Tidur?

1.2K 88 19
                                    

Lepas malam panjang setelah Christmas beberapa jam lalu, pasangan dokter dan pengacara ini memilih masuk kamar lebih awal dari malam kemarin.

Wendy telaten pasangin kaos kaki di kaki Irene, suhunya luar biasa dingin, maklum karena diluar hujan salju.

“Mau bergadang lagi kah?” tanya Wendy setelah selesai sama tugasnya masangin kaos kaki dua lapis di kaki Irene.

Wendy lalu merebah disisi Irene, sementara yang ditanya malah asik mainin laptopnya sedari tadi. Katanya kerjaan tanggung sebelum ambil libur panjang.

Ya gak seberapa lama juga sih, tapi lumayan buat dihabiskan bersama keluarga.

“Iya kayaknya aku bakalan bergadang lagi, nuntasin. Biar besok gak ada kerjaan yang ganggu. Kamu kalau mau bobo ya bobo aja, kamu ngantuk? Hm?”

Dahi Wendy kena usapan lembut jemari Irene yang dingin, jadi ngantuk beneran. Rasanya nyaman walau layar laptop Irenenya sedikit ganggu suasana.

“Iya aku ngantuk banget, tapi pengen kamu bobo juga.”

“Sebentar lagi sayang.”

“Yaudah aku tungguin.”

Irene berdecak, Wendynya keras kepala memang kasus biasa. Sedikit seneng juga karena Wendy gak biasanya tunggu sampai beres kerjaan. Kalau dia ngantuk ya detik itu juga pasti tidur.

Tapi ini agak beda, Irene suka sampai dia senyum kecil lalu kecup bibir wanitanya yang peluk paha dia erat sedari tadi.

Wendy makin mendusel manja cari nyaman, padahal selimut tebal menggulung badan dia biar tetap hangat, ya tapi malam ini rasanya pengen terus-terusan ada di dekat Irene.

“Kak, aku kalau nungguin kamu pulang kerja gak pernah ngantuk, tapi kalau kamu ada di rumah bawaannya pengen tidur cepet.”

Irene bergumam dulu dan kembali fokus di layar laptop, kacamatanya masih bertengger dan sesekali bersin sampai hidungnya merah. Bahkan sebelah tangannya bisa usap kepala Wendy yang ada di pahanya.

“Ya berarti kamu nyaman kalau aku ada didepan mata kamu. Hati kamu tenang, makanya rileks.”

Iya sih bener, omongan Irene benar semua. Wendy senyum kecil, kamar total gelap dan cuma ngandelin cahaya dari laptopnya manusia Bae ini.

Entah dari kapan perasaan ini ada, Wendy akuin dia mulai ketergantungan sama pasangannya. Kemarinan kayaknya perasaan nyaman didekat Irene itu susah dirasa.

Hari ke hari dilewati, Wendy jadi makin yakin kalau Irene adalah seseorang yang pantas untuk dia urusi sampai kapanpun.

Apalagi Wendy lihat keseharian mereka didalam rumah, ada Abraham yang ikut rasain kasih sayang dari Irene secara penuh. Mereka gak kekurangan kasih sayang.

Wendy bahagia malam ini, dan Wendy cinta Irene malam ini sampai seterusnya.

“Kak,” Wendy nyeletuk lagi, dan Irene bergumam lagi sebagai jawaban.

“Semoga kita bisa hidup sampai tua ya, aku bisa sama kamu terus, sama Abraham.”

Terus Irene refleks stop ngetik, pandangan masih ke layar dan hatinya berdebar-debar malam begini. Ditengah hujan salju, Wendy selipin kalimat sederhana tapi sejuk. Nenangin.

Tentu Irene mau dan setuju sama permintaan wanitanya. Karena gak ada yang lebih berharga daripada permintaan Wendy.

Akhirnya Irene taruh laptopnya kesamping, terus lepas kacamata bacanya di meja sisi ranjang mereka.

Irene kasih senyuman paling manis, dan Wendy balas usap pipi lembut Irene secara halus, sayang. Sumpah sayang sekali sama manusia ini.

“I love you times infinity, Irene.” bisik Wendy setelah Irene cium lagi bibirnya beberapa kali.

“I love you more.”

Watermelon Sugar (Wenrene) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang