Sudah seminggu sejak hari kejadian itu.
Akan tetapi tidak tampak juga sosok yang telah memporak-porandakan hati ini.
"Yibo, kau di mana?" Aku berjalan mondar-mandir. "Ayo, angkat telponnya."
Rasa cemas itu kian mendera. Apa benar dia seperti yang dibicarakan orang-orang itu?
Ah, ti-tidak mungkin. Aku percaya padanya.
Kembali kucoba menghubungi nomor teleponnya. Namun, suara operator panggilan yang terdengar, memberitahukan bahwa nomor yang aku tuju sedang tidak aktif.
Tak berselang lama aku mendapatkan notifikasi berupa pesan yang memberitahuku bahwa Yibo akan menikah dengan orang lain.
Sakit hati ini ketika menerima berita itu.
Kenapa dia bisa melakukan hal ini.
Jika memang dia tidak mencintaiku untuk apa memberiku harapan.
AKu langkahkan kakiku menuju jembatan dimana terdapat aliran sungai yang deras tepat dibawahnya.
Ku naiki besi pembatas dan ku rentangkan tanganku sambil tersenyum.
"Selamat tinggal, Yibo ! "
.
.
..
.
.
.
..
.
.
.
.
.
.
.......
Seketika Sean terjaga dari tidurnya.
Dia ingin beranjak dari tidur akan tetapi ada tangan kekar yang memeluk pinggang tipisnya..
Ditatapnya sosok yang ada di sampingnya dan sambil menoleh melihat sekeliling kamar.
Ternyata itu cuma mimpi.
Dia masih di dalam kamarnya bersama suami tercintanya, Wang Yibo.
Cup.