030305

2 1 0
                                    

"Zar ...., Zara. Bangun .... Udah nyampek," ucap Ezra kepada Zara yang terlelap di bahunya.

Karena jarak Apartemen dan Sekolah mereka jauh, sekitar 30 menit. Zara mengantuk dan mintak idzin ke Ezra untuk minjem bahunya sampai mereka tiba di Apart.

"Zar ...., Zara. Bangun ....," panggilan Ezra tidak sekali di dengar oleh Zara. Mau nggak mau, Ezra harus menggendong zara karena Sopir bis udah menegurnya.

"Di percepat ya, Dek, saya juga punya waktu untuk pemberhentian," ucap sopir bis.

"Oh oke, Pak," kata Ezra. Langsung saja ia menggendong Zara ala bridal style.

Sesampainya di pintu depan kamar Zara, lelaki blasteran jepang itu mulai bingung. Antara ia membangunkan Zara bahwa ia udah sampai di depan kamarnya, atau ia mencoba terlebih dahulu pasword kamar Zara.

Zara sedikit menggeliat di gendongan Ezra, bibir Zara menyentuh leher Ezra. Sedikit menghembuskan nafas, dan .... Mendesah?

Apapun itu kaki Ezra langsung lemas, dan ia berusaha menggendong Zara meskipun ia sudah berlutut di tanah.

"Gila kali nih anak. Lu mimpi basah? Nyampek desah-desah kek gitu, untung aja gw gak kehilangan kendali."

Dengan sedikit bersusah payah, ia mencoba berdiri lagi dan menuju papan tombol pintu kamar Zara.

"Ck. Bukan 2.1 ternyata," gerutunya.

"Emmm, kalau yang ini," ucapnya sambil memencet tombol angka 030305.

Terbuka!

"Ternyata tanggal, bulan, tahun lahirnya."

Ezra pun menaruh badan Zara di kamarnya. masih setia menutup matanya, Zara tidak terbangun sama sekali dari mimpinya. Ezra tersenyun miring.

"Lu mimpi apa'an sih? Heran, kok gak bangun-bangun," ucap Ezra.

Ia duduk di atas kasur Zara, dan menaruh tasnya di sofa. Ekor matanya menelusuri tembok kamar Zara.

"Ternyata lu penyuka bxb," ucapnya ketika ia melihat salah satu poster artis thailand di dinding kamar Zara, yang mana ada dua laki-laki yang sedang berpelukan mesra.

"Semoga aja tontonannya aja yang gak normal, lu nya jangan," ucap Ezra sambil melihat Zara masih terlelap di atas kasurnya.

Ezra mengambil tas nya di sofa, dan mulai melenggang pergi keluar kamar Zara.

💫

Pukul 20.30

Zara mengerjapkan matanya, ia merasakan badannya di atas tempat yang empuk dalam posisi berbaring. Zara bangkit untuk duduk, melihat ke sekeliling dan merasa lega karena ia di kamarnya sendiri.

"Gw kira, gw dimana. Padahal udah ancang-ancang mencet nomor 110," ucapnya.

Dan seperti kebanyakan remaja lain, bukannya langsung membersihkan diri/mandi. Zara malah mengambil benda pipih di dalam tasnya, dan membuka aplikasi WA.

Ezra Pak Ketua

Makasih udh
ngangkatin gw😂😇

Yoi

Lu gak keberatan?

Ya jelaslah😐

Heheh, bentar
Gw ada sesuatu buat lo

Apa'an tu?

Gw ke kamar lo
Bentar

Oke

Zara mulai bangkit dari kasur menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu.

Setelah mandi, ia ke dapur untuk membuat seblak saja.

💫

3 hari yang lalu.

"Ezra ...., di lantai 2 ada penghuni baru tu. Mama minta tolong kasih ini ke Zara ya," ucap Veena kepada anaknya.

"Ternyata udah tau ya Mama sama Zara."

"Iya dong ...., kan yang bantu beres-beres kamarnya kan Mama."

"Ooo ...."

"Yaudah ini seblak."

"Emang doyan, Ma? Makanan favorit kita belum tentu makanan favorit orang lain, Ma."

"Semoga aja suka. Udah kamu positive thinking dulu jangan pesimis gitu dong. Udah sana, keburu dingin nanti gak enak."

"Iya-iya, Mama cantik ...."

"Ya udah, buru."

"Bye, Ma."

💫

Paparazi BayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang