Berdua?

462 63 9
                                    


Ujung hari libur,

Abraham sekarang lebih sering diluar rumah, Mami dan Papi selalu datang untuk jemput cucu kesayangan. Apalagi ada bocah gede seperti Yeri yang menemani.

Dan puncaknya hari digunakan sesantai mungkin sama dua orang yang sibuk mainin laptop masing-masing diruang tv.

Tv nya mati btw.

“Jemput Ab yuk.” ajakan Wendy gak digubris, Irene masih fokus di laptop.

Wendy tutup paksa laptop Irene, gak perduli empunya kasih tatapan jengkel bahkan maksa buka lagi laptopnya tapi ditahan sama Wendy.

“Sere, jangan mulai.” sok memperingati pasang wajah galak,

Ya tapi gitu, Wendy gak takut, malah dia julurin sedikit lidahnya keluar, total ngeledek.

Irene beralih diam. 2 tahun hidup bareng sebagai pasangan, dia baru lihat Wendy yang begini, yang jail tapi lucu.

Bukannya seseorang yang leluasa ekspresif itu tandanya dia nyaman ya?

Wendy tumpukin laptop mereka lalu disimpan ke atas meja. Kemudian Irene sedikit peregangan sambil nguap dan beralih simpan kepalanya di paha Wendy.

Jam setengah sembilan malam—mereka formasi berdua tanpa Abraham. Dan Besok keadaan akan kembali seperti semula, yang sibuk dengan kerjaan dari pagi sampai petang, bahkan lebih.

“Jemput Abraham ayo.” kalimat Wendy yang ini terkesan maksa.

Yaiya maksa soalnya Wendy takut anaknya banyak ulah disana. Nanti ngerepotin orang lain kan gak enak.

“Biarin aja sih, biarin dia nginep. Toh bukan sama orang lain ini.”

“Sama aja, nanti ngerepotin kakek neneknya gimana?”

Terus Irene berdecak, ubah posisi wajahnya menghadap perut Wendy.

“Besok aja ya,”

Wendy tau Irene bukannya gak bisa, tapi manusia ini pengen punya waktu berdua. Wendy nyerah akhirnya, jemari menulusup masuk kedalam rambut Irene dan kasih pijatan halus disana.

“Soal surat kepindahan Abraham gimana kak? Aku pengen Abraham cepet-cepet masuk sekolah. Biar dia punya kegiatan.”

Irene beranjak bangun, senderin punggungnya di sofa dan ambil remote lalu tv dinyalakan. Dia tarik tubuh istrinya biar bisa peluk, Wendy gak menolak dan simpan kepalanya di dada Irene malam ini.

“Itu nanti biar aku ngobrol sama Minkyung buat urusin data disana.”

Bahu Wendy diusap lembut, fokus keduanya mengarah ke televisi.

Wendy hela nafasnya pelan, pelukan dia mengerat dan Irene tempelin pipinya dipucuk kepala Wendy.

“Nanti kalau Minkyung gak mau diajak kooperatif gimana?”

“Kamu lupa ya istrimu ini penegak hukum warga sipil?”

Wendy angkat kepalanya dan tatap Irene yang pasang wajah belagu. Wendynya sih ketawa, gak tahan lihat kelakuan segini anehnya.

“Serius!” bahkan dada Irene kena pukulan kecil.

“Serius, Minkyung itu sudah masuk tindak kriminalitas, karena menurut kompilasi hukum tentang anak, jika anak dibawah 12 tahun, pengadilan akan memberikan hak asuh penuh kepada Ibunya.”

—itu dalam kasus perceraian ya, apalagi kasus kamu waktu itu belum ada rencana cerai sama Mingyu. Bisa dibilang ini kejahatan berencana.”

Irene jelasin panjang lebar dan tau? Wendy responnya cuma diam. Iya, diam-diam mengagumi seorang Irene Bae yang kalau mode seriusnya sudah aktif ya bisa bikin perasaan Seranada Wendy jatuh hati.

Ada waktu dimana Irene nyebelinnya gak ada ampun memang bikin jengkel, tapi Irene yang bisa tanggung jawab sama semua masalah itu juga patut di syukuri.

Dan malam ini Wendy kasih senyuman manis, alur hidupnya bersama Irene mulai tertata. Wendy bahagia, sangat.

“Kenapa?” Irene tanya ini karena penasaran sama wajah istrinya yang lucu, apalagi pelukannya dari tadi gak di lepas, malah semakin erat.

“Aku beruntung bisa punya kamu. I love you.”

Habis bilang manis begitu Wendy reflek kasih ciuman di pipi Irenenya, hati kelewat bahagia dan dia gak tau kasih sesuatu yang lebih istimewa selain ucapan terimakasih.

Tentu aja Irene suka. Karena Wendy yang bisa cinta dan sayang secara menyeluruh tanpa diminta itu bentuk pencapaian nya dari dulu.

Wendy sedikit jauhin wajahnya dari pipi Irene dan kasih satu kecupan kecil di bibir sebagai akhir.

Irene senyumnya lebar, lebih bahagia dari Wendy sekarang.

“Aku lebih beruntung bisa dapetin kamu Sere. And I swear, I'd bleed myself dry for your happiness.

Ini yang Irene sebut waktu berdua. Tapi bukannya dengan ada Abraham itu mengganggu ya, terkadang Wendy sibuk ini dan itu karena terlalu repot nyiapin semua apa yang Abraham mau tanpa diminta.

Abraham sendiri bilang kalau dia bisa buka sendiri pringlesnya, tapi Wendy kekeuh dan tetap maksa dia yang bukain. Irene lihatnya cuma bisa memaklumi.

Ya maklum karena Wendy segitunya mungkin untuk balas dendam sama waktu dulu. Waktu dimana dia gak bisa lihat tumbuh kembang anaknya sendiri.

Watermelon Sugar (Wenrene) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang