O4.

2.8K 432 68
                                    

Mahen sampai di sekolah Langit saat waktu menunjukan pukul setengah empat sore. Tadi ia sudah mengabari Langit jika akan sedikit terlambat untuk menjemputnya, salahkan jalanan sore yang macet kali ini.

Mahen dengan cepat melepas seatbeltnya dan turun dari mobil mewahnya itu. Mahen menoleh kesana kemari, mencari keberadaan Langit. Suasana sekolah disore ini belum terlalu sepi, masih banyak murid berlalu lalang untuk kegiatan ekstrakulikuler. Sesaat pandangannya dapat melihat Langit disana yang sedang bermain dengan kucing.

Mahen langsung berjalan mendekati Langit. Tangannya bergerak mengusak surai rambut Langit, membuat sang empu mendongak dan tersenyum.

"Gimana kerjaan lo hari ini?"

Mahen tersenyum kecil "Not too good, tapi gue masih bisa handle"

Langit mengangguk anggukan kepalanya mengerti. Ia langsung berdiri dari posisi jongkoknya. Menerima sodoran tangan dari Mahen dan menggenggamnya.

"Tangan lo dingin"

Mahen tertawa pelan, "Iya, gue daritadi kena ac mulu. Lo laper ga?"

Langit kembali mengangguk. Ia lapar. Hari ini ia sedikit tidak beruntung. Uang sakunya hilang saat jam pelajaran olahraga.

"Mau dinner bareng? Kebetulan gue kosong, nih"

Mahen mengecek jam tangannya. Baru teringat Luke telah mengosongkan semua jadwalnya. Langit mendongak menatap Mahen dengan mata berbinar.

"Beneran?"

"Beneran, Langit." Jawab Mahen lugas.

Langit dengan semangat mengepalkan tangannya ke udara dan berseru "AYOOO" membuat Mahen terkekeh gemas. Sepertinya ada hal yang mulai ia sukai dari Langit.

Keduanya memutuskan untuk makan malam di sebuah restoran seafood ternama yang berada di dekat sana. Hanya perlu menempuh perjalanan selama 15 menit keduanya telah duduk dengan nyaman di restoran mewah itu.

Langit melihat ke sekitarnya penasaran. Membuat Mahen hanya bisa tersenyum gemas. Menurutnya, Langit mirip seperti kucing jika sedang penasaran. Sama seperti kemarin saat ia dengan iseng menjelajahi kamar luas Mahen.

Makanan datang. Langit menatap lobster kemerahan itu dengan senyum lebarnya. Ia menoleh ke arah Mahen yang juga sedang tersenyum ke arahnya.

"Makan aja"

Langit mengangguk cepat, "Thankyou, Mahen!"

***

Mahen membuka pintu kamarnya sambil melonggarkan dasi hitamnya. Langit mengekorinya dari belakang. Tiba tiba bertanya pada Mahen.

"Mahen, mama papa lo pulang jam berapa?"

Mahen tampak berfikir sejenak, "Jam 7 sih biasanya udah pulang, paling sekitar sejam lagi, kenapa?"

Langit menggeleng pelan dan tersenyum, ia bergegas menaruh tasnya dan melonggarkan dasi. Ia menggulung lengan bajunya.

"Gue bakal masakin mama papa lo makanan, itung itung makasih. Di dapur ada bahan makanan kan?"

Eh? Mahen menatap Langit bingung. Ia tidak perlu melakukan itu. Lagi pula kedua orangtuanya pasti akan memesan makanan online jika lapar.

"Gausah, Langit. Takutnya mereka ga makan"

Langit menggeleng pelan. Tetap kukuh untuk memasakan makan malam untuk kedua orang tua Mahen.

Akhirnya keduanya sepakat, Langit akan membuatkan makan malam untuk kedua orangtua Mahen, tetapi jika keduanya tidak mau, Langit akan memakannya. Jujur saja Mahen sedikit tercengang dengan porsi makan Langit yang terbilang cukup banyak. Untuk mengisi energi adu jotos, katanya.

Suddenly we're married. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang