Lima remaja berlarian di lorong rumah sakit, tidak ada satupun dari mereka yang peduli akan tatapan keluarga pasien lain. Dari jauh mereka dapat melihat dua orang yang sedang berdiri di depan pintu bertulis VIP.
"Gimana?" tanya pemuda berjas hitam dengan pin berlambang petir
"Lagi di periksa dokter kak," jawab pemuda yang menggunakan kacamata visor jingga
"Hah... udah lima tahun ya," ujar pemuda berpakaian kasual yang mendudukkan dirinya di kursi
"Kak Gem gapapa datang kesini? Katanya hari ini ada kelas," ucap pemuda bernetra hijau
"Gapapa kok, kakak udah izin tadi."
"Hali gimana latihan jadi CEO nya?" tanya pemuda bernetra biru gelap yang duduk di samping Gempa
"Jangan tanya kalau kamu nggak mau jadi penerus di perusahaan ayah," ujar Halilintar
"Makanya kak, mending Solar aja yang lanjutin perusahaan ayah."
"Bocah diam," ketus Halilintar pada Solar
"Mata aja udah empat, sok-sok an mau megang perusahaan. Belajar aja yang bener sana," ledek si mata orange. Solar mendelik pada kakak sekaligus adik kelasnya itu
Pintu ruangan terbuka menampilkan sosok pria paruh baya yang mengenakan jas putih. Pria itu keluar diikuti dua perawat yang membantunya mengurus pasien di dalam ruangan.
"Kondisi pasien sudah membaik. Namun pasien mengalami amnesia akibat kecelakaan yang dialaminya. Meski amnesia pasien tidak permanen, saya harap pihak keluarga tidak terlalu memaksa pasien untuk mengingat sesuatu karena akan berdampak pada psikis pasien. Pihak keluarga boleh masuk tetapi jangan sampai mengganggu istirahat pasien."
Setelah menjelaskan beberapa hal, dokter itupun pergi. Ketujuh elemental masuk ke ruangan yang di dominasi warna putih. Di ranjang rumah sakit seorang gadis menatap langit-langit kamar dengan sorot mata kosong. Wajah itu juga tidak menampilkan ekspresi apapun. Suara pintu yang ditutup membuat gadis itu mengalihkan pandangannya.
"Siapa?"
Pertanyaan singkat itu mampu membuat mata Duri berembun, apa ini yang namanya karma?
"Keadaan [Name] gimana? Masih ada yang sakit?" tanya Gempa
Gadis yang di panggil [Name] itu menggeleng, "kalian siapa?"
Liquit bening menetes dari mata Duri, "[Name] tidak ingat Duri?"
Pertanyaan itu dijawab dengan gelengan pelan, "memangnya kalian siapa?"
"Kami kakak-kakak kamu [Name]," tutur Halilintar yang hanya dibalas 'oh' oleh [Name]
"Lalu [Name] itu siapa?"
"Nama kamu," Ice menduduk kan dirinya di kursi yang berada di dekat ranjang rumah sakit.
"Tapi aku tidak ingat kalau punya kakak."
Gempa mengusap surai hitam adiknya, hitam? Bukan kah harusnya coklat dengan sejumput berwarna putih? Ya sekarang surai itu berwarna hitam karena banyak hal yang dialami oleh gadis kecil itu selama 5 tahun berpisah dari keluarganya.
"Istirahatlah, jangan memikirkan hal lain." Ucap Gempa
***
"Wah... rumahnya besar banget!" kagum [Name] yang baru turun dari mobil. "Kita tinggal disini ya kak?" tanya gadis itu tanpa melepas pandangan dari rumah bagai istana di depannya
Halilintar mengangguk, senyum tipis terlukis di wajahnya. Tangan kiri menggenggam tangan mungil si bungsu yang masih menatap penuh binar. Mereka terlihat seperti ayah dan anak karena tinggi yang jauh berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Angel [Boboiboy Elemental]
Fanfiction[sequel little sister] HIATUS Pepatah mengatakan, kau akan tau seberapa berharga sesuatu saat ia tak lagi ada. Apa yang kalian rasakan saat seseorang yang dulu begitu peduli tiba-tiba berubah? sakit, khawatir atau malah bahagia? ini kelanjutan kis...