He's Crazy

651 66 1
                                    

.

.

.

Yeonjun POV


Aku melihat pria itu dari lantai dua kamarku. Ia terlihat sedang berbicara serius dengan seorang pria tua di taman belakang. Jika sedang seperti itu Ia tidak terlihat seperti orang normal. Well, sebenarnya dia memang tidak gila, tapi di mataku ia adalah psikopat—tampan mungkin.

Hampir lebih dari 2 minggu aku terkurung disini. Berbagai cara dan rayuan sudah kulakukan untuk membujuknya keluar rumah tapi yang ada dia justru merubah rumahnya menjadi kota pribadi. Apa aku berlebihan?

Bukan hanya butik dan bioskop, dia bahkan memboyong coffe shop beserta barista hanya karena aku ingin menikmati Americano di tempat langgananku. Selain itu juga dengan salon dan berbagai koki dari restoran langgananku ia pekerjakan dirumahnya. Kurasa bukannya tidak mungkin ia membuat Sungai Han pribadi.

Selama 2 minggu ini aku terus mengamatinya. Ia akan pergi bekerja dua sampai 3 kali seminggu. Aku tidak tau dia bekerja di mana dan sebagai apa hingga membuatnya sekaya ini. Aku pun tidak tertarik untuk mengetahuinya. Soobin tidak akan meninggalkanku terlalu lama. Mungkin ia takut aku kabur, dan tentu saja aku berniat begitu.

Hingga saat ini ia tidak—maksudku belum melakukan apapun padaku. Sejauh ini ia hanya menciumku dan jika ciumannya berlebihan aku harus menghentikannya secara paksa. Awalnya ia terlihat kesal tapi begitu aku menunjukkan senyum termanisku ia pun ikut tersenyum. Aku tidak tau senyumku begitu berpengaruh untuknya. Seandainya dulu aku lebih lunak menghadapinya mungkin keadaanku tidak akan seperti ini.

"Kau disini?" bisiknya ditelingaku sekaligus membuyarkan lamunanku. Soobin memelukku dari belakang. Aku menarik nafas dalam sebelum kembali memakai topengku. Perlahan kulepas kaitan tangannya di perutku lalu berbalik. Tersenyum, tentu saja senyum palsu yang telah kulatih selama bersamanya.

"Kapan kau masuk?"

Soobin melingkarkan tangannya dipinggangku dan menarikku ke arahnya. Menempelkan tubuh kami.

"Baru saja. Apa aku terlalu lama meninggalkanmu hm? Maaf. Ada beberapa masalah yang harus kuselesaikan"

"Tidak, aku tak apa"

"Benarkah?" ia mendekatkan wajahnya hingga hidung kami hampir bersentuhan. Aku mengangguk diiringi senyumku yang masih mengembang.

"Tapi aku bosan" ujarku dengan nada manja. Cih, ingat ini hanya akting.

"Baiklah cantik. Hari ini kau mau melakukan apa? Nonton? Mewarnai rambut? Atau membaca buku sambil ditemani Americano? Aku akan menemanimu"

Aku melepas pelukannya lalu menggenggam tangannya, menyelipkan jari-jariku disana. "Aku mau seperti ini"

"Huh?" ia mengerutkan keningnya.

"Berjalan sambil berpegangan tangan seperti ini dipinggir Sungai Han sambil menikmati langit sore Seoul"

"Kau ingin menikmati sore denganku?" aku mengangguk antusias. Berdoa dalam hati ia akan membawaku keluar.

"Kalau begitu pegang tanganku, kita bisa berjalan di halaman bersama" senyumku menghilang seketika.

"Kenapa di halaman?" tanyaku tidak setuju. Oh ayolah, aku ingin segera kabur dari sini.

"Kita bisa berjalan dipinggir danau. Tidak ada bedanya dengan Sungai Han. Lagipula disana terlalu ramai, tidak akan senyaman disini sayang"

Aku mendesah pelan. Benar juga, aku tidak terlalu suka keramaian. "Ya, kau benar juga" ujarku lesu.

.

Fou ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang