Ketika anak pertama harus dipaksa menjadi seseorang yang kuat, dan anak terakhir harus menjadi manusia hebat, lantas apakabar posisiku? Menjadi seseorang yang terlahir sebagai anak tengah bukan pilihanku, bahkan kalau boleh memilih, bisakah aku tidak usah dilahirkan di dunia ini. Dipaksa kuat oleh keadaan yang tidak pernah sama sekali memihakku, kebahagiaan itu bohong dalam kampus hidupku, senyum itu palsu menurutku, ketika mulai melangkah dalam dunia luar, melihat anak anak dibanggakan secara terang - terangan oleh kedua orang tua nya, senyum tipisku mengiringi langkahku. Aku tidak akan berkata omong kosong lagi seperti "kapan aku mendapatkan semua itu?" atau "kapan orang tuaku bangga dengan keberadaanku" karena lagi dan lagi yang aku dapatkan ketika kakiku melangkah masuk dalam gerbang tinggi penutup rumahku, yaitu "Keren sekali nak" tapi itu bukan tertuju untukku, melainkan untuk kedua saudara kandungku yang keberadaannya selalu menjadi kesayangan yang posisi itu ga akan pernah diberikan kepadaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Middle Child
Non-FictionMiddle child, Ketika anak pertama harus kuat dan anak terakhir harus menjadi penutup yang hebat lantas bagaimana kabar anak tengah ?