"Siap Grak!" Teriak Sukri tegas. Ketua kelas 6 yang sore ini menjadi pemimpin regu. Seluruh kelas 4, 5 dan 6 mendapatkan pelajaran tambahan baris berbaris di halaman sekolah. Dua orang tentara yang mendapatkan tugas di desa ini berdiri gagah dan penuh intimidasi. Mereka menyapu seluruh siswa sekolah desa itu dengan tatapan tegas dan garang. Seluruh siswa berdiri tegak tanpa ada sedikitpun gerakan. Mereka sangat rapi dan disiplin. Walaupun terlihat seperti orang yang tertekan, itu sangat berbeda dengan yang ada di dalam hati mereka. Mereka sangat menantikan hari ini. Melihat seorang tentara adalah sesuatu yang sangat langka di desa pedalaman. Sehingga antusias mereka begitu luar biasa. Sebenarnya banyak di antara mereka sering bermain di sekitar balai Dusun Katuk, tempat kedua tentara itu menginap. Walaupun begitu mereka akan memarahi anak-anak yang terlalu dekat dan berisik. Anak-anak sangat penasaran dengan mereka tapi tidak pernah disambut baik. Namanya juga anak-anak. Hari ini mereka mendapatkan pelajaran tambahan yang langsung dipandu oleh kedua tentara itu. Semua murid sangat senang dan bahagia. Mereka berusaha memberikan kesan yang baik kepada kedua tentara itu.
"Siapa yang ingin menjadi tentara?" Tanya Bang Bonar tegas. Beliau berasal dari suku Batak, Sumatra Utara.
"Siap, saya!" Jawab para murid serentak. Bang Bonar yang bertubuh kekar berjalan membelah barisan para murid. Memperhatikan mereka satu per satu. Memperjelas muka garang, tegas dan menakutkan yang terlukis alami di wajahnya.
"Jadi seorang tentara tidak boleh lemah. Harus bisa menahan rasa sakit seperti kesatria. Pantang menyerah dan terus berusaha." Bang Manuputi terus menjelaskan arti menjadi seorang tentara yang sesungguhnya. Rambut kribo yang dipotong pendek terlihat begitu tegas. Tubuhnya lebih pendek dan lebih kecil dari tubuh Bang Bonar. Kulitnya hitam legam khas orang timur. Bang Manuputi berasal dari Ambon. Bang Bonar berkulit sawo matang. Rambutnya dipotong pendek cepak khas potongan tentara.
"Siapa namamu?" Tanya Bang Bonar di samping kanan seorang murid.
"Siap, nama saya Ranto." Jawab Ranto tegas dan sekeras mungkin. Padahal di dalam dadanya terus bergetar gugup. Dari semua murid di sini kenapa hanya dia yang ditanya namanya? Rantopun merasa bangga dan sedikit sombong. Seolah selangkah lebih dekat kepada tentara. Pandangan iri terlihat dari seluruh murid di sana.
"Ikut saya!" Perintah Bang Bonar.
"Siap, laksanakan!" Jawab Ranto tegas dan berjalan meninggalkan barisan. Ranto mengekor satu meter di belakang Bang Bonar.
"Siap grak!" Bang Manuputi menyiapkan barisan. Mengalihkan perhatian dari Ranto dan Bang Bonar. Dia mengajarkan baris berbaris kepada seluruh murid.
"Dimana ruang UKS?" Tanya Bang Bonar tegas.
"Siap, di sana Pak." Ranto menunjuk ke arah ruang UKS. Merekapun berjalan ke sana. Begitu sampai di depan pintu UKS Bang Bonar mencoba seluruh gerombolan kunci yang diberikan oleh kepala sekolah tadi siang. Terbukalah pintu UKS, mereka berdua masuk ke dalam dan Bang Bonar kembali mengunci pintu dari dalam. Walaupun heran Ranto sama sekali tidak berkata apa-apa.
"Kamu mau jadi tentara?" Tanya Bang Bonar pelan begitu duduk di pinggir ranjang.
"Siap, iya Pak!" Jawab Ranto mantab.
"Kalau sudah tidak baris berbaris panggil saya Bang saja, dan jangan keras-keras!" Perintah Bang Bonar sambil berbisik.
"Iya Bang." Jawab Ranto pelan.
"Nah begitu, kamu ikuti perintah saya ya?! Jangan membantah." Kata Bang Bonar penuh hasrat.
"Iya Bang." Jawab Ranto patuh walaupun sedikit kebingungan.