Masa lalu

6.5K 459 23
                                    

Happy reading semuachh

Typo hal yang manusiawi ya mentemen:)

*****









"Ijep ingin tau, hm?" Jeffrie mengangguk mengiyakan

"Dulu, papa dan bundamu..."

Brakk

Pintu ruang rawat Jeffrie terbuka dengan kasar, menampakkan pemuda bertubuh gagah yang sedang mengatur nafasnya di ambang pintu. Membuat perkataan Hendery terpotong.

Atensi orang yang ada dalam ruangan itu teralihkan, sedikit kaget dengan apa yang baru saja terjadi.

Terlebih lagi, Jeffrie. Padahal, pemuda itu sedang serius-seriusnya ingin mendengar 'rahasia besar' itu, tubuhnya tersentak dalam pelukan Hendery, sedangkan Hendery sedang menatap tajam ke arah si pelaku penggebrakan pintu.

"Kau kenapa?" tanya Hendery memecah keheningan beberapa detik lalu

"Buka pintu itu dengan benar!" ujarnya. Dia tidak sadar diri saja, bagaimana saat ia membuka pintu itu sebelumnya.

Aldino menegakkan tubuhnya, menghampiri dua orang berbeda usia yang ada di hadapannya, "Sorry, pa. Al kalap."

Pandangan Aldino beralih pada remaja yang ada dalam dekapan Hendery, tangannya terulur menggantikan tangan Hendery yang masih terus mengusap surai lembut Jeffrie.

"Don't touch me!" Jeffrie mengurai pelukan Hendery, matanya mengarah tajam ke arah Aldino.

"Why?" tanya Aldino heran

"Gue nggak kenal sama lo. Syuh-syuh!" ucap Jeffrie seraya melambaikan tangan menghempas angin, seakan tanda mengusir ke arah Aldino.

Bukannya pergi, Aldino malah tersenyum seperti orang bodoh, dia melangkah semakin dekat ke arah Jeffrie dan, gotcha! Dia memeluk Jeffrie, namun Jeffrie meronta seperti cacing kepanasan.

"Tenang lah, son. Dia abangmu." Suara Hendery menginterupsi, tapi tetap saja Jeffrie tak mau dipeluk.

"Ijep nggak mau punya abang. Awas anjir!" Sepertinya, perkataan Jeffrie barusan berhasil membuatnya terlepas dari dekapan pemuda itu, terbukti pemuda itu melerai pelukannya.

"Ternyata semua gak sesuai harapan Al, pa." Sendu Al, wajahnya tampak sedikit kecewa.

Aldino, pemuda itu beranjak dari hadapan Jeffrie, mendudukkan dirinya pada sofa panjang di sana. Terdengar pemuda itu menghela nafas panjang, bersandar pada kepala sofa seraya memijat pelipisnya karena kepalanya terasa sedikit sakit.

Bagaimana dia tidak kecewa, tujuannya kesini adalah karena Jeffrie, tapi Jeffrie malah bersikap tidak ramah padanya. Awalnya, ia tidak tahu jika Jeffrie masuk rumah sakit. Namun saat ia menghubungi Sergio untuk menanyakan kabar sang ayah, alhasil Sergio memberitahu jika Hendery sedang berada di rumah sakit menjaga adiknya.

Bukan tanpa alasan ia menelpon Sergio, pasalnya dia sudah mencoba menelpon Hendery berulang kali, namun tidak ada satu jawaban pun dari beberapa panggilan yang ia layangkan.

Jeffrie, mata birunya menatap ke arah Aldino, keningnya mengernyit. Dia kenapa? Pikirnya. Tapi, dengan sikap acuhnya itu, dia kembali tidak peduli dan ingin menanyakan kelanjutan dari cerita Hendery.

"Om, lanjutin ceritanya. Ijep pesanaran, ehh penasaran maksudnya." titah Jeffrie yang sudah menatap Hendery lekat-lekat.

"Papa, sayang, bukan om." tegas Hendery, lelaki setengah tua itu.

JeffrieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang