"Renjuniee... sayang... cintanya aku, kamu di mana?" Teriak Jaemin, begitu ia tiba di dalam rumahnya.
"Bi Chulso!" Panggil Jaemin kepada maid yang ada di rumahnya.
"Iya Tuan, ada apa?" Tanya Chulso yang sedang membawa bahan makanan di tangannya.
"Renjun di mana?" Tanya Jaemin.
"Ada di dapur Tuan. Lagi masak buat makan malam nanti." Ujar Chulso, yang sukses membuat Jaemin panik.
"Bibi gimana sih! Kan aku udah bilang, kalau Renjun jangan di suruh masak!" Ujar Jaemin, yang langsung berlari ke arah dapur. Berlari menyelusuri koridor rumah yang sangat luas. Sampai akhirnya dia tiba di dapur.
"Jangan coba-coba mendekat!" Peringat Renjun, yang sadar akan kedatangan Jaemin.
"Sayang.... kan aku udah bilang sama kamu, kamu gak usah masak. Biar chef di rumah ini saja yang masak." Ujar Jaemin, yang perlahan menghampiri Renjun.
"Kamu pikir aku perduli? Memangnya kamu pernah dengerin ucapan aku? Gak kan? Lagipula ngapain sih khawatirin aku? Udah sana sama selingkuhan kamu." Ujar Renjun dengan nada ketusnya.
Jaemin menghela nafasnya frustasi. "Sayang.... ini gak seperti yang kamu pikirkan. Mereka itu bukan siapa-siapanya aku. Mereka cuma klien aku, yang terbawa perasaan. Sampai akhirnya mereka mengaku-ngaku kalau mereka kekasih aku." Ujar Jaemin, yang mencoba menjelaskan semua kesalah pahaman yang terjadi di rumah tangganya.
"Mereka gak mungkin sampai kebawa perasaan, kalau kamu gak kasih mereka peluang. Pasti kamu kasih mereka act of service kamu. Jadi mereka kayak gitu ke kamu. Gak akan ada akibat, kalau gak ada penyebabnya, Na Jaemin." Peringat Renjun, yang masih fokus memasak.
Jaemin menghela nafas frustasi. Ia bingung harus menjelaskan kayak apalagi kepada istrinya?
"Sumpah demi Tuhan, sayang~~~ kalau kamu gak percaya sama ucapan aku? Kamu bisa tanya sama Jeno atau enggak Eric." Ujar Jaemin, yang masih berusaha meyakinkan Renjun.
Sedangkan Renjun langsung mendecih, begitu mendengar ucapan Jaemin. "Tanya sama Jeno atau Eric yang notabennya teman pria kamu? Kamu gak ingat, terakhir kali aku tanya sama mereka, mereka malah kasih jawaban yang sangat luar biasa?" Tanya balik Renjun, yang sukses membuat Jaemin meringis.
Jaemin ingat betul kejadian itu. Kejadian di mana Renjun menantang dirinya, kalau misalnya Renjun tidak percaya dengan semua teman lelaki dirinya. Pasalnya semua teman lelaki dia, akan melindungi dia, apapun yang terjadi sama dirinya.
Sedangkan dia tidak percaya. Ia tidak percaya sama teman-temannya yang sangat solidaritas kepada dirinya. Termasuk Eric yang mageran itu. Jadi, sangat mustahil kalau teman-temannya solid.
Jadi mereka taruhan. Kalau ucapan Renjun terbukti? Ia gak akan dapat jatah dari Renjun selama seminggu. Dan kalau ucapan Jaemin terbukti? Renjun gak akan nolak kalau ia ingin melakukan itu.
Dan ya, Renjun segera membuktikan omongannya, dengan cara menelepon kedua teman Jaemin secara bergantian.
Pertama ia menelepon Jeno, dengan menanyakan apakah Jaemin ada di sana? Dan kalian tau? Jeno malah menjawab ada. Sedangkan saat itu Jaemin sedang berada di samping dirinya.
Renjun juga tidak menyerah, ia meminta Jeno untuk memberikan teleponnya kepada Jaemin, dengan dalih bahwa ia ingin bicara penting sama Jaemin. Dan kalian tau apa jawaban Jeno? Jeno bilang kalau Jaemin sedang meeting. Padahal wakti itu Jaemin sedang ambil cuti selama 1 minggu.
Setelah menelepon Jeno. Ia pun menelepon Eric. Renjun harus meningkatkan kesabarannya, sewaktu menelepon Eric. Kenapa? Karena Eric selalu tidak jelas jawabannya. Dan benar saja! Begitu dia tanya apakah Jaemin sedang berada di sana? Ia malah jawab Jaemin ada di Jonggol. Begitu dirinya tanya apakah Eric bersama dengan Jaemin? Dia malah jawab kalau dirinya tidak homo! Dia masih menyukai kekasihnya. Tidak jelas bukan?
Tapi untung saja Eric masih memberikan jawaban yang jelas, setelah jawaban randomnya. Jawaban Eric sama dengan jawaban Jeno. Melindungi Jaemin, dengan mengatakan kalau Jaemin sedang bersama dengan mereka.
Jaemin sendiri meringis begitu mendengar jawaban dari kedua temannya. Sedangkan Renjun tersenyum dengan penuh kemenangan.
"Njun! Ish malah melamun!" Tegur Jaemin, seraya menggoyangkan tubuh Renjun, agar lamunan Renjun buyar.
"Apa sih!" Ketus Renjun, yang berusaha menyingkirkan tangan Jaemin dari pinggangnya.
Jaemin suka sekali mengganggu Renjun sedang masak. Membuat Renjun kesal setengah mati akan tingkah Jaemin.
"Kau bisa tanya Karina sebagai jaminannya. Karina itu sekertaris aku atas pilihan kamu juga kan? Dia juga teman sekolah hingga teman kuliah kita." Ujar Jaemin, yang masih berusaha meyakinkan Renjum.
Satu-satu teman yang Renjun percaya adalah Karina. Sifat Karina yang tegas seperti boss. Membuat dia percaya dengan Karina. Bahkan Renjun menyuruh Karina untuk menegur atau memarahi Jaemin, kalau kerja Jaemin sebagai bos tidak benar.
"Nanti aku tanya! Sekarang kamu minggir dulu! Aku harus menyelesaikan masakan aku. Kau juga harus mandi! Baby Ji tidak suka mencium Daddy-nya yang bau!" Titah Renjun, yang di hiraukan Jaemin.
"Masakan kamu biar chef aja yang lanjutin." Ujar Jaemin, yang masih bergelayut manja di tubuh belakang Renjun.
"Masakan aku tidak enak ya?" Ucap Renjun secara to the point, yang membuat Jaemin panik setengah mati.
Jaemin langsung menggelengkan kepalanya dengan gusar. "Tidak! Tidak seperti itu! Masakan kamu enak. Bahkan melebihi masakan chef di sini. Aku hanya tidak ingin kau masak. Aku takut baby Ji kenapa-napa kalau kamu masak. Nanti---"
"Justru baby Ji yang menginginkan ini! Dia ingin aku masak untuk makan malam kita nanti. Aku, kamu, dan juga Baby Ji. Jadi, tidak ada alasan bagi kamu untuk melarang diriku! Kau ingin anak kita ileran pas bayi?!" Sarkas Renjun.
"Tapi--"
"Tidak ada tapi-tapian! Lebih baik sekarang kau mandi, biar aku bisa melanjutkan masak dengan mudah!" Usir Renjun, yang langsung mematikan kompornya. Lalu membalikkan tubuhnya menjadi berhadapan dengan Jaemin. Setelah itu, ia mendorong Jaemin pergi dari area dapur.
Jaemin hanya bisa mengikuti perkataan Renjun. Dengan langkah yang lesu, ia pergi ke kamarnya. Sampai di kamar, ia langsung bergegas ke kamar mandi, untuk membersihkan tubuhnya.
Tak sampai 15 menit, ia sudah menyelesaikan mandinya. Serta sudah rapih dengan pakaian santai yang saat ini dia kenakan. Langsung saja ia menghampiri Renjun.
Tapi, begitu ingin keluar, ia tidak sengaja melihat ada sesuatu yang hilang dari lemari kunci mobilnya. Tanpa tunggu lama, ia langsung berlari menghampiri Renjun.
"Jangan lari-lari, Na Jaemin. Nanti--"
"Sayang, di mana kunci mobil Hennessey Venom GT Spyder 2011-ku mana?" Tanya Jaemin dengan nafas yang masih tersenggal, karena habis berlari.
"Udah aku kasih Guanlin." Jawab Renjun yang nampaknya acuh dengan pertanyaan Jaemin.
Berbeda dengan Jaemin yang sudah meringis, menahan air matanya untuk tidak keluar. "Kenapa di kasih ke Guanlin sih yang?" Tanya Jaemin frustasi.
"Sebagai hukuman kamu selingkuh. Semakin banyak ketahuan selingkuhan kamu? Semakin dikit mobil di garasi rumah." Ujar Renjun, di sertai bumbu ancaman.
"Tapi kan aku gak selingkuh yang." Ujar Jaemin yang sedikit merengek.
"Yaudah beli lagi." Sahut Renjun, yang masih menata table menner meja makannya.
"Yang, itu mobil cuma ada 6 unit di dunia! Aku dapat yang final edition, di mana mobil itu mobil yang terakhir." Ujar Jaemin.
"Yaudah, pinta aja lagi ke Guanlin-nya. Susah amat."
![](https://img.wattpad.com/cover/324131533-288-k967057.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST A BULLSHIT - JAEMREN
FanficCERITA INI KHUSUS JAEMREN SHIPPER! BAGI KALIAN YANG TIDAK SUKA SHIPPER INI? DILARANG UNTUK MEMBACA, MENGHUJAT, SERTA MENGKRITIK NEGATIF DI KOLOM KOMENTAR MAUPUN DIKEHIDUPAN NYATA PARA MEMBER, BAIK NA JAEMIN DAN HUANG RENJUN! WARNING GS!