Chapter 2

7.8K 363 4
                                    

Imam Syafi'i -rahimahullahu- berkata:

لَيْسَ العِلْمُ مَا حُفِظَ ، إِنَّمَا العِلْمُ مَا نَفَعَ

Ilmu bukanlah apa yang dihafal, akan tetapi yang bermanfaat.

Bismillah...
❥Vote dan komen diawal bab! Jangan jadi silent readers
❥Don't forget to reading Qur'an today
.
.
.

❥Vote dan komen diawal bab! Jangan jadi silent readers❥Don't forget to reading Qur'an today

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

02| Keputusan ayah

"Kia.. ya Allah... kamu kenapa sih?! Nggak bisa ya nggak bikin masalah satu hari aja, iya gak bisa?" Ayah Ilham memijat keningnya pusing memikirkan ulah Kiara yang sekali lagi masuk ke ruang Bk. Perasaan baru tadi pagi ia menasihatinya untuk tidak membuat masalah, dan lihatlah apa yang dilakukannya oleh putrinya ini

Lagi dan lagi Kiara disalahkan. Ya, memang benar ia memang salah, tapi ini semua bukan sepenuh salahnya. Jika saja Farah tidak mencari masalah dengannya mungkin ini tidak akan terjadi "Farah nyebellin tau yah. Kia udah gak ladenin tadi, tapi pada dasarnya itu anak emang setan ya gitu, kerjaannya bikin emosi terus" Kiara memelankan suaranya saat ia menyebut Farah dengan sebutan 'setan' tak ingin ayah Ilham marah. Apa boleh kata, ucapan itu terlontar saja dari mulutnya mengingat wajah menyebalkan Farah yang bertamu di memori otaknya

"Heh! Gak boleh gitu!"

Kiara mendengus jengah. Tuh kan, ayahnya memang begitu, padahal apa yang ia ucapkan memang sesuai dengan faktanya "Maaf" Daripada memperkeruh suasana ada baiknya ia meminta maaf terlebih dahulu

"Seperti yang ayah bilang kemarin, ayah akan masukin kamu kepesantren. Sekarang masuk kamar dan beresin barang-barang kamu!"

Kiara melebarkan matanya, tidak percaya dengan apa yang diucapkan ayahnya. Ini tidak boleh terjadi. "Ayah apaan sih, gak bisa gitu dong! Kia gak mau!"

"Terima gak terima ayah akan tetep kirim kamu kepesantren"

Kiara tersenyum kecut melihat ayahnya yang sekarang sudah pergi dari hadapannya, apa ia begitu nakal sampai ia harus di buang ketempat itu, pesantren?

Kiara melirik bunda Mira yang berdiri sedari tadi hanya diam menyimak mereka berdua, kakinya ia langkahkan menghampiri bundanya "Buna... Tolongin kia Bun, to..hiks tolong bilangin ke ayah, kalo kia gak hiks mau dikirim kepesantren" 

Wanita paruh baya itu menghela nafasnya pelan mencoba mencari kata yang pas untuk menjelaskannya dengan lembut kepada putrinya. Tangannya terangkat mengelus pelan kepala Kiara yang tertutupi jilbab "Keputusan ayah udah yang terbaik buat kamu sayang, kami masukin kamu kepesantren juga karna kami mau kamu belajar agama lebih mendalam"

"Bohong! Kalian bohong. Kalian mau buang Kiara kan?"

Bunda Mira terkekeh pelan "Masa kita tega buang putri kami sendiri. Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan seperti itu, ayah sama buna cuma mau yang terbaik buat kia, ayah gak mau kalo sampai kia jadi anak nakal, salah pergaulan, makanya ayah kirim Kiara kepesantren,"

Lauhul Mahfudz Kiara (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang