 7 1
                                    

><><><><

Akhirnya waktu istirahat pun tiba. Setelah 2 jam kurang lebih semua siswa siswi ajaran baru tahun ini berkumpul di aula SMA Taman Bangsa untuk pelantikan masa didikan baru dan perkenalan antar murid dengan guru, begitupun murid dengan murid.

Ini adalah hari pertama bagi mereka semua.

Selama 2 jam ini semua peserta didik hanya duduk saja mendengarkan kultum dari para guru. Meskipun keram datang menyerang, mereka harus menguatkan diri sampai panitia menginstruksikan untuk istirahat.

"Gue kira, gue bakal beneran mati didalam sana" gumam seorang gadis rapih menggunakan seragam putih abunya dengan dilengkapi kerudung blus dan sweeter setelah berada di luar aula.

Sambil sedikit membenarkan sweeternya, ia menyusuri koridor berniat pergi ke kantin untuk membeli minum.

Sedikit tersesat, akhirnya bisa sampai juga ke tempat tujuan. Ya, maklum masih murid baru.

Tanpa berlama-lama ia segera menuju kulkas khusus minuman yang ada di depan kantin dan mengambil sebotol air mineral.

Mungkin karena terlalu lelah__duduk, ia minum air tersebut hingga menyisakan seperempatnya saja. Lalu membayarnya sebelum melenggang pergi.

* * *

Waktu istirahat masih banyak tersisa sebelum bel masuk memanggil. Tidak ada pekerjaan dan kegiatan yang harus dilakukan. Dari pada harus duduk manis di kelas, lebih baik ia berjalan-jalan mengelilingi sekolah agar bisa cepat hafal denah-denah lingkungan sekolah ini.__ fikirnya.

Langkah demi langkah perjalanannya terhenti begitu saja ketika ia memikirkan sesuatu yang mengganjal dalam otaknya. "Nametag gue!" Begitulah fikirnya.

"Gawat kalo sampe hilang, itukan tanda kalo gue murid baru di sini" gumamnya khawatir.

Nametag yang ia maksud adalah Nametag khusus murid baru.

Namun itu tidak berlangsung lama, setelah ia merogoh kantong sweeternya ternyata nametag tersebut ada di sana.

"Alhamdulillah, ada di sini ternyata" ucapnya bersyukur karena tidak jadi mendapat masalah. Ya, jika nametag itu hilang, pasti ia akan berurusan dengan para panitia yang terdiri dari anggota osis. Jika berurusan dengan mereka biasanya pasti akan panjang. Itulah yang ia hindari.__ tidak ingin mendapat masalah dengan siapa pun.

Naraya Febriyani nama yang tertulis di nametag tersebut.

"Nara, nara! Ceroboh banget sih jadi orang" gumamnya kembali dan memasukan nametag tersebut ke tempat tadi.

Aktivitas yang sempat tertunda ia lanjutkan kembali. Sebotol air mineral yang ia beli tadi masih setia menaut di tangannya. Satu tangan ia masukkan ke dalam kantong depan sweeternya dan satu tangan lagi ia gunakan untuk memutar-mutar botol air mineralnya. Tidak ada tujuan lain, selain karena untuk mengusir hawa nganggurnya.

Beberapa saat kemudian botol yang ia putar-putar melesat dari genggaman tangannya. Dan duk terpental mengenai kepala seseorang di depannya.

Sialnya, seseorang yang berbeda di depannya itu adalah seorang pria. Disana ia menatap Nara dengan tatapan tajam seolah bersiap untuk segera mengeluarkan amukan singa jantannya.

Nara hanya bisa terdiam, kaget. Jujur ia tidak sengaja melakukannya.

Siswa siswi yang menyaksikan kejadian itu menatap Nara gentir, seakan menandakan bahwa benar pria di depanya ini pria yang menakutkan. Pasti Nara tidak akan baik-baik saja.

Apa yang harus dilakukan Nara sekarang. Rasanya ia ingin menghilang seperti pada zaman-zaman kiansantang.

Atau, pura-pura pingsan saja? Tapi, itu lebih tidak masuk akal.

Pura-pura stres aja? Ihh, amit-amit.

Lari?

Iya, itu adalah jalan satu-satunya. Nggak, gue harus minta maaf. Biar bagaimanapun ini salah gue.__ batinnya.

Nara memaksakan meneguk salivanya dalam-dalam. Perlahan-lahan Nara melangkahkan kakinya agar bisa sedikit lebih dekat dengan pria tersebut.

"Bang, maaf ya. Gak sengaja, beneran" setelahnya.

Dan...

LARIII,,,,

Dengan cepat, Nara lari terbirit-birit entah kemana tujuannya asalkan ia selamat. Tidak peduli pria tadi mengejarnya atau tidak.

                             *    *    *

Nara memasuki sembarang kelas, berniat sembunyi dari cengkeraman singa itu.

Nafasnya tersengal-sengal tidak tertahankan lagi. Ia melihat-lihat keluar, sepertinya tidak ada tanda-tanda kalau pria tadi mengejarnya.
Nara menetralkan nafasnya sedikit lega.

Setelah beberapa saat ia celingukan sendiri. Dimanakah ia berada?
Untungnya satu hal lagi yang membuat ia tambah lega. "Loh, inikan kelas gue" ternyata tanpa sengaja Nara memasuki kelasnya sendiri.

Kelas memang belum di tentukan. Jadi, semua murid baru bisa berdiam di kelas mana saja selagi kelas itu masih kelas 10.

Iya, dari pertama masuk sebelum perkumpulan di aula, Nara berdiam di kelas ini. Kelas yang bertuliskan X Ipa 3. Ia juga meninggalkan tasnya di sini. Lebih tepatnya bukan hanya Nara, tapi murid yang lain juga.

"Nara! Lo udah ke dua kalinya ceroboh, inikan hari pertama sekolah masa udah bikin masalah aja" Batin Nara merutuki nasib buruknya hari ini.

Ia pun membuang nafasnya gusar akibat memikirkan dirinya sendiri.

Setelah beberapa menit berlalu, Nara melangkahkan kaki kembali, bertujuan ke tempat duduknya kali ini.

Tadi pagi ia sempat duduk di barisan ke tiga dekat jendela.

Namun, ia bingung sendiri. Pasalnya tempat yang seharusnya ia duduki tadi di isi oleh orang lain. Seorang siswi dengan rambut yang dibiarkan terurai tengah terduduk di sana sambil memainkan ponselnya.

Gak mungkin salah kan? Ini bener tempatnya. prasangka Nara, takutnya ia yang keliru.

"Maaf, kayaknya ini tempat duduk gue deh. Tas gue juga ada di sana" Ucap Nara pada siswi tersebut dengan yakin setelah ia melihat tas miliknya yang berada di laci meja. Sedikit takut mengganggu ia menunjuk ke arah tasnya.

Sontak perkataan Nara membuat fokus siswi di depannya itu terpecahkan. Ia melihat Nara sejenak dan kembali lagi dengan ponselnya.

"Lo duduk di samping gue aja" Setelahnya sambil melirik ke kursi kosong yang ada di sampingnya.

"Ya itu, eeh. Takutnya di sana juga tempat orang lain" Jawab Nara sedikit gugup karena canggung.

"Gak papa, lo duduk aja sana" Siswi itu tanpa melirik Nara sedikitpun. "Tempat gue" Sambungnya setelah beberapa saat.

Nara pun mengerti maksud perkataannya, ia hanya oh oh saja sambil menuju ke tempat yang di perselisihkan tadi.

Terus habis ini mau ngapain?

Nara hanya terduduk dan terdiam. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Canggung sekali berada di samping siswi sepantarannya ini.

Jika bermain ponsel, sengaja ia tinggalkan di rumah karena takut di sita.
kenyataannya enggak.

Bingung, harus gimana ya?

~Bersambung...

><><><><

Hai, semua....

Makasi banyak udah mampir.

Gimana, berapa/10 ceritanya?

Ini karya pertama aku, jadi mon maaf ya kalo masih banyak typo. Makanya aque mau minta bantu koreksi, boleh gak?

Terus....

Votenya juga jangan lupa🤭😅

Ikuti terus kisah Raffkanara....

Raffkanara: senja dan langitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang