06. Mengapa yang tak di inginkan selalu menjadi kenyataan?

2 3 0
                                    

><><><><

Sesuai pengumuman sabtu kemarin bahwa hari senin akan di mualinya kegiatan belajar mengajar. Semua siswa harus datang lebih awal sekarang, karena semua peraturan sekolah akan berlaku mulai hari ini juga.

Seperti hari-hari sebelumnya Nara berangkat sekolah selalu bersama Joko. Alasan yang jelas karena mereka satu kompleks.

Sesampainya di sekolah Nara dan Joko dibingungkan oleh ramainya siswa siswi berkumpul di depan mading.

"Ada apa ya, Jok?" Tanya Nara mengungkapkan kebingungannya.

"Gak tau." Jawab Joko. Ya, jelas Joko tidak tahu, dia kan juga baru datang.

Nara mengulas senyumnya ketika melihat seorang yang ia kenal ikut mengumpul di sana.

"Mawar!" Panggilnya.

Mawar pun menoleh ke arah Nara dan langsung saja menghampirinya.

"Mawar, kenapa sih ini rame-rame?" Tanya Nara setelahnya.

Seperti biasa Joko hanya menyimak.

"Itu, daftar pembagian kelas untuk para murid baru." Jawab Mawar membuat Nara mengangguk faham.

"Lo udah tau masuk kelas mana?"

Kali ini Mawar menjawab dengan cemberut "Gue masuk Ipa1."

"Oh ya? Terus gue Joko juga?" Lagi-lagi Nara melontarkan pertanyaan.

Mawar mengedikkan bahu "gak tau, yang jelas di daftar Ipa1 gak ada,"

Sebenarnya alasan mengapa Mawar cemberut, karena Ia tidak satu kelas dengan temannya ini.

Setelah mendengar jawaban Mawar, Nara menerobos banyaknya siswa siswi yang ada di depan mading bertujuan untuk melihat sendiri daftar tersebut. Ternyata Mawar dan Joko mengikutinya.

Nara melihat daftar Ipa1, benar sekali namanya tidak tertulis disana. Lalu ia beralih ke daftar Ipa2, membutuhkan cukup waktu akhirnya, ketemu!

Pas sekali namanya tertulis setelah nama Joko. Nara tersenyum senang "Jok, kita sekelas!" Nara heboh sendiri membuat Joko ingin membuktikannya.

Mawar semakin saja cemberut. "Dadah, mawar. Kita beda kelas." Canda Nara karena ia mengetahui bahwa temannya itu kecewa.

"Biarin aja, emang temen gue cuma lo sama Joko doang apa." Balas Mawar agar tidak terlihat menyedihkan.

Nara terkekeh mendengarnya. Lalu ia melihat-lihat kembali daftar tersebut. Cewek itu menemukan satu hal yang membuat senyumnya memudar. Di daftar itu tertulis nama yang tak asing lagi untuknya.

Raffka Raeza W.

Raffka, Raffka siapa ya? Fikirnya.

Hah! Nara membulatkan dua matanya.

Mampus!

Ia teringat ucapan Wulan kemarin. "Raffka, si psikopat sekolah. Cowo yang berurusan sama lo!"

Gue sekelas sama dia? Ini pasti salah tulis. Tapi gak mungkin. Kenapa? Kenapa yang tak diinginkan selalu kenyataan?

                                *   *   *

Nara ingin pulang saja sekarang . Ia tidak sanggup memasuki kelasnya. Rasa takut membuatnya gugup dan tidak percaya diri.

"Gak mau masuk, Ra?" Tanya Joko yang sedari tadi melihat Nara mematung di depan pintu kelas.

"Hah, ah iya." Nara gelagapan sendiri. Tolonglah ia tidak mau masuk ke kelas itu. Jika ia masuk sama saja dengan mengantarkan nyawanya sendiri kepada macan yang akan menyantapnya.__Dramatis sekali

Raffkanara: senja dan langitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang