Langit bukan tanpa alasan menerima ajakan menikah dari orang tak di kenal yang duduk di depannya itu. Sudah seminggu lebih ia tidak pulang ke rumahnya sebagai bentuk protes dari perjodohan yang di buat orang tuanya dengan alasan bisnis.
Terlebih lagi, perempuan yang akan di jodohkan dengannya adalah salah satu most wannabe queen di sekolahnya, seorang penindas. Ayolah, Langit memang suka bertengkar, tawuran dan sebagainya. Tapi ia tidak suka dengan perempuan itu.
Sekarang disinilah dia, duduk dengan tenang di dalam mobil mewah orang asing tadi. Setidaknya setelah mereka sepakat untuk membawa Langit ke kediamannya terlebih dahulu.
"Nama lo, siapa?"
Mahen membuka percakapan. Masih fokus pada kemudinya.
"Arlangit Noah, panggil gue Langit aja. Lo?"
Mahen mengangguk mengerti, "Gue Mahendra Bageswara, just call me Mahen for short. Sorry ya tiba tiba ajak lo nikah tadi"
Langit tertawa kecil. Menggeleng. Sebenarnya saat Mahen mengajaknya menikah tadi, pelayan yang mengantarkan minuman milik Mahen hingga terkejut.
"Gapapa, gue juga udah di desak mama buat nikah, justru gue seneng ada yang ajakin nikah"
"Even tho it's stranger like me, huh?"
Langit mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Mahen. Dia tidak masalah siapapun yang akan mengajaknya menikah, asalkan bukan cewe gila itu.
"But anyway Mahen, lo orang kaya ya?"
Mahen sontak tertawa mendengar pertanyaan dari Langit. Dia tampak berfikir.
"Menurut lo?"
"Yaaa dari mobil sama pakaian lo pun jelas banget kalo lo tuh orang kaya, lo udah kerja?"
Mahen mengangguk. "Iya gue udah kerja, mungkin sekitar satu tahun lalu"
Langit membulatkan matanya tidak percaya, berarti berapa jarak umurnya dengan Mahen?
"Gue masih 24 kok, and let me guess, lo masih 17?"
Langit mengangguk patah patah. Ya setidaknya dia sudah memiliki ktp, tahun depan ia juga sudah legal.
"Don't worry, I'm not that kind of cabul person. Dan ya karena pernikahan itu serius, bukan hal yang bisa buat main main, gue harap lo juga serius ya Langit. Jadwal pernikahan bisa kita omongin nanti."
Langit kembali mengangguk. Ia juga serius dengan kemauannya untuk menikah dengan orang asing yang ada di sampingnya sekarang ini.
"Iya, gue serius kok. Gue gamau nikah sama cewe gila yang bunda gue jodohin"
Mahen mengangguk dengan senyum kecilnya. Kembali fokus pada stirnya. Hening menemani keduanya beberapa menit kemudian. Lampu merah membuat Mahen menghentikan mobil nya.
"Langit if you don't mind, can i hold your hand?"
Mahen menoleh ke arah Langit. Langit sedikit bingung awalnya kemudian ber oh ria. Ia menyodorkan tangannya.
"Gapapa, just hold my hand tight. Ac mobil lo dingin juga"
Mahen tertawa. Lampu lalu lintas berubah menjadi hijau. Mahen menggenggam jari jemari Langit dan kembali menjalankan mobilnya membelah kota yang gelap pada malam hari.
***
"So dad, mom, this is my boyfriend, Langit. Langit this is my mom and dad"
Saat sudah sampai di rumahnya, Mahen menemukan orang tuanya sedang berbicara dengan orang asing beserta satu perempuan muda di ruang tamu. Yang mengejutkan mereka adalah Mahen yang pulang bersama laki laki berseragam SMA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly we're married.
Hayran Kurgu"Hey, nikah yuk?" Mahendra yang sudah lelah selalu di jodohkan dengan orang-orang pilihan orang tuanya, akhirnya memutuskan untuk mengajak orang asing yang ia temui di cafe untuk Menikah.