"Aku tak bali sek yo Mbah?" Doni berpamitan setelah membereskan semua peralatan dan memasukkannya ke dalam gudang.
"Iyo, ngati-ati." Jawab Mbah Sumar sopan. Sebenarnya Mbah Sumar dipanggil Mbah bukan karena umurnya yang sudah tua, tapi karena dia baru saja memiliki cucu. Umurnya masih pertengahan 40 an, dan tubuhnya pun masih gagah perkasa. Hanya perutnya saja yang sedikit buncit. Berbeda dengan perut Doni dan Ranto yang rata karena masih muda. Walaupun perutnya buncit Mbah Sumar berbadan gempal berotot. Rambutnya sudah botak bagian depan. Wajahnya oval mendekati bulat dengan pipi sedikit tembem. Dadanya berbulu agak lebat dan juga memiliki jenggot.
"Rumangsaku mbareng ngerti kontolku gede kok koe ki malah ndemaki terus to?!" Mbah Sumar sedikit kesal karena Ranto terus meremas lembut kontolnya jika ada kesempatan.
"Hehe . . . Gede tenan lho Mbah kontolmu ki." Jawab jujur Ranto sambil tersenyum nakal. Tangannya kembali meremas lembut kontol Mbah Sumar.
"Mau rak wis tak omongi to? Nek ngaceng kudu tanggung jawab nganti muncrat!" Mbah Sumar menyingkirkan tangan Ranto yang semakin berani setelah hanya tinggal mereka berdua di sana.
"Oke Mbah, tak trimo tantanganmu!" Ranto langsung jongkok di depan Mbah Sumar dan melucuti celananya cepat sekali.
Aahh ahhh ahhh
Mbah Sumar tidak bisa menahan desahannya ketika kontol beruratnya dilumat Ranto ganas. Tidak menunggu lama hingga kontol beruratnya ngaceng sempurna di dalam mulut Ranto. Permainan lidah dan hisapan Ranto tidak main-main. Begitu nikmat dan sudah tahu bagaimana memanjakan kontol di dalam mulutnya. Lidah dan mulutnya memiliki jenis kenikmatan yang berbeda dengan tempik istri Mbah Sumar. Seumur hidup baru kali ini Mbah Sumar merasakan nikmatnya hisapan mulut dan gerusan lidah lengas di kontol beruratnya. Dia tidak menyangka bahwa mulut bisa memberikan kenikmatan sedahsyat ini. Apalagi ini mulut seorang laki-laki. Mbah Sumar terlena kesadarannya menerima serangan kenikmatan Ranto. Tubuh gempalnya terus menggelinjang nikmat, kontol beruratnya tidak berhenti berdenyut kecil mengeluarkan cairan kenikmatan dan suara desahannya keluar tanpa sadar mengikuti hasratnya.
"Pinter tenan koe ngemut kontol! Hmm? Sopo sing ngajari? Koe cuk ngemuti kontol?" Pertanyaan bebisih penuh hasrat terus keluar dari mulut Mbah Sumar tak terkontrol. Permainan mulut Ranto memang tidak seperti orang yang baru pertama kali melakukannya. Bahkan biji peler berbulu Mbah Sumar tidak luput dari sapuan lidah lengas Ranto. Mbah Sumar menahan kepala Ranto dan menggoyangkan pinggulnya maju mundur ganas. Mulut Ranto seperti tempik istrinya dengan lidah yang terus menyambut kontol beruratnya. Kontol sebesar itu mudah sekali mengobok-obok mulut Ranto tanpa sedikitpun menyentuh giginya. Hanya pengalaman Ranto yang bisa mewujudkan itu. Kedua tangan Ranto meremas bokong semok Mbah Sumar menambah rangsangan.
Ranto menahan pinggang Mbah Sumar dan sodokan ganas penuh hasrat itu berhenti. Kontol berurat yang sudah sangat basah oleh air liur itu keluar dari mulut Ranto penuh kehampaan. Sumber kenikmatan itu berhenti seketika. Ranto berdiri dan berbalik badan melucuti celananya hingga bokongnya tepat berada di depan kontol berurat Mbah Sumar. Ranto langsung menggenggam kontol berurat itu membimbingnya ke dalam lubang kenikmatan. Mbah Sumar tidak sabar ingin segera merasakan jepitan lubang Ranto. Begitu kepala kontol beruratnya menyentuh kerutan lubang Ranto, Mbah Sumar langsung menohoknya mantab. Anehnya kontol besar beruratnya mudah menerobos lubang Ranto. Walaupun sedikit sempit dan rasanya seperti tidak muat tapi Mbah Sumar kaget kontol besar beruratnya bisa masuk dengan mudah. Mbah Sumar sangat yakin Ranto sering melakukan ini. Semua yang dilakukan Ranto benar-benar lihai memanjakan kontol beruratnya. Mulai dari lumatan hingga goyangan pinggulnya maju mundur seperti menyambut kontol beruratnya. Ditambah lagi remasan lubang Ranto begitu kuat dan nikmat. Mbah Sumar memegang pinggang Ranto dan menggoyangkan kontol beruratnya di dalam lubang Ranto. Kenikmatan ini begitu baru dan aneh. Ternyata lubang laki-laki juga bisa memberikan kenikmatan yang berbeda. Mbah Sumar terus menerus mengasah kontol beruratnya penuh hasrat. Bokong sekal Ranto terus bergetar menerima hempasan selangkangan Mbah Sumar. Suara benturannya tersamarkan oleh desahan mereka berdua yang memenuhi ruang itu. Desahan Mbah Sumar berganti lenguhan serak berat yang sangat berhasrat. Penuh dengan nafsu yang menggetarkan jiwa dan raga mereka berdua. Dadanya terus berdesir gairah, kontol beruratnya tidak berhenti berdenyut hasrat. Mengeluarkan cairan kenikmatan yang melancarkan kontol beruratnya menggerus kenikmatan lubang Ranto. Lubang Ranto begitu hangat, sempit dan sangat licin. Seperti tempik istrinya waktu awal pernikahan beberapa dekade silam. Gairah Mbah Sumar seperti terpecut bangun penuh stamina. Solah hasratnya membawa raga dan nafsu ke masa remaja. Masa dimana hasrat terasa baru, asing dan sangat nikmat yang selalu memenuhi jiwa dan raga.