1. Mimpi yang berulang

142 26 5
                                    

Gelap, pengap dan lembab. Sejauh mata memandang yang Sakura lihat hanya cahaya temaram dari obor yang menggantung di dinding,  Sekujur tubuhnya terasa sakit, banyak luka gores yang cukup dalam di tubuhnya. Tiga di antaranya cukup dalam, hingga bekas luka yang telah mengering itu meninggalkan jejak darah yang cukup pekat, entah sudah berapa lama waktu yang terlewat hingga luka yang cukup dalam itu terlihat sudah setengah mengering.

Sakura memejamkan mata, terdengar suara ombak di kejauhan, angin yang berhembus kencang membawa bau khas alga yang banyak ditemukan di permukaan laut, merangsang indera pembau milik Sakura untuk menyimpulkan sesuatu. Laut tak berada jauh dari posisinya saat ini.

Pada malam hari angin darat cenderung terjadi, di mana pergerakan udara cenderung bergerak dari daratan ke lautan. Wangi laut yang pekat di indera pembaunya dan suara keras ombak membuat otaknya menerka jarak laut dalam kegelapan malam yang pekat di balik ventilasi udara yang tak terlalu besar. Bentuk ventilasi itu layaknya sebuah jendela, hanya saja ukurannya sangat kecil dan tinggi. Sakura hanya bisa mengintip ke luar dengan sedikit berjinjit, itu pun tidak lama. Dengan kondisi tubuhnya yang dipenuhi luka, ia tidak mampu berbuat banyak.

Sakura masih mengamati jendela ventilasi udara yang dibatasi oleh besi bundar berjumlah lima, jarak antar besi tidaklah luas, Sakura bahkan tidak bisa mengeluarkan tangannya melewati besi-besi itu. Dalam keadaan yang begitu putus asa, Sakura menunggu dalam diam. Tubuhnya terlalu letih untuk digerakkan dan ia memilih untuk beristirahat.

Fajar telah menyingsing, Sakura dapat melihat semburat kemerahan di langit, pertanda mentari akan segera terbit. Melihat pemandangan itu dapat terlihat jelas melalui ventilasi, Sakura menyimpulkan bahwa tempatnya berada mengarah ke timur, tempat matahari terbit. Untuk sesaat Sakura mendengar suara kepakan burung yang mendekat, dengan sedikit penasaran ia kembali berjinjit untuk mengintip melalui ventilasi.

Sebuah gagak hitam terbang seolah menari, berputar-putar, mengeluarkan suara gaduh seolah semua orang harus menyadari keberadaannya. Sakura masih memerhatikan gagak itu dalam diam, wilayah laut bukanlah habitat asli seekor gagak, keberadaan hewan di sana terlihat sangat mencolok. Sakura mengusak wajahnya dengan kasar, mencoba memerhatikan sesuatu dari gagak itu. Ada yang aneh, sebuah bendar berkilauan terlihat di bagian paruhnya.

"Kunci..." Sakura bergumam.

Gagak itu kemudian mendekat ke ventilasi dan menundukkan kepalanya. Benda berkilauan di paruhnya terjatuh, menimbulkan suara gemericing yang cukup keras dan menggema.

Tempat ini luas dan kosong, pikir Sakura. Tangannya bergerak mengambil kunci yang dijatuhkan gagak tersebut dan segera mencobanya pada pintu besar yang mengurungnya. Dengan tangan gemetar Sakura berhasil membuka pintu tersebut.

Pergi ke utara, kami akan menemuimu di sana

Sakura merasa sudah gila saat ini, ia mendengar gagak itu berbicara padanya. Tidak peduli dengan keanehan itu Sakura memilih untuk keluar segera dari ruangan yang telihat seperti sebuah penjara itu. Sepanjang lorong Skaura menemukan banyak pintu yang sama seperti ruangannya, asumsinya mengenai tempat ini yang sepertinya sebuah penjara hampir mendekati benar. Dengan langkah tertatih Sakura melanjutkan langkahnya, ia tidak memedulikan apa pun, selain untuk keluar dari tempat ini sesegera mungkin.

"Wanita itu kabur! Kita harus mencarinya!"

Suara banyak langkah kaki yang tegropoh dan juga teriakan membuat Sakura panik. Ia memacu langkahnya untuk bergerak lebih cepat dengan sedikit terseret.

"Cepat cari wanita itu sebelum Tuan Tobirama tahu!"

Suara itu terdengar semakin mendekat. Sakura memaksakan kakinya untuk berlari lebih cepat lagi. Nahas, ia tak melihat sebuah penutup kayu yang berada di tengah lorong, kakinya tersandung penutup kayu tersebut dan terjatuh dengan begitu keras.

History of The ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang