Ana membatin 'aduh.. temen El yang dimana ya' Dibelakang Ana terdapat orang yang baru saja hendak memasuki kelas, lalu merangkul Ana. Ana yang mendapatkan perlakuan itupun kaget.
"E-eh?" kaget Ana
"Maaf ya gue agak telat, abis agama soalnya." Ana hanya tersenyum canggung, dan menggangguk.
"Duduk di paling depan pojok aja ya, lo ga masalah kan?" ucap Salsa sambil menaruh tas ranselnya.
"iya, gapapa kok" Ana duduk dibangkunya.
"Lo pas kelas X dari kelas mana? Gue jarang banget ngeliat lo? emm.. bahkan gapernah deh kayaknya." tanya Salsa sambil mengetuk-ngetuk dagunya.
"emm.. itu gue dari kelas X-6, kelas terpencil dilantai 2. kalo soal ga pernah liat mungkin karena kelas lo yang diatas." jelasnya, Salsa ber'oh'ria dengan panjang.
"OHH.. PANTES" Ana merasa sifat Salsa ini hampir sama dengan kedua sahabatnya. Salsa membuat Ana nyaman ketika mengobrol dengannya, tidak merasa panik ataupun takut yang berlebihan.
Setelah berbincang lumayan banyak, Echa memasuki kelas peminatan mereka juga. Kali ini, dia tidak merundung Ana. Tetapi perempuan itu berjalan mendekati Azkara dan Galen. Fyi, Galen itu juga salah satu most wanted sekolah+dikenal sebagai fuckboy.
"Aku duduk di depan kalian ya. Belom ada yang nandain duduk sini kan?" Azkara hanya acuh, sedangkan Galen menjawabnya.
"iyaa, kosong kok duduk aja. gue seneng malah, ada cewe cantik yang duduk di depan gue, sepanjang pelajaran gak akan bosen dah gue" Echa tertawa dengan anggunly agar dapat menarik perhatian kedua cowok yang duduk dibelakangnya itu, lalu duduk menghadap Galen dan Azka.
"Ahh.. bisa aja Len, btw Galen sama Azka udah temenan berapa lama?" Tanya Echa dengan suara yang dilembutkan.
"Gue sama Azka tuh udah mulai temenan itu dari SD kelas 1 semenjak gue pindah rumah ke dekat rumah dia." Echa mendengarkan dengan antusias jawaban dari Galen.
"Wahh.. lama juga ya." Setelah itu Echa banyak melemparkan pertanyaan-pertanyaan, namun Azkara tidak sama sekali ikut menanggapi.
"Az, kenapa diem aja daritadi Galen terus yang jawab?" Azkara lagi-lagi hanya acuh, ia berdiri dari duduknya lalu pergi meninggalkan Galen dan Echa.
"Harap maklum ya Cha, Azka emang gitu orangnya kalo sama yang belom kenal banget." Echa sangat kesal, namun ia berusaha menutupi itu di depan Galen. Ia hanya tersenyum kikuk. Percakapan dan kegiatan Echa sejak tadi tidak luput dari penglihatan Ana. Ana yang melihat itu ingin sekali tertawa atas kejadian itu, namun ia terlalu takut untuk melakukan itu yang pada akhirnya akan menjadi boomerang pada dirinya sendiri.
Echa kembali mencari topik untuk dibahas.
"Azka, itu orangnya kayak gimana sih?" Galen mulai berfikir."Hemm.. kalo selama gue kenal dia, Azka itu orangnya cuek, irit ngomong, gak suka sama orang yang banyak omong, lebih suka menyendiri, tapi kalo ke orang yang dianggep deket gak gitu." Jelas Galen, Echa yang mendengar salah satu jawabannya itu kurang suka. Karena merasa itu adalah dirinya. Ya, kalian benar, Echa sedikit tersindir diwaktu Dirga mengatakan banyak omong.
"Ohh.. kalo sama orang yang deket kek gimana tuh?" tanya Echa lagi, ia masih penasaran sesuatu yang berkaitan dengan Azkara.
"Setau gue nih ya, jadi ini berdasarkan penglihatan gue beberapa tahun yang lalu. Pas si Azka punya cewe. Dia itu jadi banyak omong, posesif, dan yang paling bikin orang kaget itu dia jadi manja. ya, walaupun dulu ga manja banget si" Mendengar itu Echa menjadi semakin ingin mendekati Azkara.
"Lo nanya dia terus, lo suka dia ya? Gue liat dari muka lo juga keknya antusias banget pas gue lagi cerita tentang dia" Galen balik bertanya.
"Yaps, tepat sekali! Bantu gue ya buat deketin dia." Echa memohon.
"Gampang masalah itu mah."
"Yeyy.. makasi Galen"
"Eits.. jangan seneng dulu lo, enak aja. Ada syaratnya. Sini pala lo deketan." Echa mendekatkan kepala kearah Galen, lalu Galen membisikkan sesuatu ke telinga Echa. Setelah mendengar bisikan Galen, Echa memelototkan matanya.
•••••
Azkara sudah terlalu muak dengan tingkah Echa yang menurutnya terlalu cari perhatian dari cowok-cowok yang ada disekitarnya. Kali ini, Azkara lebih memilih menyendiri di rooftop. Menurutnya ini adalah tempat yang paling nyaman.
Mungkin kalian pikir Azkara memang benar-benar tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Tapi nyatanya, itu salah besar. Azkara selalu mengamati lingkungan sekitarnya, ia juga bahkan mengetahui rahasia dari beberapa orang yang sengaja diselidikinya.
Azkara merebahkan dirinya di sofa yang ada di rooftop sekolahnya, ia menatap kearah langit yang mendung. Ia berbicara dengan dirinya sendiri sambil membayangkan seseorang.
"Dia lucu banget sih, argh.. bikin jantung gue gak aman." ucapnya sambil senyum-senyum sendiri. Kali ini ia kembali menatap langit, namun dengan perasaan yang berbeda dari yang tadi.
"Devira, sepertinya Leo udah mulai bisa nerima orang lain di hati Leo. Setiap Leo liat dia senyum, jantung Leo berdetak cepet. Apalagi kalo pas lagi ketawa, itu paling ga aman sih." Leo terdiam sesaat, lalu melanjutkan kalimatnya lagi.
"Sifatnya itu beda jauh sama kamu, Dev. Tapi satu yang bikin Leo ngerasa dejavu. Tatapan kalian sama. Leo suka." ucap Azkara sambil memejamkan matanya, angin yang sepoi-sepoi membuat mata Azkara memejam.
Disisi lain
"Hadeh.. Si Azka kemane lagi tu anak. Gegara satu cewe bacot itu, jadi kabur kan tu anak." ucap Galen sambil menunggu jawaban dari Azkara yang sedari tadi ia telepon. Namun lagi-lagi tak kunjung ada balasan.
"Mana Bu Nurma udah nyariin daritadi, lama-lama beneran gue yang kena semprot dah ini." Galen mondar mandir di dalam toilet pria. Tiba-tiba terlintas satu tempat yang biasanya Azkara kunjungi. Tempat dimana tidak ada murid yang masuk dengan sembarangan.
"OIYA. GOBLOK. Baru inget gue, dia kan seneng banget tidur dirooftop. Cek dulu dah." Galen langsung keluar dari toilet, lalu jalan menaiki tangga menuju ke rooftop.
Sesampainya di rooftop. Ia menghela napasnya. Galen menghampiri Azkara yang tengah tertidur di atas sofa.
"WOII.. BANGUN COK" teriak Galen, Azkara hanya bergerak sedikit, lalu menutup telinganya.
"Nyokap lo nyariin noh, udah nungguin daritadi. cepetaaan." ucapnya sudah mulai frustasi, Azkara langsung membuka matanya, lalu buru-buru bangun. Ia hendak meninggalkan Galen.
"Dih, setan lo. Gue udah capek-capek malah mau ninggalin." Azkara tak mendengarkan omongan Galen. Ia tetap melanjutkan jalannya.
"Bener-bener emang ni, si Azka. Untung sabar loh saya ini."
Kira-kira apa ya yang dibisikkin Galen ke Echa?
Terus siapa sih orang yang lagi disukain sama Azka?Hayooo penasaran kan, ikuti terus ceritanya yaa!! Jangan lupa vote + comment. Biar author lebih sering lagi uploadnyaaa..
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken? [21+]
ChickLit[HARAP FOLLOW DULU SEBELUM BACA, NANTI DAPET PAHALA LOH, WKWK] Matahari mulai tenggelam, sekolah pun sudah sangat sepi. Namun, seorang gadis bertubuh gemuk, masih setia berdiri di depan gerbang sekolahnya. Gadis itu menunggu kedatangan ayahnya, tapi...