Day 6: Orang Biasa

84 7 1
                                    

"Odasaku, apa yang akan kau lakukan jika memiliki kekuatan untuk melihat masa depan selama lima atau enam detik kedepan?"

Sebuah kalimat yang entah mengapa terdengar begitu rumit baru saja diutarakan oleh seorang murid laki-laki. Dan dari semua murid di SMA Bungou, Dazai lah yang menanyakan hal itu.

"Mampu melihat masa depan lima atau enam detik kedepan?" Tanya sang guru.

"Yap. Apa yang akan Odasaku lakukan?"

Saat ini, mereka sedang menghabiskan waktu bersama di atap. Keduanya memang selalu melakukan rutinitas itu setiap hari tiap jam istirahat makan siang di sekolah.

Biasanya pertanyaan yang keluar dari sang murid terdengar lebih masuk akal, tidak seperti kali ini.

Oda Sakunosuke — guru bahasa dan literatur jepang di sekolah itu menatap langit dengan pandangan menerawang. Cukup lama sampai ia menemukan jawaban yang cocok.

"Mungkin aku akan menyelamatkan banyak nyawa dengan kemampuan itu." Gumamnya.

"Hee~ Odasaku ternyata berjiwa pahlawan ya." Pemuda brunette itu tertawa kecil sebelum berbaring dan menatap langit yang cerah.

"Jaa, akan kuubah pertanyaannya. Bagaimana jika Odasaku adalah seorang mafia yang memiliki kekuatan itu?" Tambahnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Sang guru kembali berpikir sejenak sebelum kembali menjawab pertanyaan itu dengan sesuatu yang benar-benar tidak terduga.

"Kalau seperti itu mungkin aku akan memiliki pangkat terendah karena tidak ingin membunuh orang lain."

Keduanya saling beradu pandang. Berbeda dengan Oda yang berusaha mencari arti dibalik semua pertanyaan yang diajukan muridnya, Dazai justru sudah mengetahui jawaban itu jauh sebelum ia mengajukan pertanyaan.

Karena pemuda itu sudah pernah melihatnya secara langsung di kehidupan lain.

Setelah berulang kali menciptakan dunia dimana sahabatnya bisa bertahan hidup dan mengenalnya dengan baik, sampailah Dazai pada dunia ini. Sebuah isekai dimana ia adalah seorang murid SMA dan Oda adalah gurunya sendiri.

Ia tahu, cepat atau lambat satu dari antara mereka akan pergi atau mati. Jika tidak seperti itu, keduanya akan dipisahkan dengan cara lain oleh semesta. Tapi sebelum itu terjadi, Dazai ingin menghabiskan waktu yang tersisa bersama sahabat baiknya ini.

Pemuda itu memutuskan untuk mengalihkan pandangan sambil tersenyum.

"Demo, yappari tidak memiliki kekuatan supranatural seperti itu jauh lebih baik."

"Kenapa begitu?" Tanya sang guru.

"Karena hidupmu jadi tidak membosankan, penuh kejutan dan misteri. Menakutkan, tapi cukup menarik. Chigau kai?"

"Kau selalu memikirkan sesuatu yang tidak biasa, Dazai."

Beberapa detik kemudian, si surai merah akhirnya menyetujui apa yang baru saja dikatakan oleh muridnya.

"Tapi kau benar. Menjadi orang biasa jauh lebih baik." Katanya.

Dazai mengangguk cepat tanda setuju.

"Sou, sou. Jauh lebih baik dan membuatmu lebih panjang umur."

"Kenapa kau mengatakan hal itu?"

Dazai terdiam, wajahnya memucat. Merasa sudah mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya ia ucapkan.

Panjang umur, dua kata yang tidak mungkin dialami oleh Oda Sakunosuke di dunia asli mereka. Karena pria itu harus meregang nyawa di usianya yang ke dua puluh tiga tepat di pangkuan Dazai. Pemuda itu bahkan masih ingat dengan darah Odasaku yang berlumuran di telapak  tangannya.

Tidak. Tragedi mengerikan itu terjadi di dunia lain, bukan disini. Dazai sudah tidak perlu menangis dalam diam setiap malam lagi.

"...T-tentu saja karena Odasaku tidak perlu melawan penjahat." Jawabnya dengan kikuk.

Lawan bicaranya mengedipkan mata beberapa kali sebelum menghela nafas dan mengatakan, "sou da naa."

'Ya, kematian Odasaku hanya terjadi di dunia lain. Untuk sekarang, aku masih bisa tersenyum bersamanya di dunia ini.' Pikir Dazai.

Pemuda itu mengubah posisinya menjadi duduk dan memeluk pria berambut merah itu sambil tersenyum.

"Odasaku, terima kasih sudah menjadi orang biasa yang berharga untukku di kehidupan ini."

Sang guru tidak langsung mengomentari kalimat yang baru saja ia dengar melainkan mengusap kepala si brunette lalu balas memeluknya.

"Jangan memikirkan hal aneh lagi." Ujarnya.

Bukan karena menganggap bahwa Dazai adalah anak yang aneh. Tetapi karena menganggap kalau apa yang dipikirkan pemuda itu selalu tidak terduga. Terkadang muridnya ini terlihat seperti seseorang yang sudah mengalami banyak hal dan mengetahui apapun tentang dunia. Namun terkadang ia juga berpikir seperti anak sekolah pada umumnya.

"Datte, aku bisa sedih kalau Odasaku jadi pahlawan tapi tidak berumur panjang." Dazai bergumam dengan suara kecil tapi masih dapat didengar oleh lawan bicaranya.

"Kau tidak perlu khawatir. Karena aku hanyalah orang biasa."

Pelukan itu terlepas dan sang guru akhirnya bangkit berdiri. Tanpa ragu mengulurkan tangannya pada pemuda brunette di sampingnya.

" Ayo. Sudah waktunya kembali ke kelas."

"Bolos satu kali... boleh?" Dazai memasang wajah pura-pura sakit andalannya namun tetap menyambut uluran tangan itu dan ikut berdiri.

"Tidak boleh."

"Hm... Kalau menginap di rumah Odasaku nanti malam boleh?" Tanya pemuda itu lagi

"Boleh."

"Yatta!"

Keduanya pun meninggalkan atap setelah membereskan kotak bekal dan botol minuman. Saat mereka menuruni anak tangga bersama, diam-diam Dazai menatap punggung besar milik sang guru.

Cepat atau lambat perpisahan akan mereka rasakan. Mungkin caranya akan lebih menyakitkan dari yang mereka alami di dunia lain. Tapi sebelum itu terjadi, pemuda berperban itu tetap merasa bersyukur. Bersyukur karena keduanya berteman baik di dunia ini, bersyukur karena tidak menjadi musuh yang harus saling menjatuhkan, bersyukur karena Oda hidup dengan baik, dan bersyukur karena mereka berdua terlahir sebagai orang biasa.


THE END
_______________

takalune aku tunggu Beast AU X Royal AU nya :)))

See you next time.

30 Oktober 2022

WildWolf0303🐺

ODAZAI WEEK 2022 (Oktober) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang