Author's POV
Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Namun seorang gadis masih berkelut dengan buku-bukunya, meski mata gadis itu sudah sangat lelah. Ya, itu Ana. Dia takut sangat nilainya turun, yang akan mengakibatkan ia menjadi terkena omelan dari Orangtuanya, maka dari itu ia selalu menyempatkan diri untuk belajar, meski hingga sampai larut malam sekalipun.Tiga puluh menit telah berlalu, mata gadis itu sudah terpejam diatas meja belajarnya. Tidurnya sangat pulas dan tenang. Hingga suara ketukan keras di pintu kamar mengganggu tidurnya.
TOK..TOKK..TOKK
"ANA, BUKA PINTUNYA!" Ana yang mendengar itu merasa sangat ketakutan, Ia berusaha untuk tetap tenang, lalu berjalan mendekati pintu. Saat membuka pintu
BYURRR
Air berhasil membasahi tubuhnya, mata gadis itu berkaca-kaca saat melihat Asya dengan tega mengguyur anaknya.
"BUNDA DAPAT LAPORAN KALO NILAI ULANGAN BAHASA INGGRIS KAMU ITU DIBAWAH KKM, KAMU NGAPAIN AJA DIRUMAH, HAH?!" Ana hanya menunduk, menatap ujung kakinya seraya menggenggam erat ujung baju yang sedang dipakainya.
"JAWAB?!" Ujar Asya sambil menarik rambut anaknya. Hal ini membuat Ana tak sanggup menahan air mata yang sudah ia tahan sejak tadi.
"m-maaf bunda" Mendengar permintaan maaf dari sang anak, Asya tertawa sinis. Tangannya sedari tadi belum melepaskan rambut Ana.
"Apa? Maaf? MAAF GAK AKAN BUAT NILAI KAMU JADI BAGUS!" Ana memejamkan matanya ketika mendengar bundanya itu kembali berteriak. Dengan sekali hentakan dari Asya, kepala Ana berhasil mencium tembok dengan keras
"s-sakit bunda.. hiks" Tangis Ana semakin pilu, hati nya serasa dicabik-cabik oleh pisau.
"BESOK GAADA UANG JAJAN BUAT KAMU" Ucap Asya sambil membanting pintu. Ana bangun dari duduknya, lalu berjalan mendekati kasur tipis yang terletak di pojok kamarnya. Ia meringkuk diatas kasur itu, sambil menangis tanpa suara. Menahan sakit di hati sekaligus di kepalanya. Tak lama, ia pun tertidur karena sudah terlalu lelah menangis.
Keesokan harinya
Dengan mata yang sembab, Ana keluar dari kamarnya untuk mandi. Kondisi rumahnya masih sepi. Setelah selesai mandi, Ana segera memakai bajunya, lalu mencari makanan di kulkas karena sedari malam ia belum makan sama sekali. Namun, tak ada satupun makanan yang bisa ia makan. Kulkasnya kosong. Di meja makannya pun tidak ada makanan sama sekali. Akhirnya ia memutuskan untuk meminum air putih sebanyak-banyaknya, hingga perutnya merasa kenyang. Karena jam sudah menunjukkan pukul 05.30, Ana sudah memakai tas di pundaknya.Cklek.
Suara pintu terbuka, menampilkan sosok Asya yang baru bangun tidur. Ana yang melihat hal itu pun langsung menghampiri Asya, Ana hendak berpamitan dengan Asya."Bunda, Ana pamit berangkat sekolah dulu ya" Asya hanya meliriknya sinis, Ana hendak meraih tangan Bundanya.
"Yasudah sana pergi, saya tidak sudi tangan saya ini kamu cium, sebelum nilai-nilai mu itu tidak ada yang remedial." Ana tersenyum miris sambil menahan tangisnya.
"i-iya bunda, Assalamualaikum" Asya langsung berlenggang pergi, tanpa menjawab salam dari anaknya itu. Ana lagi-lagi menelan kenyataan yang membuat hatinya sakit.
'Gue harus kuat, gue pasti bisa, ini gak seberapa dibandingkan dengan masalah lain yang udah lo lalui selama ini, Na' Ucapnya dalam hati untuk menyemangati dirinya sendiri.
Karena hari ini ia tidak diberikan uang saku oleh bundanya, ia harus berjalan kaki sejauh 2 km untuk sampai ke sekolahnya. Walaupun kakinya ini sudah sakit, Ana tetap melanjutkan jalannya. Hingga dipertengahan jalan, ia bertemu dengan sahabatnya, El.
"ANAAA" Ana yang merasa terpanggil pun menengok ke sumber suara.
"Lo kok jalan kaki? Ayah lo kemana?" Ana hanya membalasnya dengan senyuman.
"Ish.. kok senyum doang. Ayo masuk, bareng gue aja daripada lo pingsan pas sampe sekolah" Ucap El sambil turun dari mobilnya. Ia menuntun Ana untuk masuk kedalam mobilnya. Ana hanya menurut saja.
"Mata lo sembab Na, Lo kenapa?" tanya El dengan khawatir, Ia memeluk Ana dengan erat. Sang empunya masih enggan untuk berbicara.
"Kalo ada masalah, cerita aja sama gue Na. Gue kan sahabat lo" Kali ini Ana tersenyum
"Gue gapapa El, Lo tenang aja" El yang mendengar itu pun tidak percaya dengan Ana. Namun, El menghargai Ana yang tidak mau bercerita dengannya. Ia makin mengeratkan pelukannya ke Ana.
El membatin 'Gue tau lo lagi ada masalah Na, tapi gue gabisa maksa lo untuk cerita sama gue. Gue harap lo bisa terus kuat Na. Gue takut lo kenapa-napa'
El dan Ana terlarut dengan pikirannya masing-masing, Namun suara sang supir membuyarkan lamunan mereka.
"Sudah sampai non"
"Eh iya, terimakasih ya pak" El dan Ana keluar dari mobilnya. El masih setia menggenggam tangan Ana. Sampai di lantai atas, El melepas genggaman tangannya karena kelas mereka berbeda.
"Gue duluan masuk kelas ya Na, Semangat belajarnya! muahh" ucap El sambil melayangkan kiss bye
"Iya, Lo yang semangat juga El" Ana tersenyum lalu melanjutkan jalannya untuk sampai ke kelas yang berada di ujung koridor lantai 4 dengan memasang muka datarnya.
Ana hampir sampai di kelasnya, ia menjadi pusat perhatian. Bisik-bisik dari orang-orang yang berada di koridor mulai terdengar. Ana berusaha menulikan telinganya agar tidak sakit hati karena perkataan orang-orang.
'ihh.. sok banget sih tu orang'
'Idih.. anak satpam aja belagu.'
'udah gendut, kaga pernah senyum lagi'
'jadi orang jutek banget, mampus kan jadi gapunya temen banyak'
'kok bisa ya, anak orang miskin sekolah disini. dapet duit dari om om ya'
'liat deh, badannya gede banget. cocok jadi samsak tinju. ahahahaha'
BRUK.
Ana terjatuh karena ada seseorang yang sengaja menyelengkatnya. Ana menatap orang itu. Ya dugaan Ana benar. Itu, Echa. Anak seorang donatur yang lumayan berpengaruh disekolah ini."MAMPUS" ucap Echa sambil tertawa. Ana yang enggan meladeni pun langsung bangun dan melanjutkan jalannya untuk masuk ke kelas.
Sesampainya di kelas, ia langsung menuju ke tempat duduknya yang berada di paling pojok belakang. Saat ini, ia belum menemukan Aisyah. Biasanya disaat seperti ini, ada Aisyah yang selalu menguatkannya. Tapi sepertinya, Aisyah hari ini datang agak terlambat. Dikelas ini hanya baru terdapat 10 orang saja. Salah satunya adalah Azkara, salah satu most wanted di sekolah AZ Senior High School. Ana memilih untuk menundukkan kepalanya seperti orang yang tertidur.
Ana membatin 'Kapan ya Tuhan berpihak ke gue, pagi ini gue harus nelen kenyataan pahit lagi. Orang yang biasanya nguatin gue saat di situasi kayak gini malah belum dateng. Pengen banget nangis rasanya. Tapi gue gaboleh nunjukin itu di depan temen-temen kelas gue.'
Tanpa sepengetahuan Ana, ada orang yang memperhatikannya mulai dari Ana memasuki gerbang sekolah.
HAI HAII
GIMANA NIH CERITANYA? PADA PENASARAN GA ORANG ITU SIAPA? KALO PENASARAN BIAR AK CEPET UPDATENYA. JANGAN LUPA VOTE YAA..
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken? [21+]
ChickLit[HARAP FOLLOW DULU SEBELUM BACA, NANTI DAPET PAHALA LOH, WKWK] Matahari mulai tenggelam, sekolah pun sudah sangat sepi. Namun, seorang gadis bertubuh gemuk, masih setia berdiri di depan gerbang sekolahnya. Gadis itu menunggu kedatangan ayahnya, tapi...