Di salahkan

36 14 7
                                    

Suzy merebahkan diri di atas ranjang empuknya. Hari sudah berganti malam, namun kakaknya belum juga pulang. Dirinya agak khawatir. Di kehidupan sebelumnya dia tidak memiliki saudara bahkan orang tuanya terlalu sibuk. Sekarang, jujur, dia merasa sangat senang. Hidupnya berbeda dari sebelumnya. Memiliki saudara, ibu yang selalu ada di rumah dan ayah yang tetap meluangkan waktu untuk makan bersama meski banyak pekerjaan.

Keluarganya juga merupakan keluarga yang berada. Baru kemarin ia meminta renovasi kamar, sekarang sudah selesai.

Cukup memuaskan. Tentu saja untuk saat ini. Ia tidak mau menyimpulkan kehidupan barunya begitu saja. Bisa saja kan manis di awal namun akhirnya asam.

Jika diingat-ingat hanya sikap ibunya yang hangat terhadapnya. Mungkin karena ikatan batin yang begitu kuat dengan pemilik tubuh ini yang merupakan putri kandungnya. Kakak serta ayahnya cukup dingin meski tetap merespon keberadaannya.

Anehnya hal tersebut berbanding terbalik dengan apa yang tertulis di dalam buku harian. Pemilik tubuh ini sebelumnya terabaikan. Bahkan sekali dua kali pernah mendapatkn kekerasan fisik. Keanggotaannya seperti tidak dinggp. Hingga Suzy berakhir di rumah sakit yang entah apa alasannya belum diketahui olehnya.

Hah~

Bae Suzy menghela nafas. Sekedar meredam beban tak kasat mata dalam dirinya. Agaknya hidupnya kali ini akan penuh teka-teki yang menjadi pekerjaan rumah untuknya.

Mungkin ini harga yang harus di balasnya untuk kehidupan keduanya.

"Semangat Suzy!" ucapnya menyemangati diri sendiri.

Baru sejenak ia memikirkan kehidupan barunya, sebuah suara teriakan mengganggunya. Sangat terdengar jelas jika suara itu dari bawah dan sedang memanggilnya. Suara ayahnya.

Ada apa?

Entah mengapa firasat nya mengatakan hal yang tidak baik. Enggan untuk beranjak karena sedikit takut namun Suzy bukan si pengecut pemilik asli tubuh ini.

.
.
.
.
.
.
.
.

"BAE SUZY!"

"SUZY CEPAT KESINI KAU! DASAR TIDAK TAU UNTUNG!"

"Suzy! Jika kau tidak cepat turun, Ayah akan menyeret mu"

"ANAK KURANG AJAR!"

Sang kepala keluarga terus berteriak hingga urat lehernya menonjol. Melunturkan kesan wibawa yang dimilikinya. Sedangkan sang nyonya rumah sudah tergopoh-gopoh menghampiri suaminya bermaksud menenangkan.

"SUZY!"

"Tenanglah sayang. Ada apa Sebenarnya? Mengapa kau seperti ini?"

Elusan lembut dari istri pun ditepis kasar. Matanya menatap nyalang ke arah sang putri yang sedang menghampirinya.

"Ay..."

Plak!

Kalimat itu terpotong dengan tamparan keras yang mendarat ke pipinya. Tangan yang seharunya membelai putrinya malah melukai putrinya sendiri. Pria itu marah tanpa ia tahu sebabnya. Bahkan dengan kejam menamparnya.

Hati Suzy yang mulai menghangat kini lenyap.

Ia memegangi pipinya dengan tatapan nanar. Terlihat darah berada di sudut bibirnya karena sedikit robek. Ini sakit. Berbeda ketika ia melakukan akting dan mendapat peran teraniaya. Biasanya pukulannya tidak benar-benar dilakukan agar mencolok ia diberi make up seolah-olah itu terluka.

Kepar*t.

"KAU! Seharusnya mati saja waktu itu. Beraninya kau mencoreng nama keluarga Bae! Aku tidak pernah mendidikmu seperti ini." teriak Tuan Bae marah.

Di sisi lain nyonya Bae menangis sedih menyaksikan putrinya ditampar. Sedangkan Bae Irena yang baru pulang nampak terkejut.

Suzy menguatkan hatinya. Menatap orang yang sekarang menjadi ayahnya dengan tatapan tajam namun terluka.

"Memang apa salahku?" desisnya tajam.

Tuan Bae tampak memijit kepalanya. Tangannya mengacung menunjuk Suzy geram. Otak anaknya masih tidak berfungsi. Persetan dengan dia yang lupa ingatan.

"Pergi sekarang ke rumah keluarga Jeon dan minta maaflah atas sikapmu pagi tadi. Bilang ke Jungkook kalau kau tidak serius melakukannya. Supir akan mengantarkan mu." ucap Tua Bae mencoba menekan amarahnya.

Mendengar nama namja sok kecakepan yang menjadi tunangan Jiwa asli tubuh ini membuat darah Suzy mendidih. Tangannya tanpa sadar mengepal. Ia bersumpah akan membalas berkali-kali lipat.

Apa-apan menyuruhnya minta maaf. Cih, tak sudi.

"Tidak mau." tolaknya tegas.

Semua orang tampak terkejut. Begitu pula tuan Bae.

"Suzy sayang turuti saja permintaan ayahmu. Jangan membuat ayahmu semakin marah. Ibu akan mengobati mu sebelum pergi." bujuk nyonya Bae yang sedari tadi hanya diam menonton.

Namun Suzy abai.

"Dia berselingkuh."

Ayahnya menatap nyalang. " Setelah mempermalukannya sekarang kau menuduhnya berselingkuh. Dimana otakmu Suzy!"

"Ayah... Aku tidak berbohong..."

"Berhenti berbohong! Ku selalu saja seperti itu. Meskipun hilang ingatan tapi tingkah mu selalu tidak baik. Contoh kakakmu, dia selalu bisa jadi kebanggaan orang tua."

Percuma membantah tanpa membawa bukti. Harusnya aku foto kalau perlu vidio sekalian tadi pagi, sesal Suzy.

"Sekarang pergi ke kamarmu! Renungkan kesalahanmu! Besok tanpa bantahan kita pergi ke keluarga Bae." putus Tuan Bae.

Nyonya Bae pun menarik suaminya ke kamar. Sebelum benar-benar pergi, ia melirik ke arah putri bungsunya dengan wajah yang tidak terbaca. Sedangkan Bae Irena tetap dalam pendiriannya.

Irena tahu jika yang dikatakan adiknya adalah kebenaran. Dia ingin membantu. Tapi rasa sakit hatinya mengalahkan nuraninya. Suzy pantas mendapatkannya. Hilang ingatan bukan berarti dia bisa lolos dari hukuman atas dosa masa lalu.

Dia bukan kakak yang baik, setidaknya dia adalah anak yang baik untuk Ibunya. Begitulah keyakinannya selama ini.


🍂



Pipinya mulai membengkak. Meski sudah di bersihkan dengan air tidak cukup berpengaruh pada memarnya. Di kamarnya tidak ada kotak P3K bahkan dia tidak bisa mendapatkan es batu untuk mengompres memar di pipi. Anak buah ayahnya langsung menyeretnya ke kamar begitu mereka pergi.

Ssssttts!

Beberapa kali ia mendesis, mengoles pipinya dengan cream malam serta serum. Hanya itu yang ada di atas meja. Lagipula itu dingin. Ya, semoga saja berefek.

Seusai meratakan pada bagian pipi lebam, gadis itu mulai menyibukkan diri membaca buku harian dari Suzy yang asli. Dia membutuhkan beberapa petunjuk mengenai keluarga Jeon agar bisa mempersiapkan dirinya untuk besok.

Dirinya bukanlah wanita lemah yang menye-menye kayak beberapa drama yang dimainkannya.

Lihat saja besok, bibirnya menyeringai tajam.

Bersambung ...

sampai jumpa minggu depan ❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Transmigration Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang