"Bro, mau nongkrong dulu nggak?" Tanya Yeonjun, teman satu fakultas Mark.
Mark menggeleng, mengangkat kertas karton besar miliknya tinggi-tinggi agar Yeonjun bisa melihat bahwa dirinya tengah sibuk mengerjakan tugas dari dosen.
"Sekali-kali lah, lo sibuk belajar mulu dah. Stress nanti." Ucap Christopher.
"Justru biar cepet kelar, gue bisa main sama kalian lagi." Balas Mark.
Yeonjun mengangguk paham. "Ya udah, semangat yo."
Mark tersenyum, berjalan meninggalkan teman-temannya di belakang. Dia akan langsung pulang, tapi sebelum itu Mark akan mampir ke toko alat tulis untuk membeli alat-alat yang akan ia gunakan untuk membuat tugasnya.
Mark adalah mahasiswa fakultas teknik jurusan arsitektur. Tidak heran jika kesehariannya adalah menggambar dan menggambar. Sebab menggambar adalah bakatnya yang menurun dari sang Bunda yang kebetulan juga memang berprofesi sebagai desainer busana.
Setelah mampir ke toko alat tulis dan membeli keperluan, Mark nyatanya tidak langsung pulang ke rumah, melainkan mampir ke supermarket untuk membeli beberapa makanan yang bisa langsung ia makan. Sebab dia sudah sangat lapar, katanya.
Setelah memakan makanan ringan dan susu kotak, Mark bergegas untuk pulang ke rumah. Mungkin sekarang Bunda nya sudah ada di rumah.
"Aku pulang." Ucap Mark.
"Selamat datang di rumah, Abang." Sambut Taeyong dengan senyum hangat khas pria ayu itu.
Mark tersenyum membalas senyuman sang ibu. Meskipun seharian melakukan kegiatan, lelah dan mengantuk, tapi setelah melihat wajah teduh sang ibu, hati Mark menjadi tenang.
"Bunda masak apa?" Tanya Mark penasaran pada ibunya yang tengah sibuk memasak untuk makan malam nanti.
"Soto ayam nih, malem-malem gini enak kan makan yang panas."
"Iya." Balas Mark. Berjalan menuju ruang tengah dan mendudukkan dirinya di sofa empuk berwarna merah maroon.
"Nah udah, tinggal nunggu adek-adek kamu pulang." Ucap Taeyong ikut mendudukkan dirinya di samping sang putra. "Abang gimana harinya?"
"Biasa aja Bun, belajar, dimarahin dosen, makan sama temen." Balas Mark seadanya.
"Humm gitu ya. Tapi seru nggak?"
Mark mengangguk. "Lumayan sih."
Taeyong tersenyum kecil menatap air muka si sulung dari samping. Si sulung yang tidak pernah mengeluh, si sulung yang selalu berusaha terlihat paling kuat diantara saudaranya, dan si sulung yang berusaha keras untuk menggantikan sosok sang ayah yang perannya tidak lagi bisa dirasakan adik-adiknya.
"Abang, capek ya?" Tanya Taeyong.
Mark tidak menjawab, memilih memperhatikan televisi yang tengah menayangkan film layar lebar.
"Wajar kok, setiap manusia pasti capek. Tapi Abang udah keren! Abang hebat karena udah bertahan sampai detik ini. Kalau Abang capek, Abang selalu bisa dateng ke Bunda dan cerita tentang semuanya, ya?" Ucap Taeyong sembari mengelus kepala si sulung.
Mark tersenyum, memeluk sang Bunda. "Makasih karena udah bertahan untuk Mark dan adek-adek, Bunda jauh lebih hebat." Balas Mark.
Taeyong tersenyum kecil, Mark itu word of affirmation banget anaknya, suka sekali mengapresiasi orang lain. Apalagi Bundanya.
"Ada apa nih kok pelukan? Kok nggak ajak-ajak?!" Pekik Jaeyun dari pintu rumah. Pemuda lucu itu datang dengan dua abangnya yang lain. "Mau peluk juga!" Jaeyun menubruk tubuh abang sulung dan Bundanya.
Mark tertawa, memeluk Jaeyun. "Ikut ah." Ucap Sungchan yang langsung bergabung.
Taeyong tertawa menepuk punggung anak-anaknya.
"Abang Jeno nggak mau gabung?" Tawar Taeyong.
"Nggak, kaya anak kecil aja." Balas Jeno sewot.
"Udah sini gabung aja deh, daripada nanti iri kebawa mimpi." Celetuk Sungchan sembari menarik lengan jaket Jeno yang mana membuat pria itu turut masuk ke dalam lingkaran pelukan hangat Bunda.
Taeyong tertawa. Hangat sekali.
Jaeyun menatap sang Bunda, menenggelamkan wajahnya di dada sang pria ayu.
TBC
Tipis-tipis aja dulu ya say
KAMU SEDANG MEMBACA
Punakawan II : Search For Happiness
Fanfiction[ON GOING] Cerita kelanjutan dan menjadi akhir perjalanan Punakawan. Sebut saja babak terakhir ini adalah mencari bahagia untuk sang bunda. [⚠] BxB, Missgendering, Harsh words, Semi-baku.