"AHA! Kau sudah melakukannya dengan baik, Hyunjin." Mr. Martinus memberinya jempol ketika Hyunjin berhasil memasukan semua sapi ke dalam kandang. Mr. Martinus masih ingat bagaimana ekspresi Hyunjin ketika salah satu sapi peliharannya langsung mengejar Hyunjin ketika Hyunjin membantu untuk yang pertama kalinya di sini. "Sepertinya sapi-sapiku sudah tidak punya dendam padamu lagi." kelakarnya.
Hyunjin tertawa meresponnya lalu berjalan mundur sampai akhirnya dia melihat kandang itu secara luas. "Well, ini bagus!" Dia menganggukan kepalanya dua kali. "Apa aku bisa kerja sampingan sebagai asistenmu?"
Mr. Martinus tertawa menanggapinya lalu berjalan mendekat dan menepuk punggung Hyunjin dua kali. "Dari pada itu, ada hal yang harus di lakukan olehmu sebagai musisi, 'kan?"
Hyunjin terdiam selama beberapa saat sebelum akhirnya dia mengerti apa yang di katakan oleh Mr. Martinus padanya. Dia dan Chris masih belum bertegur sapa sampai sekarang. Sementara mereka masih memiliki waktu seminggu lagi di sini sebelum akhirnya berangkat ke Korea untuk memulai tur kembali. "Yah, seperti bermusik?"
"Bukan itu, Nak." Mr. Martinus menepuk dadanya dua kali. "Saat Jisung kemari, dia bercerita kalau kau dan Chris sedang bertengkar," pria tua itu memberikan Hyunjin senyum penuh ketulusan. "Aku hanya mengingatkan, perselisihan dalam jangka waktu yang lama itu tidak baik bagi pikiran dan hati. Solusinya adalah bicara melalui hati ke hati."
Persetan Jisung. Hyunjin mengumpat di dalam hati. Tapi dia mendengarkan baik-baik saran dari Mr. Martinus. "Ya ... secepatnya akan aku usahakan." Apa Chris mau berbicara dengannya? Hyunjin dan Chris memang sering bertengkar tapi mereka mudah untuk kembali akrab. Tapi dalam kasus ini, Hyunjin ragu bahwa Chris mau bicara dengannya.
"Baguslah. Aku sedikit khawatir tentang hal itu. Kadang Istriku mendapati Chris sedang berbaring tidak semangat."
Hyunjin tersenyum kaku. Dia hanya menjawab dengan seadanya sambil berbasa-basi tentang hal-hal lainnya sampai akhirnya langit berubah, Hyunjin pulang ke vila, melihat Mrs. Martinus sedang berada di dapur bersama Patrick dan Josh. Terdengar suara tawa yang berderai bahkan ketika Hyunjin sudah sampai di kamarnya. Dia menghela nafas pelan, melempar jaket ke sembarang arah kemudian jatuh ke atas kasur. Menikmati kenyamanan dari kasurnya yang empuk.
Kasur ini terasa dingin seolah-olah tidak ditempati begitu lama. Padahal dulu dia dan Chris sering berada di atas kasur yang sama. Terkadang keduanya—sial. Hyunjin mengumpat. Kenapa di saat seperti ini dia begitu rindu kembali akrab dengan Chris?
Membuang nafas kasar, Hyunjin pergi ke kamar mandi. Membiarkan tubuhnya diguyur oleh air hangat dari shower di atasnya. Setelah beberapa menit kemudian dia keluar dari kamar mandi dan mengeluarkan pakaiannya. Hyunjin dapat mendengar Patrick memanggilnya bahwa makan malam sudah siap.
Ketika Hyunjin keluar, tidak sengaja dia berpapasan dengan Chris yang baru saja menutup kamarnya. Ya, memang, kamar mereka berhadapan. Hyunjin sekilas bisa melihat lantai kamar Chris yang berantakan, ada banyak sobekan kertas serta kertas yang sudah diremas bulat sebelum akhirnya Chris menutup pintunya rapat.
Tanpa ada banyak bicara dan basa-basi, keduanya berjalan beriringan menuju ruang makan. Di sana ada Mrs. Martinus yang sedang menata makanan di atas meja bundar yang cukup besar. Wanita yang sudah berusia lima puluhan itu tersenyum pada mereka.
"Halo, anak-anak."
"Hai, Viviane. Ingin dibantu?" Hyunjin menawarkan lebih dulu, sementara Chris langsung duduk di tempatnya sambil bermain handphone.
Mrs. Martinus tersenyum. "Sangat boleh, Hyunjin. Bantu aku menata piring-piring. Kau bisa?"
"Oh, tentu saja! Jangan remehkan Hwang Hyunjin ini!"
KAMU SEDANG MEMBACA
OH, MY DARLING - CHANJIN [END]
Fanfiction"Padaku," Hyunjin menjawab di sela-sela ciumannya, melepaskannya lalu menyatukan kedua dahinya, menatap Chris dengan intens dengan iris emasnya yang berkilau serius. "Hanya padakulah kau harus candu, Chris."