Prolog

2 0 0
                                    

Kisah ini bercerita tentang
Sekelumit pengalaman suka duka yang dialami para santri di Pondok Pesantren. Sebuah tempat yang lebih sering dijuluki sebagai PENJARA SUCI. Ditulis berdasarkan pengalaman pribadi penulisnya.

Hal tersebut dianalogikan dengan filosofi Mutiara yang bersinar karena setiap insan pasti berharga layaknya mutiara. Dalam hidup akan selalu ada proses demi mencapai cita-cita menuju bahagia. Seperti halnya proses terjadinya mutiara.

Manusia bukan diminta untuk setegar karang. Bukan pula dituntut memiliki kesabaran seluas samudra. Dia tak pernah memaksa. Hanya meminta untuk berkata, "Dia Tuhanku dan tempatku bergantung."

Saat diuji bukan berarti manusia dibenci. Hanya ingin kita kembali menyebut sepenuh hati Asma-Nya.

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."
Al Qur’an; Al-Baqarah : 286

Buat kalian yang sedang tidak baik-baik saja. Aku tidak akan mengatakan, "Ada aku disini untukmu."

Namun, ingatlah tentang sebuah janji yang tak pernah diingkari.

"Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepadaKu,".

Seremeh dan sebesar apapun beban hatimu mengadulah pada-Nya. Jangan berpikir untuk sok kuat sampai enggan mendekat. Jangan lagi berpikir kamu sendiri, karena Allah selalu bersama kita.

Bagaimana kisah seorang gadis yang harus berjuang hidup dan belajar selama enam tahun di lingkungan pesantren jauh dari keluarga? So ... say yes to Mondok?! Siapa takut!

Lamongan, 24 Oktober 2021

PENDAR MUTIARA TERPENDAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang