03. Pulang Sekolah

6 3 0
                                    


><><><><

Jam menunjukkan pukul 14:30. Siswa siswi baru SMA Taman Bangsa telah selesai dengan kultumnya hari ini. Tapi, kalau kata pak Hakim__selaku guru BK__ ini baru pembukaan belum ke intinya. Nah, terus gimana nasib kedepannya, auto pulang maghrib kalo kayak gini mah.

"Kaki masih aman, Ra?" Ucap Mawar setelah berada di luar.

"Alhamdulillah, War. Agak pengkor" Jawab Nara.

"Dasar, lo" Balas Mawar. Nara tertawa pelan.

Kultum yang diselenggarakan untuk pelantikan murid ajaran baru ini akan berlangsung selama satu minggu. Bertempat di aula sekolah. Dan setiap murid bukan duduk di kursi seperti dikelas, melainkan dilantai. Maka dari itu kaki lah yang menjadi sasaran keram beserta antek-anteknya.

Nara dan Mawar menyusuri koridor sambil berbincang pelan.

"Pulang naik apa, War?" Tanya Nara di tengah perbincangan itu.

"Paling juga di jemput sama Pak Yoga" Jawab Mawar singkat.

Nara mengangguk, "supir pribadi, ya?" Tanya Nara lagi.

"Iya"

"Kenapa emangnya?" Sambung Mawar.

"Nggak, kok. Gak papa" Nara menjawab sambil tersenyum.

"Tadinya, kalo kamu pulangnya jalan kaki, kayak aku, mau aku ajak jalan-jalan dulu sebelum pulang" Lanjut Nara setelah beberapa saat.

"Yah, sebenernya gue bisa aja suruh Pak Yoga buat balik lagi tanpa gue. Cuma sayangnya, ini tembus gue gimana nasibnya kalo gue gak juga pulang" Jelas Mawar agak sedih sebenarnya menolak tawaran teman barunya itu. Padahal ingin sekali ikut ajakan Nara.

"Oh, iya. Lupa" Cengir Nara.

Tiba-tiba fokus mereka berdua teralihkan oleh keberadaan 4 orang laki-laki di depan. Dilihat-lihat sepertinya ada yang tidak beres di antara mereka.

Nara mencoba menetralkan fikirannya agar tidak berprasangka buruk terhadap mereka. Namun, itu semua urung ketika salah satu dari mereka diperolok-olokan oleh 3 orang lainnya.

"Lo kalo masih pengen hidup, nurut dong sama perintah gua! Tinggal bawain tas gua aja susah banget sih lo!" Ujar salah satu dari mereka.

"Eh, murid baru. Lo itu harus nurut sama senior. Jangan ngebantah, gue gorok juga laher lo" Balas yang satunya lagi dan gelak tawa terdengar dari mereka bertiga.

Sedangkan laki-laki yang diperolok-olokan itu hanya tertunduk, takut.

Nara sudah yakin dengan prasangkanya. Mereka bertiga bener-bener kurang ajar! Fikirnya.

Kini ia bersiap untuk menghampiri mereka semua. Namun, tiba-tiba saja Mawar menahannya."Lo mau ke mana? Mau nyamperin mereka? Gila lo ya, itu cowok semua"

"Gue gak bisa diem aja. Mereka harus di kasih pelajaran" Jawab Nara dengan bengisnya.

"Udah lah, Ra. Kita itu gak usah ikut campur urusan orang lain" Sambung Mawar.

Mawar memang termasuk tipikal orang yang tidak suka mencampuri atau mengurus kehidupan orang lain. Biarkan saja mereka melakukan kejahatan atau apa pun itu asalkan dirinya tidak. Begitulah prinsipnya.

Sedangkan Nara, berbanding terbalik dengan Mawar. Siapapun yang tengah berada dalam kesulitan pasti ia akan membantunya.

"Kalo lo gak mau bantu gue, diem. Gue bakalan bikin mereka nyesel" Nara tetap dengan pendiriannya.

Raffkanara: senja dan langitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang