"Sebenarnya, ada apa kau mengajakku kemari?" Tanya Guanlin, menatap Renjun dengan penuh tanda tanya.
Renjun terdiam, dengan wajah yang tertunduk, dengan kedua tangan yang saling bergulat satu sama lain. "Eum... itu...ak--aku.." gumaman yang terus keluar dari mulut Renjun, yang dapat di dengar Guanlin.
"Tidak apa-apa. Ceritalah." Ujar Guanlin, mencoba menenangkan Renjun.
Renjun mencoba untuk tenang. Diam sejenak, lalu mengambil nafasnya, dan membuangnya, sebelum mulai berbicara. "Aku ingin meminta kembali mobil yang kemarin aku kasih." Ujar Renjun dengan panjang lebar, tanpa jeda.
Guanlin terpaku, begitu mendengar perkataan panjang lebar, yang keluar dari mulut Renjun. Ia langsung memberikan segelas air milik Renjun, kepada Renjun. "Minum dulu." Titah Guanlin, begitu lihat nafas Renjun yang tersenggal.
Tanpa tunggu lama, Renjun segera mengambil minum yang di berikan Guanlin, lalu meminumnya sampai habis.
"Sudah lebih baik?" Tanya Guanlin, begitu melihat pernapasan Renjun yang telah terkontrol dengan baik.
Renjun pun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. "Jadi bagaimana? Kamu mau gak balikin mobil yang kemarin aku kasih?" Tanya Renjun, yang langsung di balas kekehan oleh Guanlin.
"Tentu saja. Aku tau kok kamu ngelakuin kayak gitu karena lagi kesel sama Jaemin. Aku juga tau kalau itu mobil kesayangan Jaemin. Jadi aku udah yakin kalau Jaemin gak akan mungkin kasih mobil itu ke orang lain. Aku juga yakin kalau nantinya kamu akan ngambil mobil itu." Ujar Guanlin, seraya merogoh saku celananya.
"Ini kunci mobilnya." Sambung Guanlin, seraya memberikan kunci mobil milik Jaemin, yang baru saja ia ambil, kepada Renjun.
Renjun langsung mengambil kunci mobil itu. "Sekali lagi maaf ya, Lin. Gak seharusnya aku mengambil kembali barang yang telah aku kasih." Ujar Renjun penuh penyesalan.
"Gapapa kok. Aku ngerti. Lebih baik kamu kembaliin mobilnya lagi ke Jaemin, sebelum itu orang merajuk." Ujar Guanlin.
Renjun langsung teringat. Ia segera pamit kepada Guanlin, dan pergi dari hadapan Guanlin. "Kalau begitu aku pergi dulu ya, Lin! Terima kasih, dan sekali lagi aku minta maaf!" Pamit Renjun, sebelum pergi meninggalkan Guanlin sendirian.
Sementara Guanlin hanya bisa menggelengkan kepalanya, begitu melihat tingkah Renjun.
---
Selama beberapa menit membelah padatnya kota Jakarta, Renjun pun tiba di depan perusahaan milik Jaemin. Langsung saja ia menitipkan mobil milik suaminya yang ia bawa, kepada parking valet perusahaan suaminya. Sementara dirinya masuk ke dalam perusahaan Jaemin, suaminya.
Tanpa menuju resepsionis, ia langsung masuk ke dalam lift khusus CEO, lift khusus sang suami.
*ting* suara lift yang berbunyi, yang menandakan bahwa dirinya sudah tiba di lantai yang ia inginkan. Langsung saja ia keluar dari lift, dan berjalan di sepanjang koridor menuju ruangan suaminya.
"Hai, Karina. Jaeminnya ada di dalam?" Sapa Renjun kepada Karina yang tengah bekerja.
Mendengar suara Renjun, membuat Karina segera menghentikan aktivitasnya. "Hello juga, Njun! Jaeminnya ada di dalam sedang bersama dengan klien." Jawab Karina, membalas senyuman Renjun dengan senyumannya.
"Mereka daritadi atau baru, Rin?" Tanya Renjun, yang membuat Karina langsung memeriksa jam yang ada di pergelangan tangan kirinya.
"Dari 1 jam yang lalu sih, Njun. Kenapa emang?" Tanya Karina.
"Kliennya laki-laki apa perempuan?" Tanya Renjun kembali.
"Perempuan." Jawab Karina, yang masih tidak tau ke mana arah pertanyaan Renjun.
Renjun langsung menggelengkan kepalanya. "Wuah, udah gak bener nih! Karina, aku masuk ke dalam ya!" Ujar Renjun, yang langsung bergegas menuju ruangan Jaemin.
Di ketuk lebih dulu pintu ruangan Jaemin, sebagai bentuk kesopanan, sebelum ia masuk ke dalam suatu ruangan.
Netra Renjun membola, begitu ia melihat seorang wanita yang tengah duduk di atas meja milik Jaemin, dengan menunjukkan paha putih mulusnya.
"Kalau mau ngerayu suami orang, gak gitu caranya." Ujar Renjun, yang membuat Jaemjn serta wanita yang ada di ruangan itu menoleh.
Netra Jaemin membola, begitu melihat kehadiran istrinya yang sudah tiba di ruangannya. Sementara Renjun hanya memutarkan kedua bola matanya jengah, begitu melihat reaksi Jaemin, yang sepertinya terkejut akan kehadirannya.
Sangking keasikannya, suaminya sampai tidak sadar kalau dia ada di ruangan. Ia terus melangkahkan kakinya, sampai akhirnya di tiba di hadapan wanita itu.
Tanpa tunggu lama, ia langsung meraih kerah baju wanita yang ada di hadapannya. Perlahan tangannya turun ke kancing yang ternyata sudah di buka sebanyak 2 buah, dari atas.
"Kenapa cuma buka 2? Harusnya mah buka 3 atau 4 yah, kalau benar-benar berniat untuk merayu suami aku. Kalau cuma 2? Belahan payudara kamu tidak terlihat sempurna. Mana ada pria yang nafsu kalau cuma buka 2 kancing." Ujar Renjun, yang langsung membuka kancing ketiga dari baju kemeja yang wanita ini kenakan.
"Kau tau bukan, pria itu kalau gak brengsek ya homo. Jadi, kalau kamu ingin membuat suami aku terangsang begitu melihat dirimu? Jangan ragu untuk menunjukkan semuanya di hadapan suamiku. Gerakan kamu tadi juga kurang sensual. Mana ada pria yang tergoda kalau gerakan lamu kurang sensual. Apakah perlu aku mencontohkannya kepada dirimu?" Ujar Renjun, yang langsung berjalan ke arah Jaemin.
"Karena aku sedang baik hati, serta mood aku yang sedang baik, aku akan menunjukkan caranya kepada dirimu." Ujar Renjun, yang langsung duduk di pangkuan Jaemin.
"Kalau ingin menggoda suami orang, khususnya suami aku ini? Jangan duduk di atas meja, duduk saja di pangkuannya, dengan tangan yang langsung mengusap rahangnya dengan gerakan perlahan, dan penuh sensual. Kalau bisa, di iringi sedikit desahan dan geraman." Ujar Renjun, seraya mempraktekan langsung di hadapan wanita yang menggoda suaminya.
Jaemin yang melihat istrinya semakin tidak kondusif, ia langsung menghentikan gerakan tangan Renjun di wajahnya. Yang saat ini tengah menggoda sisi liar dirinya untuk bangun. "Njun, hentikan." Ujar Jaemin dengan nada rendahnya, karena saat ini ia sedang menahan gairahnya yang akan keluar karena sentuhan sang istri.
Untung saja ia masih ingat, dan sadar kalau saat ini dirinya masih berada di kantornya. Serta ada seorang wanita yang merupakan kliennya. Langsung saja ia menghentikan istrinya sendiri. Agar istrinya tidak bertindak lebih jauh.
Sedangkan Renjun, ia langsung menatap sang suami dengan tatapan polos, penuh keheranan. "Loh, kenapa menyuruh aku berhenti? Padahal aku sedang memberikan tutor kepada wanita ini. Agar wanita ini berhasil dalam menggoda dirimu." Ujar Renjun, yang langsung mengalihkan pandangannya dari suaminya, ke wanita yang saat ini tengah menatap dirinya.
"Kau lihat sendiri bukan? Baru aku sentuh seperti itu, suara suamiku sudah sangat rendah, seperti menahan gairah yang ingin keluar dari dalam tubuhnya." Seru Renjun, di sertai senyuman miringnya.
Wajah wanita itu merah padam. Entah merah karena menahan malu, atau menahan amarah. "Tuan Na, sepertinya pertemuan kita harus di akhiri sekarang. Untuk pertemuan selanjutnya? Silahkan berdiskusi dengan sekertaris pribadiku." Ujar wanita itu, lalu langsung pergi dari ruangan Jaemin.
"Semoga di pertemuan selanjutnya kau berhasil merayu suamiku! Supaya kau tidak malu karena gagal."
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST A BULLSHIT - JAEMREN
FanficCERITA INI KHUSUS JAEMREN SHIPPER! BAGI KALIAN YANG TIDAK SUKA SHIPPER INI? DILARANG UNTUK MEMBACA, MENGHUJAT, SERTA MENGKRITIK NEGATIF DI KOLOM KOMENTAR MAUPUN DIKEHIDUPAN NYATA PARA MEMBER, BAIK NA JAEMIN DAN HUANG RENJUN! WARNING GS!