04

444 77 6
                                    

Ting tong!

Suara bel rumah buat gue keluar dari kamar. Entah siapa yang datang malam-malam begini, ya belum malam banget sih, baru jam 20.30. Dengan keadaan wajah yang masih pakai sheet mask, gue buka pintu dan lihat eksistensi Joan di depan pintu.

"Oh, lagi me time, ya?" muka Joan kelihatan nggak enak, mungkin dikira dia ganggu gue.

"Enggak juga sih, kenapa, ganteng?" tanya gue sembari senyum.

"Jalan mau nggak? Bosen gue." ajak Joan.

Waduh, siapa juga yang nggak mau jalan sama lo, menyia-nyiakan kesempatan banget!

"Boleh banget! Lo masuk dulu aja, tunggu gue siap-siap!"

Setelah Joan duduk di ruang tamu, gue langsung ke kamar buat siap-siap.

"Lo kalau mau minum atau sesuatu ambil aja sendiri!" seru gue sebelum masuk kamar.

Setelah ngelepas sheet mask, gue cuci tangan terus ganti baju karena gue masih pakai piyama. Malam ini lumayan dingin, jadi gue milih pakai hoodie. Gue dandan dikit, pakai parfum, terus ambil dompet sama HP. Waktu gue keluar kamar, gue lihat Joan barusan dari dapur sambil makan brem.

"Bisa-bisanya lo demen sama brem padahal rasanya aneh."

"Buat gue enak kok, lidah lo aja yang aneh."

"Dih?"

Joan ketawa kecil, buat gue geleng-geleng lihatnya. "Udah siap?" tanya Joan yang gue bales anggukan. Gue ngikutin Joan waktu dia keluar rumah, "Tante Areum belum balik, ya?" tanya Joan karena nggak lihat keberadaan mama.

Sambil naruh kunci rumah di bawah keset, gue jawab, "Iya, kemungkinan bentar lagi."

Usai mastiin kalau pintu udah kekunci, Joan ngerangkul gue sambil jalan.

"Kemana lo?"

Ian lagi, Ian lagi. Bosen gue.

"Kepo!" sewot gue sambil narik Joan pergi.

"JANGAN KEMALEMAN BALIKNYA!" teriak Ian yang sekarang masih di atas pohon mangga. Iya, Ian tadi lagi manjat pohon mangga di halaman rumahnya terus lihat gue pergi sama Joan, makanya doi negur.

"Lo sama Ian beneran kayak adek-kakak." Joan ketawa kecil, dia pasti tau gimana gue sama Ian saling nempel satu sama lain.

"Ya gitu lah, bokap gue meninggal waktu gue masih kecil, sejak itu cuma Ian sama papanya yang bisa gantiin peran almarhum papa." kata gue sambil senyum tipis.

Joan ngangguk, "Lo sayang ya sama Ian?"

"Banget! Ketawanya gue, nangisnya gue, sejak dulu gue selalu nyari Ian."

"Pilih Ian apa Jeffrey?"

Gue lirik Joan yang tiba-tiba ngajuin pilihan, "Gue sih milih lo." jawab gue sambil ketawa.

"Halah, ngibul mulu lo!" balas Joan ikutan ketawa.

"Btw mau ke mana?" tanya Joan sambil lihat gue dari samping.

"Kalau beli nasi goreng depan komplek aja gimana? Dekat buat dijangkau karena kita jalan kaki."

Joan ngangguk, "Boleh, kebetulan gue lagi laper."

Waktu kita keluar dari blok G, kita papasan sama Jeffrey yang masuk ke blok G, kayaknya habis beli makan karena ditangannya ada kresek makanan.

"Jeff!" Joan nyapa Jeffrey sambil ngajak tos karena Jeffrey kebetulan juga jalan kaki.

TETANGGA SEBELAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang