8. He's Lay to Me!

123 7 0
                                    

Janji tidak akan lama-lama? Sepertinya itu hanya omongan belaka. Nyatanya sudah 2 minggu Jaemin tidak pulang ke rumahnya, membuat Renjun kesal setengah mati.

Kalian bagi para calon bunda pasti tau sendirikan rasanya di tinggal suami, ketika keadaan sedang hamil?

Itu yang di rasakan Renjun saat ini. Apalagi ketika dirinya sedang mengidam. Dia harus sebisa mungkin menahan keinginannya. Terlebih ketika dirinya sering kali mengidam di malam hari.

Siapa yang mau ia suruh pas di malam-malam buta kalau bukan Jaemin? Tidak mungkin ia menyuruh Daddy-nya atau mertuanya. Apalagi kalau menyuruh Jeno, temannya Jaemin yang satu spesies dengan Jaemin.

"Kenapa sih, Njun?" Tanya Wendy, orang tua Renjun yang sedari tadi melihat anaknya menghembuskan nafas secara berulang kali.

"Jaemin..." rengek Renjun dengan nada sendu menahan tangis.

Entah kenapa saat ini ia sangat ingin bertemu dengan suaminya. Ia tuh sebenarnya tidak bisa jauh dari suaminya. Beberapa minggu belakangan ini dia selalu gelisah karena tidak di dekat suaminya.

"Yaudah temuin aja Jaeminnya." Ujar Wendy, yang tidak ingin memperpanjang masalah ini.

"Aku mau....tapi aku takut---takut menganggu Jaemin yang sedang bekerja." Ujar Renjun.

Wendy terkekeh melihat tingkah laku anaknya sendiri. Sudah 3 hari Renjun memutuskan untuk tinggal di rumah orang tuanya. Niatnya sih supaya bisa menghilangkan Jaemin dari pikirannya. Eh tapi malah dia semakin rindu dengan Jaemin.

"Coba telepon Jaemin saja." Usul Wendy, yang mencoba membantu Renjun dalam mengatasi kegalauannya.

"Sudah. Tapi tidak di angkat." Balas Renjun, yang semakin cemberut mendengar ucapan Wendy.

"Ya sudah sih ke sana aja! Daripada kamu galau seperti ini. Jaemin gak mungkin marah. Kamu bilang aja kalau kamu rindu. Bilang saja baby Ji gak bisa jauh dari Daddy-nya. Jaemin pasti ngerti kok." Jelas Wendy.

"Gapapa Mi?" Tanya Renjun, menatap Wendy dengan binar matanya.

"Yagapapa. Kamu mau memastikannya? Mami akan menelepon Yuta kalau kau ingin." Seru Wendy, yang langsung mengambil ponsel yang ada di saku celananya, mengetikkan sesuatu di ponselnya, lalu menelepon Yuta. Tak lupa ia meloud speaker panggilan telepon.

"Hallo Wen, ada apa?" Tanya Yuta di sebrang sana, begitu teleponnya tersambung.

"Oh ini Yut, aku ingin tanya sesuatu." Ujar Wendy, memulai percakpan.

"Apa itu? Katakan saja." Seru Yuta, yang merasa aneh dengan Wendy yang basa basi seperti ini.

"Ini loh, Renjun ingin sekali bertemu dengan Jaemin yang sedang bekerja di Bandung. Apakah Renjun boleh menemui Jaemin?" Tanya Wendy to the point.

"Loh, Jaemin ke Bandung?" Tanya Yuta yang bingung mendengar penuturan Wendy.

Sedangkan Wendy semakin bingung karena Yuta tidak tau. "Loh, Daddy Yuta tidak tau?" Tanya Renjun yang sama terkejutnya.

"Daddy tidak tau, Njun. Jaemin tidak berbicara dengan Daddy kalau ingin ke Bandung." Ujar Yuta.

"Loh katanya perusahaannya di Bandung tengah ada masalah, jadi dia harus segera ke Bandung untuk mengurus itu." Jelas Renjun.

"Loh kok tumben ya, biasanya Jaemin tidak bicara sama Daddy." Ujar Yuta yang heran. Biasanya Jaemin selalu bicara kepada dirinya untuk mendiskusikan masalah ini kepada dia, untuk menemukan jalan keluarnya.

"Jadi gimana, Yut? Renjun boleh gak?" Tanya Wendy, mengembalikan topik pembicaraan mereka.

"Tentu saja boleh. Kalau Jaemin marah? Bilang Daddy, biar Daddy marahi kembali." Ujar Yuta, yang memperbolehkan menantunya menemui anaknya.

"Oke Yuta, kalau begitu makasih. Maaf telah menganggu waktumu." Ujar Wendy, yang langsung mematikan teleponnya secara sepihak.

"See? Yura bilang tidak apa-apa. Jadi tidak apa-apa kalau kau mau pergi ke sana. Kapan mau perginya? Mommy bantu bersiap." Ujar Wendy, menatap sang anak yang sedang memasang wajah gembiranya, karena telah di perijinkan untuk bertemu dengan Jaemin, suaminya.

"Sekarang Mom!" Seru Renjun antusias, yang sudah beranjak dari kursinya, dan menarik-narik Wendy untuk pergi ke rumahnya.

"Sabar, Njun. Mommy ganti baju dulu." Pinta Wendy, yang berusaha menahan tarikkan sang anak.

"Tidak ada waktu untuk mengganti baju Mom!" Balas Renjun, menolak permintaan Wendy.

Dengan amat sangat terpaksa, Wendy menuruti kemauan Renjun yang terus menariknya. "Hati-hati! Perhatikan jalan-mu! Nanti terjatuh." Peringat Wendy.

***

Sampai di kediaman rumah Renjun, ia langsung bergegas ke kamarnya. Sementara Wendy masih menyusul di belakang, seraya terus memperingati sang anak.

"Loh, kamu cuma bawa segitu?" Tanya Wendy, melihat sang anak cuma membawa tas kecil yang hanya muat untuk dompet, card holder, ponsel, minyak wangi, chargeran, serta ear phone.

"Iya segini aja. Nanti masalah baju ganti? Aku tinggal beli di sana aja. Cape mom kalau bawa barang banyak-banyak." Jawab Renjun, yang saat ini tengah mengganti pakaiannya.

Wendy hanya terdiam seraya menggelengkan kepalanya, melihat tingkah Renjun saat ini.

"Ayo mom!" Seru Renjun, yang menarik Wendy untuk keluar dari kamarnya, dan tentunya dari rumahnya.

"Tadi Papi bilang kalau jet pribadinya udah siap." Ujar Wendy kepada anaknya yang sedang sibuk memainkan ponselnya.

"Aku harus bilang ke Jaemin dulu apa enggak, Mi?" Tanya Renjun.

"Terserah kamu mau bilang dulu apa enggak. Tapi kalau kamu mau bikin kejutan sama dia? Lebih baik tidak usah." Saran Wendy.

"Aku ingin memberikan kejutan ke dia aja deh. Tapi dia marah gak kalau aku tiba-tiba datang kayak gini?" Tanya Renjun lagi, meminta saran kepada Ibunya.

"Kenapa harus marah? Selagi kamu gak ganggu pekerjaannya, kenapa harus marah? Niat kamu kan pengen ketemu Jaemin untuk melepas rindu. Kalau dia marah-marah karena kamu datang, patut untuk di curigai." Jelas Wendy.

"Gitu ya mi?" Tanya Renjun memastikan.

"Ya gitu....tapi kalau kamu mau memberi tau Jaemin karena masalah kesopanan ya gapapa sih. Tapikan di satu sisi kamu juga ingin memberikan kejutan. Di sisi lain dua juga salah karena mengingkari janjinya, dan juga tidak memberi kabar. Jadi, bukan kesalahan kamu sepenuhnya kalau kamu tiba-tiba datang, tanpa memberi tau-nya." Jelas Wendy, meyakinkan keputusan yang akan di ambil anaknya.

"Yaudah deh, aku gak usah bilang aja. Hitung-hitung sebagai kejutan buat dia. Pasti dia juga rindu sama baby Ji." Final Renjun yang sudah bulat dengan keputusannya.

"Tapi kamu udah tau di mana Jaemin menginap? Kan dia gak kasih tau kamu, sama gak kasih kabar kamu. Nanti kamu ke sasar lagi?" Tanya Wendy, yang takut anaknya kesasar, atau jadi anak ilang di sana.

"Tenang Mami! Aku sudah tau di mana Mark menginap. Aku sudah bertanya kepada Karina, dan dia sudah memberi tau tempat tinggal Jaemin, sama jadwalnya Jaemin.

"Berati Jaemin bener ke Bandung buat kerjaan dong? Kalau enggak, Karina gak akan tau di mana Jaemin." Tanya Wendy, yang awalnya curiga sama Jaemin.

"Ya iya mungkin. Mungkin Jaemin gak mau kasih tau Daddy Yuta, karena dia masih bisa menghandle-nya kali."

JUST A BULLSHIT - JAEMRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang