Mahen melepaskan helmnya. Melihat arena balap yang sudah penuh dengan berbagai macam kalangan laki laki dan perempuan dengan pakaian sexynya. Ia menoleh ke arah Langit yang sudah turun lebih dulu dari motornya. Mengikuti kemana arah Langit akan berjalan, Mahen mengeluarkan handphonenya.
Entah kenapa ia tiba tiba memotret punggung tegap milik Langit. Mahen terdiam sebentar. Ada apa dengan dirinya?
Langit terlihat menghampiri teman temannya. Mahen hanya bisa berdiri di belakang Langit yang berbicara dengan temannya. Ia bisa menangkap gestur menanyakan perihal dirinya kepada Langit.
"Oh ini, we'll married soon"
Teman temannya membulatkan mata tidak percaya jika Langit akan segera menikah. Tetapi satu detik kemudian mereka tertawa. Menyalami Mahen hangat.
"Congrats ya udah nyelametin Langit dari nenek sihir, bro. Gue Yogi."
Mahen membalas jabatan tangan dari remaja bernama Yogi itu dengan senyumnya.
"With pleasure."
Ada Hasan dan Naresh juga disana. Mahen sempat melihat keduanya saat mengantarkan Langit. Beberapa saat kemudian Langit tampak siap dengan jaket kulit berwarna hitamnya. Walaupun Mahen memiliki jaket kulit yang lebih mahal, tetapi jaket yang dikenakan Langit terlihat cukup bagus.
"Jadi, siapa aja yang motornya udah di curangin?"
Langit bertanya, yang disahuti dengan rentetan nama oleh Yogi.
"Satria, Yanuar, sama Aji. Mereka udah ke rumah sakit"
Langit mengangguk mengerti. Segera berjalan kembali ke arah motornya. Bersiap siap untuk memulai pertandingan melihat lawannya sudah bersiap di belakang garis start.
"Langit," Panggilnya.
Langit menoleh ke arah Mahen. "Kenapa?"
Mahen menahan nafasnya. Merasa bingung dalam menyusun kalimat yang akan di keluarkan. Jujur saja Langit terlihat lebih menawan dengan pakaian serba hitamnya. Terlebih dengan helm fullface yang sedang ia bawa. Mahen meneguk air liurnya kasar.
"Hati hati, ya? I don't want you to get hurt"
Langit tersenyum, ia mengangguk. Merentangkan tangannya di depan Mahen. Menawarkan pelukan.
Tanpa harus di mintai dua kali Mahen langsung merengkuh pinggang ramping Langit dan menyembunyikan wajahnya pada curuk leher Langit. Rasanya ia sudah mulai jatuh pada pesona Langit.
Langit mengusap punggung Mahen, mencoba meyakinkan Mahen bahwa dirinya akan baik baik saja.
***
Pertandingan sudah dimulai sejak dua puluh lima menit yang lalu, hampir setengah jam. Sekarang Mahen hanya bisa menghela nafasnya, perasaan takut dan khawatir bercampur menjadi satu.
Ia takut Langit terluka atau mengalami kecelakaan. Sebelumnya ia tidak pernah merasakan hal seperti ini. Ia menatap lurus ke arah trek balap yang akan memunculkan Langit dengan motor yang ia kendarai nantinya. Baru saja Mahen akan menghela nafasnya, suara deru motor terdengar kencang yang menandakan Langit dan rivalnya akan segera sampai di garis finish.
Mahen kembali memfokuskan pandangannya ketika melihat motor yang familiar melewati garis finish pertama kali, itu Langit! Langit-nya menang!
Kalau seseorang bertanya apa Mahen percaya pada jatuh cinta pada pandangan pertama, maka jawaban Mahen adalah, ia percaya. Matanya menatap lekat ke arah Langit yang membuka helm fullface nya dengan senyuman lebar hingga kedua mata itu menyipit. Mahen bisa merasakan jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly we're married.
Fanfic"Hey, nikah yuk?" Mahendra yang sudah lelah selalu di jodohkan dengan orang-orang pilihan orang tuanya, akhirnya memutuskan untuk mengajak orang asing yang ia temui di cafe untuk Menikah.