Tipis

521 66 20
                                    








Hari kedua menikmati libur natal musim dingin, banyak panggilan yang ditolak Irene di ponselnya. Hari libur bukan untuk dipake kerja, prinsipnya begitu.

Kecuali panggilan dari Seohyun. Khusus manusia satu ini Irene gak pernah abai, Seohyun sama pentingnya seperti kerjaan. Lebih penting Serenya sih tapi :)

“Kamu ngapain sih disitu.” Ini Wendy yang merasa risih soalnya ada manusia yang memilih duduk santai di kloset. Bahkan kakinya ditekuk keatas terus dipeluk sendiri.

“Liatin kamu lah, apalagi memang?”

Wendy mecebik di dalam bathtub, ya, dia lagi mandi sih. Terus Irene berdalih gak mau ditinggalin. Berakhir begini, Wendy kesel ditungguin. Maunya dia mandi tenang kan, kalau begini serasa diburu-buru.

“Gak ada kerjaan.” acuh, Wendy mainin busanya terus tutup mata dan senderin kepalanya di pinggiran bathtub.

Irene gak jawab dulu, nguap lebar dan turunin kakinya jadi selonjoran.

“Lah emang aku gak ada kerjaan, makanya aku tungguin kamu.”

Wendy senyum sekilas, tadi jawaban bodoh Irene gak tahan buat gak senyum. Dia tau karena Irene gak bisa tidur kalau gak ditemani. Padahal kelihatan muka Irene ngantuk berat.

“Kamu masih pengen bobo kan,” pertanyaan gak menatap, Wendy semakin rileks sama ritual mandi pagi harinya. Apalagi aroma sabun lavender milik Irene total bikin chill.

“Enggak.”

“Dari tadi nguap terus kok.”

“Tunggu kamu selesai mandi terus aku bobo lagi.”

“Gak mau tidur sendiri?”

“Gak mau dan gak bisa.”

Final. Ngeyelnya Irene keluar lagi, gak perduli waktu dan gak perduli tempat. Kalau udah begini susah. Wendy cuma bisa pasrah, tapi gak emosi karena air rendaman buat mandinya dia hangat. Irene cukup dimaklumi aja.

“Manja kamu tuh ngelebihin Abraham.”

“Ya anggap aja kamu punya dua anak.”

Terus Wendy buka matanya dan pasang wajah galak. “Anak apaan umurnya lebih tua dari aku.”

Irene tanggapannya cuma cengiran polos, rambut dia lumayan berantakan khas bangun tidur, lucu tapi ngeselin.

OH, Irene inget sesuatu.

“Sere, kemarin aku lihat di pouch klinik kamu ada uang banyak, punya siapa itu?”

Wendy diem sebentar, masih mainin busa sampai nutupin dadanya dan lihat Irene yang mulai turun dari kloset. Pindah posisi jadi lesehan dibawah, tepat disamping bathtub sambil taruh lengannya di bibir bathtub dan tumpu dagu disana.

“Itu uang kamu.”

Alis Irene mengernyit, “Uang aku? Aku gak pernah naro uang di pouch.”

Dahi Irene kena sentil, wajahnya jadi sedikit basah dan berdecak sambil bilang sakit.

“Aku yang naro uang di pouch, tapi uangnya ya uangmu.”

“Uang dari mana sih, aku gak inget.”

“Ya itu sih uang yang setiap kamu minta tidur, kamu kasih aku selembar. Aku kumpulin, taroh di pouch.”

Penjelasan yang bikin Irene loading, Wendy puter bola matanya males dan balik senderan lagi. Biarin Irene nyerna kalimat tadi.

Uang yang di kumpulin Wendy itu banyak, hampir susah di tutup lagi bahkan. Dan pertanyaan di kepala Irene itu—apa bener dia minta penggabungan sebanyak itu?! Memang sih pouch nya ukuran sedang, tapi ya kepikiran.

Dan kalimat dahulu kala itu seketika teringat lagi. “Uangku selembar buat kamu setiap penggabungan.”

Suara cekikikan Wendy keluar, dia tusuk pipi Irenenya iseng. “Kenapa diem? Inget ya?”

Irene berdehem dan kelihatan dia salting, kupingnya merah karena malu duluan.

“Ah gak mungkin aku minta sebanyak itu dari kamu.” masih denial manusia Bae ini, gak mau mengakui.

Padahal kalau mau diperinci Wendy pasti menang telak.

“Bulshit sekali lho kamu ini. Sendirinya gak sadar bahkan seminggu bisa 4 kali.”

Muka Irene makin merah, duduknya dia jadi kaya batu. “Mana ada!”

“Bodo, janganlah percaya udah.”

Wendy beranjak bangun, biarin tubuh telanjangnya jadi tontonan manusia yang masih duduk dibawah pasang wajah merah. Biarpun Irene rabun tapi Wendy percaya kalau masalah ginian penglihatannya seketika jadi normal.

Irene geser duduknya kesamping, biarin Wendy keluar dari bathtub lalu jalan santai kearah shower, bahkan busanya masih ada yang menempel disekitaran punggung dan dada.

Pinggang ramping Wendy nyaris bikin Irene salah fokus.

Good morning by the way. Hari ini berjalan mulus, gak ada acara saling bentak dan Abraham gak berisik gedor kamar mereka lagi pagi-pagi.


Watermelon Sugar (Wenrene) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang