Seorang gadis bertubuh ramping dengan rambut panjang sebahu sedang sibuk meneliti penampilannya di depan cermin. Sebuah kemeja putih polos dengan lengan panjang yang sengaja ia gulung hingga tiga perempat bagian lengannya ia padukan dengan celana bahan panjang berwarna hitam, melekat sempurna pada tubuhnya. Sedang wajahnya ia poles tipis dengan bedak, dan bibirnya ia beri pewarna nude. Begitu pas dan tanpa cela.
Matanya melirik ke arah jam. "Jam tujuh lewat sepuluh menit," gumamnya. Malam ini, ia hendak pergi ke tempat kerja teman SMA-nya guna melamar pekerjaan. Ia tahu, tempat yang akan ia datangi adalah tempat kurang aman untuknya, tetapi ia terpaksa datang karena ia membutuhkan pekerjaan tersebut.
"Ayah, Ibu, bantu aku dari sana ya? Tolong doakan aku agar segera memperoleh pekerjaan," gumamnya lirih dengan mata berkaca-kaca.
Dia adalah Aira, gadis berusia dua puluh tahun yang saat ini hidup sebatang kara. Ibunya telah lama tiada, sedangkan sang ayah baru saja menyusul ibunya beberapa bulan lalu akibat sebuah kecelakaan, meninggalkan hutang dalam jumlah yang sangat besar bagi gadis seusianya.
Kini ia bertekad mencari pekerjaan yang bisa ia lakukan di sore atau malam hari agar tidak mengganggu jadwal perkuliahannya. Meski dalam keadaan sulit ia tetap tak ingin melepaskan dan menyerah begitu saja dengan kuliahnya karena itu merupakan impian dari mendiang ayahnya.
"Ra, kamu dimana? Jadi kesini kan? Kamu sudah ditunggu Bos nih." Suara Shela dalam sebuah panggilan telepon.
"Jadi dong, lima belas menit lagi aku sampai sana, tunggu ya," tutur Aira yang kemudian segera melangkahkan kaki keluar dari kamar kosnya.
Ya, Aira sekarang hanya tinggal di sebuah kamar kos kecil yang ia sewa dari sisa tabungan peninggalan ayahnya, rumah mereka disita rentenir sebagai jaminan karena Aira tidak sanggup membayar cicilan hutang ayahnya selama tiga bulan lamanya.
"Pak, ke klub Legend ya," tutur Aira kepada sopir taksi online yang ia pesan.
"Baik, Non." Sopir tersebut mengantar Aira menuju ke tempat yang telah disebutkan Aira.
Tak membutuhkan waktu lama, Aira buru-buru turun dari taksi dan berjalan masuk ke dalam sebuah klub malam yang cukup terkenal di ibu kota.
"Pakai ini!" kata Shela menghampiri Aira.
"Apa ini?" tanya Aira heran.
"Baju seragam disini, Ra. Buruan pakai! Bos sudah nunggu kita di dalam."
"Hah! Langsung kerja? Gak pakai interview dulu?" tanya Aira tak percaya.
Shela menggelengkan kepalanya. "Aku sudah bilang Bos jika kamu sangat membutuhkan pekerjaan ini," tutur Shela.
"Dan lagi, Bos memang sedang butuh karyawan, Ra, jadi dia meminta kamu langsung kerja hari ini. Bekerjalah yang baik agar kamu segera lolos masa percobaan, Ra."
Aira mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. "Makasih ya, Shel."
"Its ok, cepat ganti pakaianmu, aku tunggu kamu disini." Shela berhenti di depan sebuah ruangan dengan tulisan TOILET.
Seperti instruksi dari Shela, Aira segera masuk ke dalam toilet, ia menanggalkan pakaiannya dan mengambil baju dari dalam paper bag yang diberikan oleh Shela. Aira segera mengenakannya dan mengamati penampilannya pada cermin.
"Astaga! Ini seksi sekali," tuturnya sambil menarik-narik ujung pakaiannya berharap bisa sedikit bergeser lebih panjang.
Terlalu lama menunggu, membuat Shela menyusul Aira masuk ke dalam ruangan toilet. "Kenapa kamu lama sekali, Ra? Ayo buruan!" ajak Shela.
"Shel, aku sebenarnya agak risih dengan pakaian ini."
"Gak apa, pede aja, Ra! Kamu cantik kok, nanti lama kelamaan kamu akan terbiasa," ucap Shela santai. Ia menggandeng temannya keluar dari toilet menuju ke sebuah ruangan yang terletak di ujung lorong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Penghangat Ranjang
Romance"Hangatkan ranjangku setiap malam, Sayang. Aku akan memberimu sejumlah uang yang kau butuhkan." Berawal dari rasa iba, Juan mendadak tertarik dengan seorang gadis malang bernama Aira yang ia selamatkan malam itu. Ia merasa ada sesuatu yang berbeda d...