23. So Much Pain

78 11 1
                                    

Disinilah Raka dan Hans, ruangan putih dengan pemuda yang tampak penuh luka dan belum sadarkan diri semenjak tadi. 

Penuturan dokter, Matthew hanya mengalami shock dan tubuhnya kelelahan parah sehingga akan cukup memakan waktu hingga pemuda itu sadarkan diri. 

Raka tampak sangat gusar, sesekali Hans mencoba membuka percakapan dan menenangkan Raka, tetapi yang lebih tua tampak tidak terpengaruh sama sekali. 

Hingga setelah 2 jam menunggu, Matthew membuka matanya, melihat sekitar dan tersenyum menatap sepupunya yang tampak terkejut sekaligus panik.

"Kak Raka.." 

ucapnya mencoba duduk, tentu Raka mencegahnya dan memaksanya untuk tetap berbaring sedangkan Hans segera berlari keluar mencari dokter. 

"Kakak, boleh tolong kabarin ayah aku? Aku gak bisa antar uangnya, bisa kirimin lewat ATM gak ya kak? Kasian Mama sama Mary" 

lanjut Matthew panjang lebar. Sedang Raka menahan pedih di hatinya 

"Soal uang, udah ya? Gak usah dipikirin dulu. Biarin kakak yang handle, tante dan Mary juga aman dek. Udah kakak kabarin" 

balas Raka mengelus pucuk kepala adiknya lembut. Matthew terlonjak kaget, memaksakan dirinya duduk dengan sedikit meringis 

"No kak, you can't. Kakak gak boleh kasih tau Mama dan Mary kalau aku kecelakaan. Mereka bakal khawatir kak.." 

ucap Matthew dengan sedikit nada merengek di dalamnya. 

"Hey, hey.. tenang ya? Kakak gak bilang kamu kecelakaan. I told them kamu ketiduran di kamar kakak. Gak papa kan?" 

balas Raka dengan sangat lembut. Matthew lantas memeluk sepupunya itu, menangis dengan begitu kencang dan pilu. Raka menenangkan dengan mengusap lembut punggung yang lebih muda. 

"Keluarin aja semuanya dek... Gak ada yang denger, disini cuman ada kakak" 

ucap Raka memberi ketenangan.

Dibalik pintu kamar, terlihat dua individu yang saling berpandangan dan saling memberikan kode untuk memberi ruang pada Matthew dan Raka. Keduanya lantas menjauh dan berbincang.

"Gue gak tau ternyata lo yang nemuin Matthew?" 

ucap Hans membuka perbincangan setelah memastikan jarak mereka cukup jauh dari kamar pemuda yang sedang dibicarakan. 

"Gue juga gak tau kalau malam ini gue bakal nemu orang gak sadarkan diri dijalan, tau-taunya temen lo" 

balas pemuda yang ternyata adalah sahabat Hans, Gideon. 

"Kronologinya gimana deh? Kok bisa lo nemuin Matthew?" tanya Hans penasaran, 

"Lo tau sendiri, tiap tanggal segini gue harus jenguk nenek gue di kota seberang" 

balas Gideon singkat. Hans yang sudah serius mendengarkan cerita sahabatnya itu lantas dibuat kesal akan jawaban tidak nyambung Gideon 

"Relevansinya apaan terus paduka?" respons Hans sarkastik. 

"Ya gitu, tadinya gue mau balik. Terus ditengah jalan gue lihat kok ada tas berserakan, pas gue deketin taunya ada orang gak sadarkan diri. Dari analisis gue sih, kayaknya motornya nabrak pembatas jalan" 

kali ini Gideon menjawab panjang lebar. Hans kemudian mengangguk memahami cerita sahabatnya.

Hingga satu suara membuyarkan obrolan Hans dan Gideon, itu Raka, 

"Hans, gue titip Matthew bentar ya?" 

ucap Raka sembari menatap pemuda asing disamping Hans. 

"Mau kemana bang?" balas Hans lagi, 

"Rokok bentar" ucap Raka, 

"Gue ikut bang" balas Hans. 

Kini Raka memberikan ekspresi marah kearah yang lebih muda 

"Yang jaga Matthew siapa anjing?" ucapnya, lantas Hans mendorong tubuh Gideon dan menjelaskan bahwa Gideon yang menolong Matthew dan dia juga adalah sahabat Hans. 

Selanjutnya Raka beranjak pergi dan diikuti oleh Hans. Mendapat tugas mendadak, Gideon beranjak menuju kamar Matthew untuk mengawasinya.

Baru saja hendak menyapa yang empunya kamar, nampak Matthew sudah tertidur pulas. Gideon memandangi wajah mungil itu singkat, mengusap surainya dan kemudian beranjak duduk dikursi dekat tempat tidur Matthew.

Selanjutnya waktu berlalu dengan Gideon yang menatap wajah Matthew penuh arti dan Matthew yang berjuang dalam gelap mimpinya.


Tweet Gideon:

Gideon:

How can something so beautiful carry so much pain?

Rep:

Daniel: Masih subuh deon, lo mau jadi penyair apa gimana deh? Jam segini ngegalau

Gideon: Ya lo sendiri ngapain jam segini bangun anjir?

Daniel: Biasalah, menuntaskan masalah yang belum tuntas

Gideon: Apaan? Poop?

Daniel: hehehe, itu tau

Gideon: Jorok lo, jauh-jauh sana

Daniel: Elah bro, kaya gak pernah poop aja


[ Teks Hans dan Gideon: ]

Hans: Bro, masih bangun?

Gideon: Hm

Hans: Oke, bang Raka masih lama kayanya itu, udah habis 2 pack anjir rokoknya

Gideon: Ya udah, temenin aja.

Hans: Lo gak papa jagain Matt dulu?

Gideon: Slow, kaya sama siapa aja lo.

Hans: Thanks ya bro

Gideon: Sip, good luck pdktnya.

Hans: Kagak elah, nemenin doang gue.

Gideon: Gue iyain. 

SehnsuchtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang