CHAPTER 39

292 22 3
                                    

Happy Reading!♥️♥️

~👑👑~

Sepi, dingin, hampa dan menyesakkan.

Itulah yang Calista rasakan saat kembali menginjakkan kakinya di Mension utama keluarganya. Baru masuk saja, dadanya sudah terasa sesak, entah alasan apa yang membuat Felix memaksanya untuk datang kemari.

Untuk kesekian kalinya, Calista memuluk dadanya yang terasa sakit. Rasanya benar-benar sulit bernafas. Kenangan-kenangan itu kembali lagi, rasa sakit itu kembali merasukinya.

"Damn! Seharusnya gua nggak kesini" Calista bergumam, merutuki keputusannya sendiri.

Dia kembali mengatur nafasnya, memejamkan matanya sebentar, lalu berbalik, berniat untuk keluar dari sana. Namun, niatnya berhenti saat mendengar suara seseorang yang amat dia kenali.

Calista terdiam, masih berusaha menetralkan detak jantungnya dan memastikan bahwa pendengarannya tidak salah. Sepersekian detik kemudia, Calista berbalik badan, berharap apa yang ada dipikirannya menjadi nyata.

Gadis itu menghela nafas kecewa, lalu terkekeh miris. Ternyata bukan benar-benar sang Daddy, melainkan hanya sebuah video yang menampilkan Alvino tengah duduk dimeja kerjanya bersama Calista kecil. Video yang dulu sering kali dia putar bersama Alvino.

"Lo gila berharap Daddy masih hidup Cal," Calista kembali bergumam lirih

Tapi, ada satu lah yang membuatnya heran, rasanya hanya dirinya yang berada di Mension ini, sebab para pekerja yang bertugas membersihkan Mension pun sudah pulang. Lalu, siapa yang menyalakan televisi dan menampilkan video tersebut?

"Seinget gua, kaset video itu ada di kamar Daddy, yang jelas-jelas selalu gua kunci."

Calista melirik sekitarnya, gelap. Hanya itu yang dia lihat, dia mulai menajamkan pendengarannya. Melangkah semakin mendekat pada televisi, tangannya bergerak perlahan kearah pinggang, bersiap untuk segala kemungkinan yang akan terjadi. Dia sedikit melirik kebelakang, saat mendengar suara langkah kaki.

Calista membalik tubuhnya dengan belati yang mengacung pada seseorang dihadapannya itu.

"Sialan! Lo ngapain si?! Ngagetin aja bangsat." gadis itu mengumpat kesal saat melihat orang tersebut, yang ternyata adalah Jessy

"Ini belati bisa diturunin dulu nggak?" ujar Jessy dengan menyentuh ujung belati dengan jari telunjuknya.

Calista berdecak, lalu kembali menyimpan belatinya.

"Ngapain lo disini?" tanya Calista, pasalnya dia tadi masuk kedalam Mension dengan keadaan pintu utama yang masih terkunci, lalu bagaimana Jessy bisa masuk?

Jessy hanya tersenyum, senyum yang membuat Calista mengerut heran. Tak lama, lampu menyala, memperlihatkan sahabatnya yang lain dan juga Satria dkk. Calista semakin mengerut heran, Felix juga ada diantara mereka.

"Ini apa maksudnya?"

"Kita cuma mau ngasih kejutan buat lo, yaa walaupun nggak ada dekorasi, soalnya ntar kelamaan kalok pake dekorasi," ujar Jessy, diakhiri kekehan.

"Gua nggak lagi ulang tahun," Calista memutar bola matanya jengah. Ada-ada saja sahabatnya ini.

"Bawel banget si lo, tinggal nikmatin aja apa susahnya dah," celetuk Caca

Calista hanya menghela nafas lelah. Sial, dadanya masih saja terasa sesak.

"Buru, dada gua udah sakit." ujar Calista lirih. Pasokan udaranya rasanya hampir habis.

Jessy dan yang lainnya pun terdiam, sebesar itu efek yang diterima Calista karena kepergian orang tuanya.

"Sorry bikin lo kesiksa Cal, tapi kita disini berharap, setalah hari ini lo bisa bahagia lagi dan jadi Calista seperti dulu. Yang kita kenal. Calista yang cerewet, Calista yang murah senyum, Calista yang ramah, Calista yang selalu ceria dan Calista yang selalu terbuka,"

Devil's and Angel'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang