*cklek* suara pintu yang terbuka, sukses membuat Jaemin yang tengah membuka dasinya, ia pun langsung berlari ke asal sumber suara.
Jaemin yakin kalau misalkan yang buka pintu itu istrinya, Renjun. Maka dari itu ia segera berlari menghampiri sang istri yang baru saja pulang.
Dan benar saja! Belum sampai ia tiba di ruang tamu, dirinya sudah bertemu Renjun yang tengah berjalan ke arahnya, dengan kedua tangan yang penuh makanan, serta mulut yang tengah mengunyah.
"Eum... sepertinya enak sekali main di luar." Sindri Jaemin, yang membuat Renjun tersadar.
Renjun langsung mengalihkan fokusnya yang semula menatap makanan, menjadi menatap suaminya, Jaemin. Sedangkan Jaemin, ia langsung menerjang istrinya dengan pelukkannya. Setelahnya, ia langsung mencium perut sang istri yang kian membesar.
"Adek gak ada kenyangnya ya, sampe bunda harus jajan banyak makanan. Senang udah di ajak bunda jalan-jalan? Senang udah memonopoli bunda?" Oceh Jaemin kepada perut Renjun.
Sedangkan Renjun mendelik, begitu melihat suaminya yang berbicara dengan perutnya yang membesar ini. "Kau gila ya, Na Jaemin?" Tanya Renjun, yang masih menautkan kedua alisnya heran.
Dan ya! Perkataan Renjun membuat Jaemin juga terheran. "Gila kenapa sih, yang?" Tanya Jaemin heran.
"Ngapain ngomong sama perut sih. Baby Ji juga gak akan ngerti sama omongan kamu. Udah gila bener." Ujar Renjun, yang langsung pergi ke dalam. Meninggalkan suaminya sendirian dengan keterbingungannya.
"Sayang! Kok aku di tinggal?!" Ujar Jaemin di sertai rengekkan, dan langsung menyusul istrinya yang sudah lebih dulu jalan.
Sampai di kamar, ia melihat sang istri yang tengah menarik, dan membuang nafasnya, di atas ranjang yang berukuran King size, dengan kaki yang di selonjorkan, seraya mengusap perutnya yang sudah besar.
"Pasti cape ya?" Pertanyaan retorik yang keluar dari mulut Jaemim, yang saat ini sudah duduk di samping Renjun.
"Bisa gak sih kalau kasih pertanyaan itu yang logis? Coba aja kamu bayangin aku yang harus bawa-bawa manusia di dalam tubuh! Dan kamu masih nanya capek atau enggaknya?" Sewot Renjun, yang sepertinya sensitive-nya mulai bangun lagi, karena pertanyaan Jaemim.
Entah kenapa kalau di dekat suaminya, dia tuh bawaannya kesal mulu. Gak tau kenapa kayaknya baby Ji gak suka kalau Ibunya deket-deket sama Ayahnya. Apa jangan-jangan baby Ji ini laki-laki?
Renjun belum memeriksa jenis kelamin anaknya. Ia memang sengaja tidak memeriksanya, agar menjadi kejutan nantinya. Jaemin juga tidak keberatan akan hal itu. Selagi istrinya nyaman, dan tidak terganggu, Jaemin tidak keberatan.
Lantas, bagaimana dengan baju, dan perlatan lainnya? Renjun sama Jaemin belinya buat 2 kelamin sekaligus dong? Tentu saja tidak! Mubazir! Jaemin tidak suka sesuatu yang mubazir! Baik Jaemin dan Renjun membelikan baju, dan perlatan bayi lainnya yang uni sex.
"Iya iya. Maafkan aku ya, sayang. Lain kali aku gak nanya yang aneh-aneh sama kamu. Maafin Ayah juga ya baby Ji." Ujar Jaemin, seraya memijit kakinya Renjun.
Renjun yang melihat suaminya memijit kakinya, ia pun tidak tinggal diam. Ia segera menepis tangan sang suami. Namun suaminya tetap melanjutkan pijitannya. "Jaemin ish, gak usah! Aturan aku yang pijitin kamu! Kamu kan yang cape!" Ujar Renjun, yang ingin melipat kakinya, tapi di tahan oleh Jaemin.
"Gapapa, ish! Aku gak cape kok, yang. Lagipula, kelelahan, dan kecapekan aku gak sebanding sama kamu. Kamu yang gak bisa tidur dengan nyaman setiap malam. Kamu yang kemana-mana harus membawa malaikat kecil yang ada di dalam kandungan kamu." Ujar Jaemin, yang masih meneruskan kegiatannya dalam memijit Renjun, istrinya.
"Utututut, Na Jaemin bisa clingy juga ya!" Ujar Renjun, yang langsung mencium pipi Jaemin.
"Maafin aku ya." Ujar Jaemin.
"Maaf buat apa?" Tanya Renjun bingung dengan permintaan maaf suaminya.
"Aku minta maaf atas perbuatan sama ucapanku tadi siang. Gak seharusnya aku berkata seperti itu sama kamu. Seharusnya aku bersyukur kalau kamu cemburu. Itu artinya kamu sayang sama aku." Ujar Jaemin.
"Tapi aku berani bersumpah, yang. Wanita itu bukan siapa-siapanya aku. Dia itu memang benar klien aku, gak lebih. Masalah meeting kita yang berlangsung lama, kurang lebih 1 jam. Itu karena terjadinya argumen antara aku sama dia. Dia yang gak setuju sama rancangan serta konsep yang aku buat. Sementara aku berusaha buat mempertahanin konsep itu, karena biayanya yang gak terlalu mahal, tapi kualitasnya bagus." Jelas Jaemin.
"Aku juga gak tau kalau dia duduk di atas meja aku. Orang aku lagi ubah sedikit konsep yang aku buat, atas kesepakatan kita bersama. Jadi aku gak merhatiin dia. Aku tau dia ada di atas meja aku aja pas ada kamu."
"Sumpah demi Tuhan aku gak sadar yang, aku juga gak sadar kalau pose, sama pakaian dia jadi gak sopan seperti itu. Orang tadinya dia pakai belzer, terus roknya juga lumayan panjang. Kamu juga tau sendirikan kalau aku orang yang gak terlalu perduliin sekitar. Sama gak akan tertarik sama wanita kayak gitu?" Sambung Jaemin, berusaha meyakinkan istrinya.
"Aku percaya kok. Aku juga mau minta maaf karena gak ngebiarin kamu ngejelasin semuanya lebih dulu. Aku udah terlanjur ke bawa emosi. Gak seharusnya aku mentingin emosi aku, dan bersikap seperti itu kepada suami aku sendiri." Ujar Renjun, yang akhirnya paham akan posisi Jaemin.
Sama seperti yang di ucapkan Guanlin tadi. Ucapan Guanlin sama seperti yang di ucapkan Jaemin saat ini. Sepertinya Guanlin benar-benar mengerti seorang Na Jaemin.
"Aku gak marah atau nyalahin kamu kok yang. Kamu wajar marah ke aku. Terus juga kondisi kamu yang akhir-akhir ini sering sensitive karena mengandung. Dan persis seperti yang kamu ucapkan. Kalau aku ada di posisi kamu, aku juga bakalan marah, atau bahkan memukul pria itu, dan membuat keributan besar di sana." Ujar Jaemin, yang memaklumi tingkah Renjun.
"Tapi dengan bodohnya, aku malah minta kamu ngertiin aku. Sedangkan aku selalu memancing masalah, dan jarang ngertiin kamu." Sambung Jaemin.
"Enggak, Na. Yang kamu omongin tuh benar. Seharusnya aku ngertiin kamu juga, dan gak mudah cemburuan. Kerjaan kamu kan yang membuat kamu gak bisa memilih klien kamu. Kamu gak bisa nentuin klien kamu harus pria. Di sini posisi aku juga salah, Na." Ujar Renjun, yang akhirnya tersadar juga akan kelakuannya.
"Kita berdua emang salah. Gak seharusnya kita kebawa emosi, sama ego sendiri. Lain kali aku akan coba untuk tidak membuat masalah, serta lebih mengerti dirimu." Seru Jaemin.
Renjun yang mendengar kalimat suaminya pun tersentuh. Ia segera melipat kakinya, dan mencium bibir sang suami. Namun, ketika ia ingin menyelesaikan ciumannya, suaminya malah makin memperdalam ciumannya, dan menahan tengkuknya.
"Eungh~~~" desah Renjun, ketika tangan Jaemin sudah bergerak liar di sekitaran tubuhnya. Bahkan ciuman suaminya sudah menjalar dari mulut, ke leher jenjang miliknya.
"Yang, boleh ya?"
![](https://img.wattpad.com/cover/324131533-288-k967057.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST A BULLSHIT - JAEMREN
FanficCERITA INI KHUSUS JAEMREN SHIPPER! BAGI KALIAN YANG TIDAK SUKA SHIPPER INI? DILARANG UNTUK MEMBACA, MENGHUJAT, SERTA MENGKRITIK NEGATIF DI KOLOM KOMENTAR MAUPUN DIKEHIDUPAN NYATA PARA MEMBER, BAIK NA JAEMIN DAN HUANG RENJUN! WARNING GS!