O1 : Awal Mula

46 3 0
                                    

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

"Kamu siapa?"

"Aku *****"

"Ngapain kamu ke sini?"

"Kata papa, aku sama mama bakal tinggal di sini."

"Papa? papa kamu siapa?"

"Yang tadi itu papa aku."

"Huh? maksud kamu?"

"Nggak mungkin. Dia itu ayah aku, kamu siapa ngaku-ngaku!"

Dengan napas terengah-engah, perempuan itu menatap langit-langit kamar sebelum akhirnya menghembuskan napas panjang. "Mimpi itu lagi."

Perempuan itu Aranna, beranjak bangun dari kasurnya. Sudah tiga tahun lepas ia terus memimpikan hal yang sama.

Langkah kakinya membawa masuk ke dalam kamar mandi untuk segera bersiap-siap pergi ke sekolah. Dengan rapih, ia pun memakai seragam beserta atribut lengkap. Rambutnya yang tadinya masih tergerai kini telah di ikat satu olehnya.

Merasa sudah siap, akhirnya ia turun ke bawah menuju dapur. Langkah kakinya terhenti ketika melihat seorang laki-laki yang memakai seragam sama dengannya sedang asik makan di meja makan sendirian.

"Nathan?"

Yang di panggil menoleh. "Eh, Ran. Selamat pagi," sapanya masih dengan mengunyah makanan yang penuh di mulut.

Aranna memutar bola matanya. "Kalo makan itu telen dulu, jorok tau makanannya kemana-mana."

Setelah menelan habis, cowok itu kembali menyapa, "Selamat pagi, Aranna."

"Good morning too," perempuan itu menjawab sambil berdehem singkat.

"Asem amat. Senyumnya mana," kata Nathan. Ia mencontohkan senyum yang baik dan benar, kemudian Aranna membalasnya dengan satu detik senyuman yang tidak ikhlas.

Nathan mencibir, "Ya, elah."

"Udah kebiasaan ya, sarapan terus di sini?" kata Aranna yang duduk di kursi sambil mencomot tempe mendoan di piring.

"Hehe, iya. Sarapan gratis."

Dahi Aranna mengerut bingung. "Emangnya, sarapan di rumah lo bayar?"

Cowok berhenti mengunyah makanannya dan menggeleng, ia tersadar. Loh, iya juga.  "Ah, tapi enakkan makan di sini. Masakan Mawen lebih enak," ujarnya kembali menyantap makanannya.

"Yeu, gue bilangin bunda Airin kali, ya? kira-kira tanggapan bunda Airin bakal gimana."

"E-eh jangan lah, Ran. Kok, gitu, sih." Nathan cemberut.

ARANNATHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang