Tangan Mas Doni meremasi bokong kenyal Santo yang sedang tidur tengkurap. Santo malah mengangkat sedikit bokong kenyalnya dan menurunkan celana sampai lutut. Mas Doni kaget, seolah Santo mempersilakan menikmati bokong kenyalnya. Tangan Mas Doni langsung mendarat di kedua bokong kenyal Santo tanpa ada halangan celana yang menutupinya. Terasa hangat dan kenyal, Mas Doni terus meremasnya gemas. Terlihatlah lubang di antara bokong kenyal Santo. Sesaat Mas Doni membayangkan mengobok-obok lubang tersebut dengan kontol panjangnya. Membayangkan saja sudah membangunkan kontol panjangnya. Sesekali kontolnya berdenyut kecil penuh hasrat.
"Wis iso ngaceng to Mas?" Santo berbalik badan terlentang sambil meletakkan HP di sampingnya. Terlihatlah kontol kecil pendek Santo yang putih mulus.
"Uwis mbokne." Jawab Mas Doni pura-pura. Padahal kontol panjangnya sudah ngaceng sempurna. Santo melepas celananya sehingga tubuh bagian bawahnya tidak tertutup apapun lagi. Lalu menarik celana Mas Doni sekaligus. Kontol panjang Mas Doni mencuat gagah.
"Lha gene wis ngaceng Mas." Santo tersenyum nakal menangkap basah kebohongan Mas Doni. Senyum garing Mas Doni tergambar jelas, merasa bodoh berbohong.
Aahhh hhmmm eengghh
Desahan Mas Doni terdengar seketika begitu kontol panjangnya bersarang nikmat di dalam mulut Santo. Lidah dan sedotan Santo terus berusaha memanjakan kontol panjang Mas Doni. Badan Mas Doni terus bergelinjang nikmat. Sesekali bergetar diikuti dengan denyutan kecil dari kontol panjangnya. Denyutan itu mengeluarkan cairan kenikmatan yang terasa sedikit asin. Santo menelan semua itu dan terus memeras kontol panjang Mas Doni dengan mulutnya. Santo berharap kali ini Mas Doni cepat muncrat. Mulutnya sudah terasa pegal. Anehnya walaupun sudah lumayan lama melumat kontol panjang Mas Doni, tidak ada reaksi dari tubuh gempal Mas Doni seperti tadi. Seperti menahan kepala dan menggoyangkan pinggulnya menyodok mulut Santo. Seolah Mas Doni bisa menahan puncak kenikmatannya. Itu merupakan kabar buruk bagi Santo, dia harus melumat jauh lebih lama. Sekarang saja mulutnya sudah terasa pegal.
"Wis pegel?" Mas Doni langsung saja menembak tepat sasaran. Terlihat jelas permainan mulut Santo tidak seganas awal tadi.
"Aku iseh iso kok Mas." Sergah Santo memaksa. Jelas sekali dia sudah tidak kuat. Mulutnya seperti kebas dan mati rasa karena pegal.
"Rasah mekso, sante wae." Mas Doni menarik kontolnya dari mulut nikmat Santo.
"Lha gene rung muncrat Mas?" Santo terlihat bingung. Berarti Mas Doni belum puas. Kontol panjangnya masih berdiri kokoh, berlumuran air liur Santo.
"Tahan yo, nek loro ngomong!" Santo yang kebingungan hanya mengangguk bingung. Mas Doni memutar tubuh Santo tengkurap lalu menarik bokong kenyalnya mendekat. Kini Santo merangkak seperti bayi. Lalu Mas Doni meludahi lubang di antara bokong kenyal dan memasukkan jarinya. Walaupun terasa aneh Santo hanya diam saja saat Mas Doni mengobok-obok lubangnya dengan jari.
"Nek loro ngomong tenan yo? Ojo ditahan." Santo mengangguk sebagai jawaban. Mas Doni mengarahkan kontol panjangnya ke lubang Santo dari belakang. Kepala kontol panjang Mas Doni yang lebih kecil dari batangnya berusaha menerobos lubang Santo. Anehnya itu bukan hal yang sulit. Sekali dorong kontol panjangnya sudah masuk ke lubang Santo. Mungkin karena ukuran kontol Mas Santo yang kecil. Sehingga mudah masuk.
"Loro ora?!" Mas Doni berhenti mendorong pinggangnya saat hampir setengah kontol panjangnya sudah masuk ke dalam lubang Santo.
"Ora Mas. Rapopo." Terdengar sedikit memaksa jawaban Santo. Jelas sekali lubangnya terasa perih.
"Rapopo tenan ki? Ora perih?" Pertanyaan konyol yang disertai hasrat Mas Doni begitu bodoh. Remasan lubang Santo begitu nikmat hingga dia sangat berharap bisa memasukkan seluruh kontol panjangnya.