Sial-sialnya ku bertemu dengan cinta semu,
Tertipu tutur dan caramu,
Seolah cintaiku,
Puas kau curangi aku?
Bagaimana dengan aku terlanjur mencintaimu?
Yang datang beri harapan, lalu pergi dan menghilang."Kenapa? Ikut galau lo?" Ian duduk sembari membawa cromboloni yang baru saja dia pesan.
Gue menggeleng, "Mahalini galaunya nggak kelar-kelar, Yan."
"Dih? Lo kali."
Gue lihatin Ian yang mulai gigit cromboloni itu, "Kenapa pesen itu?"
"FOMO aja sih," jawab Ian sembari menguyah.
Gue hela napas sambil ngalihin pandangan gue ke red velvet slice cake di depan gue, "Jeffrey ganteng."
"Gue juga ganteng."
"Lo kayak preman."
"Lah? Lo nyadar sesuatu nggak, sih?"
Gue natap Ian dengan pandangan bingung, sekarang cromboloni yang awalnya masih Ian pegang malah ditaruh, berasa mau ngomong serius, kan deg-degan gue, "Apa sih? Muka lo serius banget." tanya gue.
"Lo tu centil, satu-satunya cowok yang bisa jaga lo cuma gue, penampilan gue kayak preman? Iya, biar cowok-cowok yang lo centilin itu mikir ulang kalau mau bales godain lo."
Gue berdecak pelan, "Apaan? Cuma lo apanya?"
"Emang ada yang lain? Bahkan bokap lo udah meluk tanah tu." jawab Ian santai.
"Sialan lo!" umpat gue.
"Lo nggak capek apa?" tanya Ian.
Sambil mulai makan red velvet, gue balas pertanyaan Ian, "Capek kenapa?"
"Dicuekin Jeffrey mulu."
"Enggak, soalnya dia ganteng."
Ian melempar gulungan tisu ke gue yang habis dia pakai buat bersihin bibir, "Mandang fisik lo!"
"Lagian yang lain juga ganteng, lo nggak demen apa?" lanjut Ian.
Yang lain?
"Ya demen lah, Bang Tama tu gila aur-auran banget auranya, hati gue jadi acak-acakan kalau lihat dia. Joan juga astaga badannya lo tau kan, Yan, badannya L-Men banget, tapi wajahnya Bebelac, gemes banget tapi seksi. Ethan mah jangan ditanya, dia udah ganteng, pinter, soft boy lagi. Bang Chandra juga lo tau nggak sih gimana bergetarnya hati gue tiap lihat auranya, aura pria matang, Yan!"
"Loㅡ"
"Gue belum selesai!"
"Lo jangan lupa ya samping rumah lo ada Bang Theo yang ganteng, keren, ramah, manis, seksi, semuanya jadi satu, apa nggak paket komplit? Ada Januar juga yang humoris banget, tiap gue godain dia bakal bales pakai pantun, kocak banget! Btw selain di komplek kita, di komplek sebelah ada Mahendra yang argh gue nggak kuat, Yan, gue nggak kuattt." gua nangkup pipi gua sembari bayangin mereka yang sering jadi sasaran gue buat centil.
Merasa ada yang janggal, Ian bertanya, "Dimas lupa nggak lo sebut?"
"OH IYA!" pekik gue waktu ngelupain satu orang, "Dimas mah meskipun ketus, tapi dia selalu jadi ketua di acara muda-mudi komplek, dia produktif banget gila, gimana gue nggak demen coba?"
"Lo gila!"
"Loh? Yan, Ian!" gue buru-buru ninggalin meja begitu Ian keluar dari cafe, untung udah bayar.
Gue ikutan masuk ke dalam mobil, tenggat itu Lula Ian mulai hidupin mobil dan mukanya aduh, sepet, "Lo kenapa?"
Ian nggak jawab, dia milih jalanin mobilnya dan hidupin lagu dengan volume yang lumayan keras, "Ian?" panggil gue sambil nepuk lengannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/324245321-288-k578575.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TETANGGA SEBELAH
FanficHi, kids! This is your mom and this is your dad, maaf ya mama sama papa nggak bisa ajak kamu mudik soalnya mama sama papa tetanggaan.