_04: Pelukan penghangat_

67 2 0
                                    

'Bisakah ini berlalu sedikit lebih lambat? Gwe gak pengen lepas dari Lo'

-William S T-

_____

Setelah menempuh perjalanan panjang, William juga Aditsya turun dari mobil yang mereka tumpangi. Menatap sekeliling heran juga takjub William menoleh ke arah Aditsya yang memandang sekeliling mereka dengan pekikan girang.

"Lo kaya gak pernah ke sini?"

"This first time for me! Will astaga ini cantik banget ya gak sih?" William mengangguk dia juga merasa lebih damai melihat pegunungan yang terlihat jelas dari posisi mereka sekarang. Lebih lagi karena cewek itu di sampingnya hanya berdua karena Bram dan Jordan akan selalu menjaga jarak aman dari mereka.

"Umm Will, Gwe udah pesen tenda yang lebih deket sama gunung. Di sana! Masing masing satu. Jadi lebih nyaman, Gwe juga udah nyapin panggangan dan peralatan buat 5 hari kedepan. Jadi kita bisa nyaman di sini. Ohh iya, Lo harus selalu pake baju double, di sini dingin banget kalo udah menjelang sore. Dan satu lagi Bagas bakal ke sini dua hari lagi." William mengangguk kecut kesal karena kalimat terakhir yang keluar dari mulut Aditsya. Tapi dia tidak akan berlarut untuk itu. Ini lumayan jauh dari kota dan dia bisa menjadi lebih nyaman untuk mengagumi cewek itu dari pada menganggumi gunung yang berada di atas sana.

Sampai di depan tenda William kembali menoleh pada Aditsya yang menahan tangannya untuk segera masuk tenda.

"Gwe mau ngasih ini. Supaya Lo lebih anget. Dan jangan lupa ambil kasur mini sama Bram. Dan iya jangan minum dingin Will, Gwe udah nyiapin yang anget buat Lo" William terkekeh dia yang harus menjaga cewek itu apa sebaliknya memang?

"Pelukan? Atau sexs? " cewek itu mendelik spontan sebelum kemudian menjatuhkan pukulan pada lengannya.

"Lo mau Gwe dorong ke bawah?!" William tertawa sebelum menarik pipi Aditsya gemas.

"Ngeselin Lo! Udah Gwe masuk bay!" Cewek itu beranjak, memasuki tenda miliknya mengabaikan William yang mengulas senyum bahagia. Dia merasa lebih dekat dengan cewek itu sekarang.

"Tuan?" William menoleh saat Bram memanggil namanya. Kembali memasang wajah datar, William menatap bodyguard Aditsya itu tanya.

"Ini untuk Tuan. Dari Nona Aditsya. Apa ingin Saya pasangkan? " William menggeleng merasa itu tak perlu.

"Tidak usah, Saya akan melakukannya sendiri. Terima kasih" Bram mengangguk sebelum pamit undur diri.

Memasuki tenda untuknya, William merebahkan diri setelah selesai menata barangnya. Menatap langit tenda dengan senyum senang, dia lupa kapan terakhir kali dia merasa senang seperti ini.

"Gak perduli Bagas bakal dateng. Nikmatin dulu aja Will. Kapan lagi Lo bisa keluar kaya gini sama Aditsya? " William mengangguk atas pemikirannya sebelum memejamkan mata dan lelap dalam tidur.

____

"Toya Devasya, Bagas. Iya yang waktu itu kita rencanain" Aditsya mengangguk walau dengan dengusan kesal.

"Oke see you 3 days Honey. Be care oke? And have fun" Aditsya mengangguk, sebelum mematikan sambungan sepihak.

Rasanya dia juga merindukan pria itu, tapi tidak. Dia juga harus mengerti dan tak bisa selalu memaksakan untuk cowok itu terus bersamanya. Itu terlalu egois. Bagas memiliki banyak urusan dan semuanya memerlukan kendali cowok itu. Jadi dia harus mengerti.

TAK TUNTAS  |   Wiliam Satria Tanaka  🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang