Duress

657 74 3
                                    

.

.

.

Yeonjun POV


Aku terbaring kaku di dadanya. Aku benar-benar seperti tawanan pria gila ini. Menyesal, tentu saja. Seandainya waktu bisa diputar, aku tidak akan pernah memberikan syalku padanya. Menyesal pun tidak ada gunanya. Aku sudah disini.

Ya Tuhan, bagaimana ibu dan kakakku. Aku yakin mereka pasti mencemaskanku yang tiba-tiba menghilang begitu saja dari rumah sakit.

"Kau belum tidur?" Tanyanya serak. Ia sedikit menjauhkan tubuhnya lalu menatapku. Satu hal yang tidak kumengerti, tatapan matanya saat menatapku seperti orang buta yang baru pertama kali melihat matahari. Kuakui ia memperlakukan ku dengan baik selama aku pun bersikap bersahabat.

"Tidak bisa tidur" sahutku seadanya.

"Kenapa?"

"Aku memikirkan ibu dan kakakku"

Soobin mendengus. Apa aku menyinggungnya? Semoga saja tidak.

"Jangan pikirkan apapun selain kau dan aku. Kau mengerti hm" Perintahnya terdengar sangat mutlak dan tak terbantahkan.

"S-Soobin" kataku tergagap. Ini pertama kalinya aku menyebut namanya. "Kenapa kau mau menikah denganku?"

"Bukankah sudah kubilang berapa kali. Kau adalah takdirku Yeonjun-a" rasanya aku muak mendengar kata takdir yang terus keluar dari mulutnya.

"Kau mencintaiku?" Semoga pria gila ini mengerti pertanyaanku.

"Jika ada kata yang lebih dalam dari 'cinta' untuk mengungkapkan perasaanku. Mungkin kau bisa mengerti yang kurasakan" ucapnya sungguh-sungguh.

Untuk sesaat aku terbuai dengan ucapannya. Hanya sesaat. Tapi begitu teringat perlakuan pria gila ini padaku, Ia menyetubuhiku meskipun aku memohon dan menangis di kakinya. Jika mengingat penghinaan itu rasanya aku ingin mati saja.

"Aku mengantuk" kataku tiba-tiba. Memaksa memejamkan mataku yang masih segar. Semoga besok aku menemukan cara untuk kabur dari sini atau setidaknya menghubungi Taehyung hyung.

"Eoh tidurlah" kudengar samar-samar ia bersenandung kecil. Menyanyikan lagu pengantar tidur. Meskipun tidak ingin mengkuinya tapi suaranya sangat indah.

.

.

.


Aku sampai tidak bisa menutup mulutku saat seorang dokter datang memeriksa keadaanku. Choi Soobin bukan hanya membawa dokter dan suster ke rumahnya tapi seluruh peralatan rumah sakit tersedia disini. Apa pria gila ini berniat membuat klinik pribadi?

"Keadaan tuan Yeonjun sudah jauh lebih baik. Kondisi pencernaannya pun sudah mulai normal. Hanya perlu memperbanyak istirahat"

"Seberapa baik kondisinya? Apa kami bisa segera melangsungkan pernikahan?"

"kurasa jika hanya upacara pernikahan bukan masalah. Selama bukan pesta yang melelahkan"

Soobin tersenyum lebar, "Tidak masalah. Pesta bisa dilakukan kapan saja"

Aku memandang kedua pria itu tidak percaya. Aku menikah dengan pria gila itu? Ya Tuhan lebih baik aku tidak menikah seumur hidup.

"Soobin-ssi. Bisa kita bicara?"

Soobin tersenyum ke arahku, "Sebentar sayang" Soobin mengantar dokter dan perawatnya keluar kamar lalu kembali duduk di dekatku. Ia menggenggam tanganku yang baru saja bebas dari jarum infus.

Fou ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang