"ROSEANNA!!"
Mampus! Mata gue yang awalnya berat banget langsung jreng begitu teriakan Kanjeng Ndoro Ratu Ibunda tercinta kedengar. Gue buru-buru ninggalin kasur buat cuci muka, terus lari ke bawah tanpa rapihin kasur gue karena buru-buru. Firasat gue nggak enak, deh.
"Anak gadis jam 9 baru bangun, malu sama ayam!"
Tuh kan, baru juga nongol gue, udah dibandingin aja sama ayam. Meski begitu gue tetap harus senyum biar cantiknya nggak ilang, "Anna semalamㅡ"
"Alasan mulu, sana siram tanaman!"
Bentar, ini serius?
"Ma, masih kepagian buat siram tanaman." Gue berusaha bujuk mama karena gue masih ngantuk tolong.
"Kepagian? Ini jam 9, Anna, jam 9!" Jujur gue agak serem lihat mama melotot gini. Mau nggak mau, gue lakuin daripada Ibunda Ratu marah kan? Lagian salah gue sendiri habis Subuh baru tidur gara-gara maraton drakor.
Gue balik ke kamar, bukan buat tidur, tenang aja. Gue rapiin dulu kasur gue yang tadi gue tinggal begitu aja, terus ganti baju karena gue malu kalau keluar rumah pakai piyama, berasa jelek aja guenya.
Usai ganti baju, gue lihat mama masih sibuk di dapur, gue lihat banyak loyang yang ditata di meja makan, "Ada pesanan cookies ya, ma?" tanya gue penasaran.
Fyi, selain jadi pegawai negeri, mama punya usaha kue di rumah, baik kue basah maupun kue kering.
"Iya, buat gawan di acara ulang tahunnya Jasmine."
[Gawan : sesuatu yang diberikan oleh pemilik acara sebagai timbal balik atas kehadiran sang tamu.]
"Jasmine? Kakaknya Mahendra, kan?"
"Iya, anaknya Pak Bima."
Gue melongo begitu ingat yang mana orangnya, warga komplek sebelah yang waktu itu sempat gue godain anaknya, bukan, bukan Jasmine, gue lurus! Maksudnya, Mahendra, anak kuliahan jurusan Teknik yang punya kulit sawo matang kayak ibunya, badannya keker ditambah senyumnya yang bikin meleleh, sayangnya dia lumayan playboy.
"Sana siram tanaman!" usir mama yang masih sibuk nata cookies ke toples.
Gue cuma anggukin kepala terus ke teras, ternyata matahari udah naik lumayan tinggi. Gue ambil selang, mulai melaksanakan tugas mulia dari Ibunda Ratu. Tanaman mama tu banyak karena mama suka koleksi dan semuanya bener-bener dirawat dengan baik, mereka anak kedua mama, eh salah, mereka anak pertama, guenya anak kedua, miris emang.
"Minum, minum, minum yang banyak anak kesayangannya mama." ucap gue sambil nyiram semua tanaman mama satu persatu.
"Permisi, Anna di rumah nggak, ya?" pas gue noleh, ada cowok tampang preman berdiri di depan pagar rumah, mukanya ngeselin sumpah!
"Nggak ada, pergi lo!"
Suara tawa dari cowok itu sejujurnya bikin gue tambah kesel, btw dia Ian, tetangga sebelah kiri rumah gue yang udah bareng gue sejak kecil.
"Gue pikir mama nyari pembantu."
Informasi lagi, karena kita berdua temenan udah lama, jadi Ian panggil mama gue dengan sebutan mama, sedangkan gue panggil orang tuanya Ian Papa sama Bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
TETANGGA SEBELAH
FanfictionHi, kids! This is your mom and this is your dad, maaf ya mama sama papa nggak bisa ajak kamu mudik soalnya mama sama papa tetanggaan.