Prolog

5K 601 34
                                    

I still remember third of December. 

< >

Musim penghujan yang semakin pekat dari hari ke hari tetap membuat Arvi tidak terbiasa. Dia tahu bahwa seharusnya dia mengikuti apa yang dikatakan pepatah dalam buku Bahasa Indonesia sewaktu sekolah dasar, "Sedia payung sebelum hujan!" Dia harusnya bisa mengatakan hal itu pada diri sendiri keras-keras. Melupakan payung atau jas hujan dalam musim yang semakin lembab setiap harinya memang sungguh sulit. 

Tiinnn tiinnn! 

Arvi menyipitkan matanya saat mendapati mobil yang tidak dikenalinya membunyikan klakson. Itu tertuju padanya, bukan? Klakson bising yang terparkir di depan lobi gedung fakultasnya adalah untuknya, karena tidak ada mahasiswa lain yang terlihat menunggu di depan lobi dengan curah hujan yang semakin kejam. 

Tiiinnnnnn! 

Arvi terkejut dengan klakson yang lebih parah suaranya. Salah seorang penjaga yang memastikan tidak ada gangguan mengambil payung kecilnya dan mendekati mobil yang tidak dibuka kacanya itu. Arvi hanya mengamati dan menunggu. Sosok di dalam mobil itu tidak terlihat oleh Arvi karena penjaga kampus menghalangi dengan tubuh besarnya. 

Terlihat si penjaga dan pemilik mobil tersebut saling bicara. Hingga beberapa saat kemudian dia mendapati si penjaga mengarahkan tatapan pada Arvi.

"Mbak!" panggil si penjaga.

"Ya, Pak?" sahut Arvi.

"Mbak dari tadi ditungguin sama Mas-nya."

Mas-nya? Siapa? 

Saat si penjaga menyingkir, barulah Arvi bisa melihat siapa sosok yang membuat keributan itu. 

"Kak Ivan?"

Kaivan membuat gestur tangan untuk membuat Arvi segera masuk ke dalam mobil. Tanpa banyak bicara lagi, gadis itu memasuki mobil. 

"Fiuhhh! Aku kirain siapa tadi."

Kaivan menyunggingkan senyuman tipis. Di balik leather jacket pria itu, ada banyak tato yang tidak mengerti oleh Arvi mengapa harus ada. 

"Nih, ganti!" Kaivan menyodorkan sweater pada Arvi. 

Menerimanya dengan bingung, Arvi menatap baju hangat itu. "Ganti dimana? Aku langsung pake--"

"Nanti kamu malah masuk angin. Buka aja di sini. Aku nggak akan liat."

Arvi gugup. Pandangan Kaivan mungkin memang fokus kepada jalanan yang diserbu hujan, tapi pria itu bisa saja melirik dengan ekor matanya. Nggak usah mikir kejauhan, Arvi!  

"Nggak apa-apa?" tanya Arvi.

"Emangnya kenapa? Udah cepet ganti baju, jangan sampe sakit. Besok ada empat kelas, kan?"

Arvi diam-diam mengangguk. Kaivan sudah menghafal jadwal kelasnya dan apa yang bisa membuatnya ragu? Lelaki itu tidak macam-macam selama ini. Tidak akan ada apa-apa meski Arvi mengganti pakaian di mobil lelaki itu. 

Dengan lugu Arvi benar-benar mengganti pakaiannya dengan sweater yang diberikan oleh Kaivan. 

"It look better.

"Hah?" sahut Arvi.

Senyuman tipis Kaivan kembali terlihat. "Kamu cocok pakai itu."

Pipi Arvi langsung memanas. Semakin dirinya menenggelamkan wajah ke baju hangat itu, semakin dia bisa mencium aroma Kaivan di sana. Jangan salting, Arvi! Jangan! 

"Aku balikin secepatnya--"

"Nggak perlu buru-buru. Simpen aja dulu. Itu kepake selama musim hujan begini. Lagi pula, kamu keliatan cantik pake sweater punyaku."

God! Muka aku makin kerasa panas kalo gini. 

"Kita ke rumahku dulu, ya. Aku mau ganti motor sambil nunggu hujan reda, baru nanti aku anterin kamu pulang."

"I-iya, Kak."

Jika saja saat itu Arvi bisa lebih tegas untuk tidak ikut ke rumah lelaki itu. Segalanya tidak akan menjadi serusak saat ini. Harusnya Arvi tahu buah dari kenekatannya berdekatan dengan mahasiswa yang memiliki label sendiri itu. Harusnya Arvi berhenti merona dan menolak kebaikannya. Harusnya ... harusnya Arvi tidak tersakiti sedalam ini. 

[Halo! Ini cerita baru dengan tema yang gak dimulai dari dunia kerja atau rumah tangga. Aku lagi pengen nulis yang galau galau gitu. Bad boy yang terinspirasi dari salah satu solois Korea yang punya karisma tersendiri. Semoga kalian suka, happy reading! Oh, iya. Untuk akses baca duluan sudah tersedia di Karyakarsa kataromchick. Begitu juga dengan harga paket yang bisa kalian beli sekali dan hanya perlu menunggu update hingga bab akhir.]

DON'T KISS ME BACK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang