Santo mengayuh sepedanya dengan santai. Sesekali stang sepedanya meliuk-liuk menghindari batu yang cukup besar untuk menjatuhkannya. Maklum, jalan setapak desa tidak rata. Hanya bebatuan yang disusun sedemikian rupa. Jika hujan, batu yang pecah dan halus terbawa arus air. Tinggalah bebatuan keras yang sedikit tajam. Santo sudah terbiasa dengan itu. Sepedanya melaju menuju rumah temannya.
"Bowo!" Teriaknya begitu sampai di depan rumah.
"Opo?! Reneo mlebu!" Apa?! Sini masuklah! Bowo berteriak dari dalam kamar. Santo masuk rumah lalu berjalan ke dalam kamar Bowo. Dia sedang duduk di atas kasur, asyik dengan HP nya. Santo langsung duduk di samping kanan Bowo ikut melihat layar HP.
Santo sudah berteman dengan Bowo sejak kecil. Walaupun Bowo sudah SMP kelas 1. Tubuhnya hanya beberapa senti lebih tinggi dari Santo. Hanya saja perawakannya tidak terlalu gemuk seperti Santo. Sedikit berisi. Rambutnya pendek dan terlihat botak. Semua siswa SMP harus pendek begitu rambutnya. Wajahnya sedikit kotak dan keras. Alisnya sangat tebal dan terlihat tegas. Sorot matanya sedikit menakutkan. Setidaknya begitu bagi orang yang belum kenal dengannya. Dengan Santo? Dia selalu tersenyum dan bercanda. Karena mereka sudah akrab sekali. Seolah sudah tidak ada batasan di antara mereka. Bowo termasuk orang yang cukup berada di desanya. Dia dibelikan HP yang tergolong mahal. Santo seperti punya akses penuh juga kepada HP Bowo. Bowo tidak keberatan sama sekali meminjamkannya. Jika bermain game mereka selalu bergantian.
"Enek sing anyar Ndes! Aku njaluk koncoku mau." Ada yang baru Nyet! Aku minta temanku tadi. Bisik Bowo sambil menutup aplikasi gamenya. Lalu membuka aplikasi pemutar video. Terlihatlah video latar masa lalu jaman jepang. Seorang pria tengah berbaring lemah tak berdaya. Istrinya membukakan pintu dan seorang laki-laki masuk dan mulai mengobati pria yang berbaring. Dia adalah tabib yang biasa mengobati orang sakit. Terjadi beberapa kali kontak mata antara istri pria itu dengan tabib. Senyuman nakal tergambar jelas di sana. Setelah selesai menangani pria sakit itu dan memberikan obat, tabib itu berpamitan. Istri pria itu mengucapkan terima kasih lalu menutup pintu dari dalam. Lalu dia berjalan ke arah dapur. Melewati pintu dapur, dia keluar dan menuju ke samping sumur. Di sana ada ruangan kecil lalu dia masuk ke dalam. Tabib sedang menunggunya di dalam. Istri pria itu langsung menghambur ke dalam pelukan tabib itu dan melumat bibirnya penuh hasrat. Tabib itu juga tidak mau kalah. Dia menggerayangi tubuh perempuan itu dan membalas lumatan lidah yang tidak kalah ganas. Mereka bercumbu sambil berdiri.
Melihat semua itu hasrat Santo kembali bergetar hebat. Dadanya bergemuruh. Lubang kenikmatannya berkedut teringat sodokan kontol nikmat Pakdhe Karno beberapa menit lalu. Semakin panas adegan di dalam HP, gairah Santo semakin berkobar tak tertahankan. Tangannya sudah mendarat di selangkangan Bowo. Kontol tebal Bowo sudah berdiri tegak di dalam genggaman tangannya.
"Bajekno ora tak kon wis gelem ndemak kontolku?" Tumben tidak kusuruhpun mau memegang kontolku? Tanya Bowo sambil berbisik pelan. Biasanya Bowo sedikit memaksa Santo untuk mengocok kontolnya. Itupun juga sangat jarang Santo mau melakukannya. Bowo sangat heran sekarang Santo mau melakukannya tanpa disuruh. Santo tidak menjawab pertanyaan Bowo. Tangannya sibuk mengocok kontol tebal Bowo dari luar. Pinggul Bowo bergerak liar menahan hasratnya. Seolah kocokan tangan Santo semakin nikmat. Tiba-tiba Santo menelusupkan tangannya di balik celana dan sempak Bowo. Kontol tebal itupun sudah berdenyut hangat di dalam genggamannya. Santo mulai mengocoknya penuh perasaan. Tubuh Bowo semakin menggelinjang hebat menahan serangan kenikmatan Santo. Bowo mengangkat sedikit bokongnya lalu menurunkan celana dan sempaknya sekaligus hingga lutut. Mencuatlah kontol tebalnya. Tangan Santo langsung menyambar dan kembali mengocoknya. Kedua kaki Bowo semakin liar menghentak-hentak nikmat. Merespon kocokan tangan hangat Santo
Kontol Bowo pendek dan tebal. Sedikit lebih besar dari kontol Mas Doni. Tetapi masih lebih panjang milik Mas Doni. Kepala kontolnya sebesar batangnya dengan warna coklat gelap. Walaupun sedikit lebih terang dari batang kontonya. Leher kontolnya terlihat dangkal dan sempit karena tebalnya kontol Bowo. Batasnya begitu jelas antara kepala kontol dan batangnya. Jembut Bowo masih terlihat mulus dan halus di sekitar kontol tebalnya. Ada tapi tidak terlihat karena masih sangat jarang. Kedua biji pelernya mengkerut dan terlihat sangat gelap. Sesekali Santo meremasnya lembut. Melihat kontol tebal Bowo yang terpampang jelas di depan matanya, nafsu Santo tersulut garang. Seolah Bowo menyerahkan sepenuhnya kontol tebalnya untuk dipuaskan. Santo sudah tidak kuat lagi. Kepalanya mendekati kontol tebal Bowo dengan gairah yang menggelora.
Ahhhh aahhh aahhhh
Bowo tidak dapat menahan desahan kenikmatannya. Bagaimana tidak? Kontol tebalnya bersarang hangat di dalam mulut Santo. Lidah kasar Santo menari liar, basah dan hangat melumuri kontol tebalnya dengan kenikmatan. Apalagi sedotan kasar yang seolah mengeluarkan hasratnya dengan paksa. Bowo melempar HP nya ke samping. Kedua tangannya meremasi rambut Santo garang dengan hasrat yang berkobar. Bowo menumpahkan seluruh gairah remajanya yang baru mengenal kenikmatan ini. Tentu saja ini pertama kalinya kontol tebalnya masuk ke dalam mulut Santo. Kontol tebalnya merasakan nikmatnya hisapan basah dan lumatan ganas mulut untuk pertama kali juga. Tubuh berisinya menggelinjang liar. Menghentak-hentak ganas seolah ingin Santo melahap kontol tebalnya lebih dalam. Santo sudah pernah memanjakan kontol di dalam mulutnya. Walaupun kontol tebal Bowo sedikit memenuhi mulutnya tetapi tidak sepanjang milik Mas Doni yang bisa menghantam kerongkongannya. Dia melilitkan lidah kasar basahnya ke seluruh kontol tebal Bowo. Mulai dari kepalanya yang licin dan sangat sensitif, leher kontol tebal yang membuat tubuh berisi Bowo menggelinjang hebat, kemudian melahap seluruh batangnya dan diakhiri dengan hisapan mautnya yang membuat Bowo meraung-raung mendesah tak tertahankan. Santo terus mengulanginya terus menerus tanpa henti. Bowo terlihat pasrah dikalahkan hasrat yang menggelora. Tubuh berisinya terus menggelepar nikmat dan mendesah keras tanpa henti. Santo begitu pandai memberikan kenikmatan dengan mulutnya. Tiba-tiba Santo melepas lumatannya dan berdiri.
Silahkan melanjutkan kebinalan Santo di https://karyakarsa.com/Dusun/8-nakal
Aku juga menambahkan terjemahan yang dicetak miring di sana. Selamat menikmati.